REPUBLIKA.CO.ID, CILETUH - Jurus 3A yang terdiri dari akses, atraksi, dan amenitas untuk membangun destinasi wisata itu makin jauh bergulir. Bahkan sampai ke Ciletuh, Sukabumi, Jawa Barat. Wagub Deddy Mizwar meminta pengelola Geopark yang sedang dinilai oleh UNESCO ini untuk menerapkan rumus Menpar Arief Yahya itu.
Tiga A itu, kata dia, saling terkait, saling terkoneksi satu dengan yang lain. Atraksi Ciletuh sebagai geopark, luar biasa! Menpar Arief Yahya menyebut kelas dunia. "Tapi akses menuju ke Ciletuh masih susah, 6 jam dari Bandung, itu terlalu jauh dan lama waktu tempuhnya," kata Arief Yahya.
Lalu Amenitas, hotel, resort, homestay, yang bintang 4-5 juga masih belum siap. Sementara kalau ingin menjadi global player, harus siap menggunakan global standart. "Ini yang penting, aset wisata geoparknya jangan ditutup dengan bangunan liar, harus dijaga agar orang leluasa menyaksikan keindahan alamnya," kata Arief Yahya.
Jika perlu, Pemda Sukabumi harus segera mengeluarkan Perda atau aturan dalam membangun kawasan Ciletuh. Tidak boleh sembarangan membangun, harus ditata oleh Pemkab dengan baik dan mempertimbangkan sektor pariwisata. "Ini mendesak, agar dari awal sudah mulai ditata dengan baik," ucap Menpar Arief Yahya.
Wagub Jabar Deddy Mizwar mengatakan, pihaknya tengah mendorong semua pihak agar secepatnya mendirikan beberapa homestay atau tempat singgah bagi wisatawan. Dalam rumus 3A yang dipopulerkan Arief Yahya, homestay maupun tempat singgah merupakan unsur amenitas.
“Program homestay sedang diluncurkan sekarang. Geopark Ciletuh-Palabuhan Ratu ini akan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus,” ujar Deddy saat membuka Festival Geopark Ciletuh-Palabuhanratu 2017 di GOR Tinju Palabuhanratu, Ahad (27/8).
Dia menambahkan, homestay akan mendongkrak perekonomian masyarakat setempat. Hal itu sejalan dengan program Kementerian Pariwisata (Kemenpar) yang bertekad membangun 100 ribu homestay hingga 2019 mendatang.
“Makanya, homestay perlu cepat dibangun agar ada partisipasi masyarakat di dalamnya,” kata Deddy.
Selain itu, akses juga harus dibenahi. Dia mengatakan, Presiden Joko Widodo pernah berjanji mempercepat penyelesaian pembangunan jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) pada 2019, selain Tol Jakarta-Bogor-Palabuhanratu (Jagoratu). Apabila Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi selesai, waktu tempuh menuju ke Sukabumi akan semakin pendek.
“Untuk jalanan di dalam ini (akses jalan menuju lokasi wisata) juga kami kasih bantuan besar. Rp 211 miliar, di luar CSR yang ada. Itu hanya untuk jalan. Jalanannya makin baik dan ada jalan baru. Dari Loji ke Puncak Darma. Jadi, dari sini (Palabuhanratu) ke Puncak Darma cuma satu jam,” tambah Deddy.
Selain itu, Pemprov Jabar juga berharap pembangunan bandara di Ciletuh atau Palabuhanratu. Namun, Deddy mengatakan, Kementerian Perhubungan meminta alternatif lokasi untuk pembangunan bandara selain di Citarate.
“Sebab ini (bandara) bisa melayani masalah pemerintahan dan juga kepariwisataan. Tahun depan bisa mulai bangun. Alternatifnya di Citarate atau Cikembar,” kata Deddy.
Deddy juga meminta pengelola memperhatikan atraksi di destinasi wisata. Dia berharap pengelola tidak merugikan wisatawan. Deddy mencontohkan pemberlakuan tarif berbagai fasilitas di Pantai Palampang. Menurut dua, tarif harus wajar dan tidak boleh sesukanya. Misalnya, untuk homestay, produk makanan, dan tempat parkir.
“Saya dengar karena banyak pengunjungnya, tempat sampahnya tidak memadai. Atau mungkin harus ada pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat sendiri. Juga harga (tarif) jangan naik-naikkan sesukanya, seolah-olah memeras para pengunjung,” ujar Deddy.
Aktor senior itu juga meminta semua informasi tentang Geopark Ciletuh-Palabuhanratu didigitalisasi. Menurut Deddy, hal itu harus dilakukan agar potensi seni, budaya, dan wisata alam di geopark bisa tersebar luas dan cepat. Dengan begitu, wisatawan makin gampang mendapatkan informasi tentang destinasi wisata melalui internet.
“Kawasan pariwisata harus ada digitalisasi ke depan. Informasi tentang kepariwisataan tadi terinformasikan dengan cepat kepada siapa saja,” ujar Deddy.
sumber : Kemenpar
Advertisement