Ahad 01 Oct 2017 09:49 WIB

International Coffee Day, Ribuan Orang Ngopi Bareng di Lampung

Buruh tani mengumpulkan biji kopi robusta hasil panennya di kebun Ki Oyo Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu (10/5). Dari lahan 2.000 hektare yang ditanami kopi robusta di Kabupaten Ciamis bisa menghasilkan 1.000 ton kopi per tahunnya dengan harga mencapai Rp150 ribu per kilogram.
Foto: Adeng Bustomi/Antara
Buruh tani mengumpulkan biji kopi robusta hasil panennya di kebun Ki Oyo Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu (10/5). Dari lahan 2.000 hektare yang ditanami kopi robusta di Kabupaten Ciamis bisa menghasilkan 1.000 ton kopi per tahunnya dengan harga mencapai Rp150 ribu per kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID,LAMPUNG -- Ribuan orang ngopi bareng di Hari Kopi Internasional (International Coffee Day), di Bandar Lampung, bersama Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo. Kopi robusta Lampung yang sudah mendunia dan juga kopi dari berbagai daerah tersaji di acara yang dihelat 29 September hingga 1 Oktober ini.

“Target kegiatan ini adalah meningkatkan pertumbuhan konsumsi lokal kopi Lampung. Kami mendorong masyarakat Lampung usia dewasa mengonsumsi berbagai rasa dan varian kopi Lampung,” kata Gubernur Ridho di pembukaan International Coffee Day di Hotel Novotel, Bandar Lampung.

Gubernur Ridho berharap di International Coffee Day ini berbagai kafe, restoran, rumah makan, dan tempat kuliner lainnya ikut menawarkan kopi robusta Lampung kepada tamunya. Perhelatan ini merupakan upaya mengingatkan kembali program rehabilitasi kopi yang dicanangkan Wakil Presiden pada 2014. Pencanangan itu menargetkan produktivitas kopi Lampung dapat meningkat di atas 1 juta ton per hektare.

’’Kami berharap ada penggantian tanaman kopi yang berumur di atas 30 tahun dengan tanaman kopi yang lebih produktif,” ujar Gubernur Ridho.

Selain peningkatan kesejahteraan petani kopi melalui teknologi budi daya, kegiatan pertama di Lampung ini juga ingin menumbuhkan destinasi wisata kopi. Menurutnya, perkebunan yang baik akan menjadi daya tarik wisata.  “Perkebunan kopi dapat dijadikan destinasi wisata. Ini sejalan dengan tiga program prioritas pembangunan Lampung, yaitu pertanian, industri, dan pariwisata,” kata Ridho.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Lampung Budiharto menambahkan, kemeriahan Hari Kopi Internasional ini diisi dengan berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat dan komunitas penikmat kopi, baik dari dalam maupun luar Lampung terdiri dari 16 Provinsi.

Sejumlah negara buyer Eropa, Asia, dan Amerika hadir, termasuk para duta besar negara sahabat seperti, Malaysia, Vietnam, Colombia, dan juga para barista dari dalam dan luar negeri. "Acaranya sengaja dikemas rileks agar tercipta suasana menikmati kopi sesungguhnya. Ada pagelaran tari dari Kabupaten Lampung Barat. Sebagai penghasil kopi robusta terbaik, Lambar tampil all out di acara ini,” ungkap Budiharto.

Budiharto mengatakan, kegiatan ini sebagai pemicu wisata kopi yang sedang digalakkan Provinsi Lampung. Selain bertujuan untuk memperlihatkan indahnya suasana, pemandangan dan lokasi perkebunan di daerah penghasil kopi, juga untuk memberikan pengetahuan budi daya kopi kepada peserta khususnya kepada para petani.

”Para petani diberikan pengetahuan dan teknologi budi daya kopi. Sedangkan untuk wisatawan wisata kopi, akan ditunjukkan proses pembuatan kopi termasuk kopi Luwak yang sangat terkenal," ujar Budiharto.

Sabtu 30 September, peserta diajak berwisata kopi ke kebun PT Nestle, Pekon Negeri Agung, Kecamatan Talang Padang, Tanggamus. Di sana peserta mendapat penjelasan tentang budi daya kopi berstandar internasional.

PT Nestle Indonesia akan membagikan 60 ribu bibit kopi unggul yang mampu menghasilkan satu ton per hektare. Penikmat kopi juga dihibur dengan pemutaran film ‘Filosofi Kopi’ dan pemilihan Duta Kopi yang disaring dari lima kampus ternama Lampung.

Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuti yang ikut menyimak agenda itu jadi makin bersemangat mengembangkan wisata kopi.  Saat didampingi Kabid Promosi Wisata Pertemuan dan Konvensi Eddy Susilo, wanita berkerudung itu juga punya niatan yang sama dengan Gubernur Ridho yang ingin mengibarkan Lampung ke level dunia lewat wisata kopi.

"International Coffee Day ini sebagai langkah awalnya. Jadi sangat mungkin mengembangkan wisata kopi di Lampung sebagai pendamping destinasi wisata alamnya yang indah," ujar Esthy yang diamini Eddy Susilo.

Esthy pun mengusulkan agar Lampung mendorong kopi sebagai komoditas unggulan yang dapat dijadikan sebagai objek pariwisata. Misalnya dengan menikmati secangkir kopi robusta Lampung sambil berkeliling perkebunannya. Pengalaman tersebut diyakini bakal diminati para pelancong lokal maupun internasional.

Eddy menambahkan, keragaman kopi nusantara adalah kekuatan yang luar biasa. Dan itu bisa didorong menjadi kekuatan atraksi pariwisata Indonesia, termasuk Lampung yang kopinya sudah melegenda. “Ajak turis ikut menyemai kopi, melihat sendiri penanaman, penyiangan, pemetikan, dan pengolahan biji kopi hingga siap diseruput di cangkir. Dari situ story line wisata Kopi Lampung bisa naik kelas,” ucap Eddy.

Menpar Arief Yahya mengatakan, modal Lampung sebagai destinasi wisata kopi sudah sangat kuat karena sudah dikenal dunia. Mantan Dirut Telkom itupun menyelipkan harapan untuk mengangkat derajat Lampung lewat wisata kopi. ”Kopi Lampung sudah sangat bagus. Pilih channel yang tepat, bikin event yang mendunia, pilih endorser dengan dibarengi gerai-gerai berkelas," kata Menpar Arief Yahya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement