REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU – Bengkulu punya cara unik memperingati Tahun Baru Islam. Ada Festival Tabot yang sudah disiapkan di View Tower, Lapangan Merdeka, Malabero, Teluk Segara, Bengkulu, 21-22 September 2017. Festival ini menjadi unik karena tata laksana serta tujuannya mirip dengan upacara Karbala di Irak.
“Acaranya dihelat masyarakat Bengkulu keluarga keturunan Tabot. Even ini rutin digelar sejak abad ke-14 untuk memperingati wafatnya Imam Hussain, cucu Nabi Muhammad SAW yang meninggal di Karbala, Irak,” kata Heryandi Amin, Sekretaris Umum Kerukunan Keluarga Tabot (KKT) Bengkulu, Kamis (7/9).
Even yang masuk dalam kategori salah satu budaya dunia ini akan menampilkan sisi sakral seperti ritual zaman dahulu. Dan semua, akan dibalut dengan unsur budaya Bumi Rafflesia – julukan Bengkulu. “Tabot Bengkulu ini harus diketahui semua pihak karena kegiatan budaya dunia ini juga merupakan program dari UNESCO,” ungkapnya.
Yang penasaran, ingin menyimak, silakan ke Bengkulu. Prosesi ritualnya akan dilakukan dalam beberapa tahap. Dimulai dengan prosesi pengambilan tanah dari tempat yang ditentukan untuk kemudian ditempatkan dalam replika keranda Imam Husein.
Setelah itu, akan ada iringan musik tradisional dari alat musik Dol yang berbentuk tambur bulat. Alat musik ini terbuat dari akar bagian bawah pohon kelapa. Setelah iringan musik, puluhan tabot akan diarak mengelilingi kampung di Bengkulu.
Agendanya dijamin meriah. Arak-arakannya digelar layaknya parade kendaraan hias. Dan semua akan melintasi jalur prosesi akhir pembuangan tabot di Pemakaman Karbela, Tanah Patah, Kota Bengkulu. Jaraknya sekitar 3 Km dari Lokasi Festival Tabot. Pengarakan tabot ke tempat pembuangan ini menjadi acara puncak Festival Tabot.
“Pada acara penutupan, pengunjung dapat menyaksikan seluruh tabot bersanding. Dan semuanya diarak bersama tabot pembangunan dalam karnaval ritual kolosal. Wujud tabot ini mirip tandu persegi empat dengan ornament Masjid,” tambahnya.
Selain upacara ritual, acara juga akan dimeriahkan dengan pertunjukan seni, pasar rakyat, pameran kerajinan, lomba musik Dol, tari kreasi tabot, telong-telong dan ikan-ikan (hiasan yang dibentuk menyerupai kuda, pesawat, buroq, gajah, naga dsb). Apabila datang sehari sebelumnya maka jangan lewatkan melihat tabot utama dan tabot kecil dipamerkan dengan lampu kerlap-kerlip menghiasi gelapnya malam di kota Bengkulu.
Agenda budaya berbalut agama itu ikut direspon Menpar Arief Yahya. Menurutnya, hal inilah yang sangat disukai wisatawan. Catatan statistiknya ada. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) awal Mei lalu, lama menginap turis asing di Bengkulu justru nomor satu, bukan Bali.
Rata-rata menginap tamu asing di Bengkulu mencapai 4,82 hari pada Maret 2017, jauh lebih lama bila dibandingkan Bali yang rata-rata waktu menginap tamu asingnya hanya 3,30 hari atau secra rata-rata nasional sebesar 2.8 hari.
”Atraksi ini pasti sangat menarik dan mampu memikat wisatawan baik nusantara maupun mancanegara. Budaya itu semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan. Terimakasih Bengkulu, Salam Wonderful Indonesia,” ujar Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI.