Rabu 30 Aug 2017 13:15 WIB

Wisatawan Asing Bisa Nikmati Tur Keliling Gratis di Kota Tua

Warga Negara Asing menaiki sepeda onthel saat mengunjungi kawasan wisata Kota Tua, Jakarta, Rabu (12\10).
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Warga Negara Asing menaiki sepeda onthel saat mengunjungi kawasan wisata Kota Tua, Jakarta, Rabu (12\10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program wisata gratis 'Indonesia Heritage Walk' yang diluncurkan Ahad (27/8) berlangsung sukses. Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita), perwakilan ASEAN, akademisi dan wisatawan mancanegara dari Malaysia, Hongkong dan Finlandia, mengaku terkesan dengan paket tur gratis di kawasan Kota Tua Jakarta itu.

"'Indonesia Heritage Walk' ini merupakan walking tour yang akan jadikan kawasan Kota Tua Jakarta ini sebagai salah satu destinasi unggulan wisata sejarah di Jakarta. Khusus wisman, ini bisa dinikmati secara gratis," kata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Esthy Reko Astuti, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (30/1).

Seluruh peserta yang didominasi wisatawan mancanegara mengaku senang. Semua terkesima oleh kekayaan warisan Kota Tua Jakarta, sebuah destinasi yang sedang disiapkan menjadi 10 Bali Baru itu. Program yang digarap keroyokan antara Kementerian Pariwisata berkolaborasi dengan komunitas lokal Kota tua, SEATGA (South East Asia Tourist Guide Association), PT Bituris Wisata Indonesia, langsung mendapat banyak acungan jempol dari undangan yang hadir. Banyak pujian yang datang.

"Itu dikarenakan kawasan Kota Tua Jakarta tidak hanya memiliki keindahan arsitektur bangunan sisa kolonial Belanda saja, tapi juga menyuguhkan kekayaan sejarah berdirinya kota Batavia sebagai cikal bakal kota Jakarta. Dulunya bahkan menjadi kota perdagangan dunia,” ujar Esthy.

Yang perlu dicatat, walking tour ini merupakan paket wisata tematik. Selama ini, program seperti ini belum pernah digarap secara serius. Kemenpar sedang mencoba membuat kualitas produk wisatanya. "Selain untuk menyambut Asian Games 2018, juga untuk turis asing yang datang ke sini. Jadi walking tour disajikan sepenuhnya dalam bahasa Inggris," kata Esthy.

Kepala Bidang Penguatan Jejaring Asisten Deputi Bisnis dan Pemerintah Kemenpar, Hidayat, mengatakan apabila ada yang berminat, walking tour ini dimulai dengan menonton pertunjukan film di Museum Mandiri. Film yang ditayangkan berisi perjalanan bangsa Portugis dan Belanda menuju Nusantara dalam mencari rempah-rempah. Setelah itu, para peserta tur diajak mengelilingi museum yang dahulunya merupakan gedung Nederlandsche Handel Maatschappaij (NHM), sebuah serikat dagang Belanda setelah runtuhnya VOC. Dari situ, peserta diajak menyusuri Kali Besar yang saat ini tengah direvitalisasi. "Kita tunjukkan peran penting sungai dan kanal ini di zaman Belanda sebagai jalur distribusi pengangkutan barang-barang yang baru diturunkan dari kapal yang bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa. Kebetulan saat ini di sepanjang sungai Kali Besar masih banyak gedung-gedung tua yang masih berfungsi sebagai kantor," ujar Hidayat.

Setelah itu, para peserta diajak untuk menikmati kopi, salah satu satu kekayaan komoditi asli Indonesia, di kedai Kopi Aroma Nusantara. Ini menjadi upaya mengenalkan sejarah kopi dari tanah Jawa yang sempat menguasai pasar dunia berabad silam. Dulu sempat dikenal dengan istilah a cup of Java. "Di sini para peserta tur bisa menikmati berbagai jenis kopi mulai dari Aceh Gayo hingga kopi Papua," ujarnya.

Perjalanan dilanjutkan dengan melihat pertunjukan seni beladiri pencak silat Cakrabuana dan gendang rampak di Taman Fatahillah. Seni pencak silat merupakan tradisi turun temurun yang masih eksis di kawasan Kota Tua. Peserta pun diajak untuk berinteraksi dengan mencoba beberapa jurus dasar silat syahbandar yang merupakan ciri khas silat Sunda Cakrabuana dan juga belajar pukulan gendang rampak.

Rangkaian tur diakhiri dengan demo masak kuliner khas Betawi, yaitu Sayur Babanci yang menggunakan 21 jenis rempah-rempah Nusantara. Ini adalah makanan khas Betawi yang sudah sangat jarang ditemui. Peserta diajak terlibat langsung dalam proses memasak Sayur Babanci mulai dari pengenalan bumbu hingga proses memasaknya.

Sambil menikmati santap malam peserta dihibur dengan pertunjukan musik khas tempo dulu lewat alunan nada akordeon dan biola. "Nuansa tempo dulu akan sangat terasa," ujar Hidayat.

Narahubung Kepulauan Seribu dan Kota Tua, Dodi Riadi mengatakan, beragam kenangan tadi bisa diviralkan seluruh peserta tur. Program wisata gratis ini bahkan bisa dinikmati hingga tiga bulan ke depan.

"Selama tiga bulan, kita beri kesempatan free atau gratis untuk para turis asing untuk menjelajahi heritage Kota Tua Jakarta. Setelah tiga bulan, baru kita jual paket tur wisata ini kepada wisatawan mancanegara," ujarnya.

Menpar, Arief Yahya, selalu melihat apa yang dilakukan di negara lain dan sukses. Dia pun membandingkan dengan cerita sukses dari negara lain dengan tema yang sama, Kota Tua atau Kota Lama. “Singapura, Malaysia, yang dekat dengan kita sudah melakukan revitalisasi,” kata Arief.

Eropa adalah gudangnya bangunan penginggalan sejarah. Hampir semua kota selalu punya kota kuno yang umurnya sudah lebih dari 100 tahun dan dilindung oleh pemerintah. “Kota Tua Jakarta itu punya sejarah panjang. Karena itu, dengan sedikit sentuhan saja, Kota Tua bisa lebih keren,” ujarnya.

Baginya, langkah yang dilakukan dengan tur jalan kaki 'Indonesia Heritage Walk' itu sudah cukup maju. Sekaligus mempromosikan kawasan peninggalan sejarah Kota Tua Jakarta. Destinasi di ibu kota yang cukup dekat dengan market, Jakarta dan 30 persen wisman masuk melalui Bandara Soekarno Hatta Jakarta. Singapura dan Kuala Lumpur sudah sering mengadakan program wisata gratis seperti ini. "Hasilnya, destinasi mereka makin nge-hits. Kalau ini diterapkan di Kota Tua Jakarta dengan gaya khas Wonderful Indonesia, saya yakin walking tour ini bisa menjadi atraksi menarik yang banyak dikunjungi turis asing layaknya Jakarta Tempoe Doeloe," ujarnya.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement