Senin 04 Sep 2017 17:25 WIB

Buku Puisi Indonesia-Malaysia Diluncurkan di IIBF 2017

Wakil Kepala Bekraf Ricky Joseph Pesik (kedua kanan) memberikan paparannya didampingi Ketua Indonesia Internasional Book Fair Husni Syawie (kiri), Ketua Umum IKAPI Rosidayati Rozalina (kedua kiri) dan Visual Storyteller Wahyu Aditya (kanan) saat acara konferensi pers Indonesia Internasional Book Fair (IIBF) 2017 di Senayan City, Jakarta Pusat, Jumat (18/8).
Foto: Mahmud Muhyidin
Wakil Kepala Bekraf Ricky Joseph Pesik (kedua kanan) memberikan paparannya didampingi Ketua Indonesia Internasional Book Fair Husni Syawie (kiri), Ketua Umum IKAPI Rosidayati Rozalina (kedua kiri) dan Visual Storyteller Wahyu Aditya (kanan) saat acara konferensi pers Indonesia Internasional Book Fair (IIBF) 2017 di Senayan City, Jakarta Pusat, Jumat (18/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pesta buku antarbangsa Indonesia International Book Fair (IIBF) ke-4 tahun 2017  akan diadakan di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, 6-10 September 2017. Ketua Panitia IIBF Husni Syawie menjelaskan, penyelenggaran pameran ini diharapkan menjadi ajang promosi bagi Indonesia.

Di event ini juga dapat terjalin promosi kebudayaan dengan dan buku dari berbagai negara. "Kita berharap punya sentimen sama, kita memerlukan di Indonesia, event perbukuan Internasional," ujar Husni, saat audiensi di Kantor Republika, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Salah satu agenda acara IIBF 2017 adalah peluncuran buku  antologi puisi 17 penyair Indonesia-Malaysia berjudul Ketika Hitam Dikatakan Putih dan Sajak Tetap Bersuara. Buku antologi tersebut  akan diluncurkan di panggung lobi JCC Senayan Jakarta, Kamis (7/9), pukul 19.00 WIB.

Menurut pemrakarsanya, Raja Ahmad Aminullah, buku tersebut diterbitkan bersama oleh Institut Buku dan Terjemah Malaysia (ITBM) dan Yayasan Obor Indonesia (YOI). "Buku tersebut berisi sajak-sajak terbaik karya penyair kontemporer Indonesia dan Malaysia," katanya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (4/9).

Penyair Indonesia yang karyanya masuk buku tersebut adalah D Zawawi Imron, Acep Zamzam Nor, D Kemalawati, Ahmadun Yosi Herfanda, Rukmi Wisnu Wardani, Soni Farid Maulana, Ratna Ayu Budiarti, dan Bode Riswandi.

Sedangkan penyair Malaysia yang karyanya masuk buku tersebut adalah Siti Zainon Ismail, A Rahim Abdullah, Zakaria Ali, Abdullah Jones, Raja Ahmad Aminullah, Benz Ali, Nissa' Yusof, Mahaya Mohd Yassin, dan Sofyan Daud.

Selain upacara dan penjelasan penerbit, acara juga akan diisi baca puisi para penyair Indonesia dan Malaysia. "Penyair D Zawawi Imron sudah menyatakan kesediaannya untuk tampil membaca puisi. Begitu juga beberapa penyair lain," kata Raja Ahmad.

Budayawan Malaysia ini berharap, buku itu dapat melengkapi gambaran perkembangan perpuisian Indonesia dan Malaysia terkini. "Selain beberapa penyair penting dari dua negara, saya sengaja memilih beberapa penyair di luar mainstream, agar gambaran itu jadi lebih lengkap," katanya.

Untuk pemilihan penyair Indonesia, lanjutnya, dibantu oleh Ahmadun dan Soni Farid Maulana. "Ahmadun mengajukan cukup banyak nama. Tapi karena kuotanya terbatas, hanya mereka itu yang disertakan," ujarnya.

Menurut Ahmadun, sebenarnya ada satu penyair Indonesia lagi yang dipilih oleh Raja Ahmad, yakni Aan Mansyur. Tapi, karena sampai jauh melewati dead line belum mengirimkan karya, terpaksa ditinggalkan.

Tim penyusun buku ini, tambah Ahmadun, memang tidak berambisi untuk menyajikan seluruh perkembangan perpuisian Indonesia dan Malaysia. "Justru karena itu masih terbuka luas peluang bagi siapapun dan lembaga apapun untuk melengkapinya dengan buku-buku antologi puisi lain," kata pemimpin redaksi portal satra litera.co.id itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement