Selasa 03 Oct 2017 16:24 WIB

Penyiar RRI Siap Jadi Pembawa Acara di Pernikahan Kahiyang

Rep: Andrian Saputra/ Red: Indira Rezkisari
Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kanan depan) didampingi ketiga anaknya yaitu Kaesang Pangarep (belakang), Kahiyang Ayu (kedua kiri) dan Gibran Rakabumi Raka (kiri) memberikan keterangan pers terkait pernikahan anaknya di kediaman pribadi, Sumber, Solo, Jawa Tengah, Minggu (17/9).
Foto: Antara/Mohammad Ayudha
Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kanan depan) didampingi ketiga anaknya yaitu Kaesang Pangarep (belakang), Kahiyang Ayu (kedua kiri) dan Gibran Rakabumi Raka (kiri) memberikan keterangan pers terkait pernikahan anaknya di kediaman pribadi, Sumber, Solo, Jawa Tengah, Minggu (17/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Penyiar stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) Taufiq Widodo mengaku bangga saat keluarga Presiden Joko Widodo menunjuknya sebagai salah satu pembaca acara dalam pesta pernikahan Kahiyang Ayu dengan Bobby Nasution pada 8 November mendatang. Meski demikian, dia tak merasa gugup lantaran sudah terbiasa menjadi pembawa acara pernikahan dengan adat Jawa.

"Saya sudah tiga puluh tahun lebih jadi pembawa acara, jadi sudah tidak ada persiapan khusus untuk acara ini," kata Taufiq pada Selasa (3/10).

Taufik adalah sarjana dari jurusan Sastra Daerah Universitas Sebelas Maret (UNS), dengan latar belakang pendidikannya itu, dia mengaku membantunya fasih dalam menggunakan bahasa Jawa halus sekaligus memahami adat dan tata cara pernikahan adat Jawa.

Di samping itu, Taufiq pun sudah punya pengalaman saat pernikahan putra Presiden Jokowi yakni Gibran Rakabuming beberapa tahun lalu. Dia pun semangat menanti pernikahan Kahiyang dan Bobby yang rencanamya digelar di Gedung Graha Sabha, Solo.

"Saya tak ada persiapan khusus karena dari Keluarga pak Jokowi juga tidak ada permintaan, sederhana saja kalau adat Jawa, sebagaimana biasanya," katanya.

Pernikahan Kahiyang dan Bobby diisi beberapa rangkaian acara yang merupakan tradisi adat pernikahan Jawa, seperti prosesi siraman, bopongan, petik rikma, dulung pungkasan, hingga midodareni. Bahkan untuk prosesi siraman, rencananya air yang digunakan diambil dari tujuh mata air di Solo Raya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement