Kamis 31 Aug 2017 16:48 WIB

Unik, Ada Lomba Menumpuk Batu Kali di Ngawi

Peserta Festival Gravitasi Bumi (FGB) di Ngawi, Jawa Timur, yang digelar Sabtu (26/8) hingga Ahad (27/8).
Foto: Dok Kemenpar
Peserta Festival Gravitasi Bumi (FGB) di Ngawi, Jawa Timur, yang digelar Sabtu (26/8) hingga Ahad (27/8).

REPUBLIKA.CO.ID, NGAWI -- Geliat pariwisata terus dikumandangkan Menteri Pariwisata, Arief Yahya, hingga daerah. Hasilnya, banyak yang mulai memikirkan pengembangan destinasi di daerah dengan mengeksplorasi potensi alam dan budaya lokalnya.

"Ini menunjukkan gairah pariwisata kita makin kuat sampai ke daerah-daerah," kata Ariefdalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (31/8).

Menurut dia, membangun destinasi itu tidak harus muluk-muluk, yang penting serius, ada aksi, dan mengimplementasikannya di lapangan. Seperti yang terjadi di Ngawi, Jawa Timur. Ada Festival Gravitasi Bumi (FGB) Selondo, yaitu sebuah festival menumpuk batu kali hingga menjulang tinggi. Siapa yang paling tinggi menumpuknya, itulah juaranya.

Festival tahunan ini sukses digelar Warga Selondo, Desa Ngrayudan, Kecamatan Jogorogo, Ngawi. Uniknya, selama dua hari para peserta yang jumlahnya ribuan itu diperkenankan menumpuk batu kali setinggi-tingginya. Setidaknya ada yang tinggi hingga 30 sentimeter. Ada pula baru menumpuk tiga batu kali yang bentuknya oval tak beraturan  langsung terguling.

Para pesertapun rela berbasah-basahan, ada yang jongkok hingga duduk, di aliran Sungai Selondo. Ada pula yang takut basah, cukup mencari batu kali di tengah aliran sungai lalu menumpuknya di tepi sungai. Satu per satu batu yang mereka peroleh disusun menumpuk. Bila tidak ada yang cocok, mereka lalu berdiri mencari-cari batu yang bentuknya bisa untuk ditumpuk.

"Ini asyik banget, bikin gregetan, butuh kesabaran untuk menumpuk batu,’’ kata salah seorang pengunjung dari Kota Madiun, Santi.

Tidak hanya Santi, masih ada ribuan pengunjung yang mencoba untuk menumpuk batu-batu itu. Festival berlangsung akhir pekan lalu. Apabila tidak berhasil, maka mereka mencari lagi batu yang sesuai di sungai. Tahun lalu, festival kali ini juga dihadiri puluhan wisatawan mancanegara (wisman). Mereka rela berbasah-basahan untuk menumpuk batu di tengah sungai yang airnya mengalir tidak begitu deras. 

Kegiatan tahunan ini memang telah menjadi langganan para wisatawan untuk mengunjungi Ngawi bersamaan digebernya Ngawi Visit Years. Terbukti kegiatan yang digawangi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) desa setempat ini mampu mendongkrak jumlah pengunjung lokal dan luar daerah.

"Jumlahnya meningkat tiga kali lipat dibanding tahun lalu. Bule-nya juga semakin banyak. Ada yang dari London, Inggris, dan Spanyol, " kata Ketua Panitia FGB sekaligus Ketua Pokdarwis Ngrayudan, Zainul Khohar.

Menurut Zainul, kedatangan pengunjung mancanegera tersebut semakin membuktikan jika seni menumpuk batu kali ini sukses menarik wisatawan internasional. Festival itu menjadi satu-satunya di dunia. Terbukti dengan perolehan penghargaan dari Original Rekor Indonesia. Selain itu promosi yang dilakukannya sukses. "Penghargaan tersebut diberikan karena prestasi menumpuk batu dengan jumlah peserta terbanyak dan original, " ujarnya.

Para bule rela berbasah ria untuk mengobati penasaran dengan menumpuk batu kali menjulang tinggi bersama ribuan pengunjung lainnnya. Termasuk ritual arak-arakan tumpeng dan bancakan yang diikuti seluruh pengunjung.

Wakil Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono, dan sejumlah kepala organisasi perangkat daerah (OPD) serta pemerintah Desa Ngrayudan intens mengikuti acara itu selama dua hari. Ony mengatakan FGB harus menjadi inspirasi bagi 212 desa lainnya untuk mengembangkan potensi daerahnya. Tidak hanya keindahan alam, tapi budaya dan tradisi lainnya. Tentu harus dikemas menarik dan tidak meninggalkan ke khasannya.

"Adanya UU desa itu harus disambut positif bagi pemdes untuk berlomba-lomba mengenalkan potensi daerahnya, termasuk FGB,’’ ujarnya.

Inisiator FGB, Yosef Danni Kuarniawan, mengatakan, selain menjadi kegiatan satu-satunya di dunia, FGB juga menarik relawan artis ibu kota untuk hadir. ‘’Saya berharap tahun depan lebih baik lagi, dan acara ini kini sudah menjadi ikon wisata tahunan Ngawi,’’ kata dia.

Menurut Yosef, acara ini melibatkan banyak pihak yang berpartispasi. Budaya gotong royong tercipta dalam agenda tersebut. Pemberdayaan masyarakat dalam menggerakkan potensi wisata di desanya juga tercipta. ‘

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Ngawi, Yulianto Kusprasetyo, mengatakan pihaknya berupaya maksimal mempromosikan kegiatan yang digelar oleh Pokdarwis ini. Pihaknya juga menyasar wisatawan mancanegara untuk turut serta dalam acara ini. "Kami minta komunitas yang memiliki jaringan wisatawan mancanegara untuk menginformasikan kegiatan ini,’’ ujarnya.

Yulianto mengatakan, acara ini merupakan bentuk kesadaran masyarakat akan potensi wisata di desanya. Tujuannya, selain memancing pengunjung datang, juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menguatkan perputaran ekonomi, serta memasarkan wisata Ngawi yang memiliki kekayaan wisata alam.

Dia berharap kegiatan tersebut mampu menyedot pengunjung untuk datang ke lokasi wisata andalan Ngrayudan. Bukan hanya lokal, tapi juga turis mancanegara. Sebab, potensi kawasan tersebut menjadi paket wisata alam cukup tinggi. Tak hanya banyak tempat wisata alam lainnya yang tak kalah indah. Ada kolam renang, pemancingan, air terjun, dan masih banyak lagi. "Daerah itu cocok untuk dikembangkan sebagai paket wisata alam,’’ ujar Yulianto.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement