Senin 02 Oct 2017 12:26 WIB

Hari Batik Diharapkan tak Sekadar Seremonial

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Indira Rezkisari
Peringatan Hari Batik Nasional dilaksanakan di Pendopo Hotel Royal Ambarukmo, Yogyakarta, Senin (2/10).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Peringatan Hari Batik Nasional dilaksanakan di Pendopo Hotel Royal Ambarukmo, Yogyakarta, Senin (2/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Peringatan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober diselenggarakan di berbagai daerah. Paguyuban Sekar Jagad jadi salah satu yang memperingati Hari Batik Nasional di DI Yogyakarta.

Peringatan Hari Batik Nasional kedelapan sendiri mengangkat tema Ragam dan Pesona Batik, Realitas Pesona Budaya Indonesia. Pawai keliling menggunakan batik dilakukan di sekitaran Malioboro, Ahad (1/10), demi menampilkan lagi keindahan batik kepada masyarakat luas.

Senin (2/10) pagi, peringatan Hari Batik Nasional dilaksanakan di Pendopo Hotel Royal Ambarukmo, yang dihadiri ratusan anggota Paguyuban Sekar Jagad. Turut dipamerkan kain-kain batik Nusantara seperti lereng buket, seling buket dan jelamprang kembang dari Pekalongan.

Ada wajikan dan ukel buketan dari Kudus, rujak senthe cocohan Indramayu, galaran engkol buket Sidoarjo, lereng seling buket Solo, banji kapal api dari Madura. Ada pula rajeg wesi dari Madura, lunglungan ceplok gurdho Lasem, kawung sen Yogyakarta dan parang gendreh dari Yogyakarta.

Selain itu, dipamerkan batik-batik karya La Made Murjaya (Sleman), Rispul dan Wistri (Yogyakarta), Subandi Yanto (Gunung Kidul), Desianto Kulon Progo serta Andang Maulana, Jumeno dan Ariyanto (Bantul). Ada pula kain batik karya Sulistyono dan Robert Cristiano dari Balai Batik.

Wisnuwati Mashadi dari Bidang Pengkajian Paguyuban Batik Sekar Jagad menilai, peringatan akan memunculkan semangat luhur ing budi utami ing pekerti atau menghayati perilaku mulai dengan budi pekerti luhur. Karenanya, ia mengajak segenap elemen bangsa tidak mengerti batik sekadarnya saja.

Ia berharap, kecintaan kepada batik tidak dilakukan untuk mengikuti tren saja. Tapi, lanjut Wisnuwati, betul-betul dipahami cara pembuatan sampai makna-makna yang terkandung dari motifnya yang sangat beragam, karena itu jadi ciri khas dasar bangsa berbeda-beda tapi tetap satu jua.

"Karena itu dasar Bhineka Tunggal Ika, jadi kesukaan itu jangan hanya sesaat, tapi betul-betul dipahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya," kata Wisnuwati yang mengenakan kebaya bertema batik bernuansa ungu, Senin (2/10).

Selain pawai dan upacara, peringatan Hari Batik Nasional dilaksanakan pula lewat pagelaran busana-busana batik. Salah satunya dari Sogan Batik Rejodani, yang kali ini memerkan koleksi-koleksi busana batik bernuansa Islami dengan sentuhan nilai-nilai budaya Jawa.

Koleksi batik asli Sleman yang ada di Rejodani karya-karya Iffah M Dewi itu, mampu mengukir kekaguman atas nuansa Islami yang anggun dipadukan dengan nilai-nilai budaya Jawa. Dalam kesempatn ini, Iffah mengangkat dua koleksi yaitu Pathok Nagari dan kisah raja-raja menunaikan haji lewat aksara Jawa.

Kemegahan busana karya-karya Iffah sendiri begitu terlihat lewat langkah kaki model-modelnya, ditambah dasar hitam yang semakin menguatkan kesan elegan. Menurut Iffah, salah satu tema besar yang jadi benang merah karya-karyaya yaitu sejarah Islam di Nusantara dan dunia.

Untuk peringatan sendiri, ia mengaku bersyukur pemerintah telah menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Sejak 2009, Iffah mengaku penetapan itu turut membantu geliat batik di daerah-daerah, termasuk untuk Sogan, sehingga berharap atensi terhadap batik terus meningkat.

"Saya berharap, upaya ini mampu menggeliatkan kembali kesadaran, dan tingkat kebanggan memakai batik-batik lokal semakin tinggi," ujar Iffah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement