Rabu 06 Sep 2017 15:19 WIB

Slank akan Hebohkan Perbatasan Indonesia-Timor Leste

Grup band Slank
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Grup band Slank

REPUBLIKA.CO.ID, ATAMBUA - Sebentar lagi area perbatasan Indonesia dengan negara tetangga Timor Leste akan dihebohkan dengan penampilan Slank. Band legendaris itu akan tampil di Lapangan Umum Simpang Lima, Atambua, Belu, Nusa Tenggara Timur, Jumat 22 September 2017, mendatang.

Kepala Dinas Pariwisata Belu Johanes Andes Prihatin mengucapkan terima kasih banyak kepada Kementerian Pariwisata (Kemenpar) yang sukses mendatangkan band papan atas Tanah Air ke Atambua. Kata dia, ini dipastikan akan meningkatkan partiwisata Belu atau Atambua di mata Timor Leste.
 
”Saya yakin akan banyak yang menyebrang ke Atambua, karena Slank bukan hanya dicintai oleh masyarakat Atambua, namun juga disukai oleh masyarakat Timor Leste. Ini saya pastikan semua ini berkat Kemenpar, karena tidak ada daya dan upaya kami bisa membawa Slank ke tanah Atambua,” ujar Johanes semringah.
 
Rencananya, band yang digawangi oleh Kaka dan Bimbim itu akan tampil pada pukul 18.00 WIT pada tanggal 22 September. Pria yang biasa disapa Jap itu juga mempersilahkan kepada saudara tetangga Timor Leste untuk hadir dan menyaksikan pertunjukan spektakuler tersebut dengan lighting dan sound system yang mumpuni. 
 
”Silahkan menyebrang, tempat anda untuk menyaksikan konser ini sudah kami sediakan dengan baik, pintu perbatasan kami buka dengan lapang, dan perbatasan akan buka dengan pintu yang lebih banyak. Kami jamin aman, dan silahkan datang saudaraku membawa keluarga, karena Atambua sangat indah untuk disambangi,” ujar Jap.
 
Lebih lanjut Jap mengatakan, setelah mendapatkan kepastian tanggal dari pihak manajemen Slank dan Kemenpar, maka pihaknya langsung berkoordinasi dengan seluruh elemen terkait di Atambua, unsur keamanan dan stakeholder pimpinan di Belu. Bahkan, pihaknya dan Kemenpar telah mengirim tim promosi ke negara tetangga, agar acara ini berjalan sukses dan lancar, tentunya berdampak besar bagi pariwisata Indonesia. 
 
Sebelumnya, Atambua juga pernah mendatangkan Cokelat dan Jamrud pada tanggal 28 Agustus yang lalu. Pertunjukan itu dihadiri ribuan penonton itu tidak hanya wisatawan lokal, tapi juga masyarakat Timor Leste yang menyeberang melalui pintu perbatasan. Atambua memang berbatasan langsung dengan Timor Leste. 
 
Saat itu, Jackline Rossy, vokalis Cokelat mengaku tidak menyangka dengan respons yang besar dari masyarakat. Termasuk kehadiran wisatawan dari Timor Leste. “Apalagi aku ada darah NTT (Nusa Tenggara Timur). Dari dulu pengen banget bisa main di Atambua, dan akhirnya sekarang bisa terwujud,” ujar Jackline saat itu usai konser. 
 
Jackline mengatakan, musik adalah bahasa universal yang dapat dengan mudah diterima banyak orang. Musik punya magnet yang luar biasa. Contohnya di Festival Cross Border Atambua 2017, dimana seluruh lapisan masyarakat berkumpul dan menikmati sajian yang disuguhkan. Dia pun sepakat jika musik merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dengan pariwisata. 
 
Musik bisa menjadi satu instrumen yang dapat menarik wisatawan untuk datang ke satu daerah.  Lebih lanjut Edwin Marshal, pemain gitar Cokelat mengatakan, negara-negara seperti Singapura sendiri telah menjadikan konser musik sebagai salah satu usaha dalam menarik wisatawan. 
 
“Karena musik memang punya magnet seperti itu. Kami sangat senang saat ini pemerintah turun langsung membuat event ini, karena memang musik bukan hanya hiburan tapi sebagai media yang dapat menarik kehadiran wisatawan,” ujar Edwin. 
 
Menteri Pariwisata Arief Yahya juga sepakat dan telah berulang kali mengatakan bahwa musik adalah bahasa universal. “Untuk menciptakan crowd memang perlu bahasa universal dan musik adalah salah satu jawabannya,” kata Menpar.
 
Oleh karena itu ujar Menpar, Kementerian yang dipimpinnya juga kerap hadir dan memberi dukungan dalam berbagai penyelenggaraan konser musik.  Terkait dengan penyelenggaraan acara di crosborder area, dikatakannya merupakan salah satu cara yang efektif dalam menarik kunjungan wisatawan mancanegara. 
 
Di banyak negara, perbatasan menjadi cara yang ampuh dalam meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara. Seperti di Prancis, Spanyol dan banyak negara Eropa yang banyak menempuh cara ini.
 
Penyelenggaraan festival di daerah crossborder, juga akan memberikan dampak terhadap daerah tersebut. Dengan kehadiran lebih dari 25 ribu orang di setiap penyelenggaraan festival, Menpar mengatakan, tentu akan banyak memberi dampak ke masyarakat. Pelaku bisnis akan tertarik menanamkan modalnya ke usaha pariwisata di daerah perbatasan. 
 
“Bagi pelaku bisnis, ini menarik. Mereka pasti sudah mulai berhitung untuk membangun amenitas seperti hotel, resort atau akomodasi, lalu membuat atraksi seperti theme park, seni pertunjukan, dan lainnya. Tujuannya agar orang lebih lama tinggal,” kata dia.
 
Dia juga memprediksi, akan ada lebih banyak akses yang dibangun menuju ke perbatasan, termasuk bisnis transportasi dan pengiriman kargo yang ada di dalamnya. “Perbatasan tidak lagi sepi, tidak lagi dianggap sebagai daerah pinggiran. Tetapi justru menjadi wilayah terdepan di tanah air,” ujar Arief Yahya.
 
Menggerakkan perekonomian masyarakat di perbatasan dengan Crossborder Festival menurut Arief, itu akan semakin konkret. Apalagi ada pengusaha lokal dari daerah yang bergerak, itu akan sangat kuat multiplying effect-nya. Di Pariwisata setiap investasi yang ditanamkan, akan berdampak 170 persen buat masyarakat di sekitarnya.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement