Sabtu 26 Aug 2017 06:00 WIB

Mengenang Rasa Berkabung Charles atas Kepergian Putri Diana

Rep: Dwina Agustin/ Red: Winda Destiana Putri
Pangeran Charles.
Foto: People
Pangeran Charles.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pangeran Harry berbicara pertama kali tentang kesedihan ayahnya Pangeran Charles menghadapi berita meninggalnya Putri Diana. Kesulitan itu bertambah ketika dia harus memberi tahu kabar duka itu kepada kedua anaknya.

"Salah satu hal tersulit yang harus dilakukan orang tua adalah memberi tahu anak-anak Anda bahwa orang tua Anda yang lain telah meninggal. Bagaimana Anda menghadapinya, saya tidak tahu," kata Harry dalam dokumenter baru BBC, "Diana, 7 Days".

Harry baru berusia 12 tahun saat ibunya meninggal dalam kecelakaan mobil di Paris pada tanggal 31 Agustus 1997. Pada saat itu, dia dan saudaranya, Pangeran William, bersama ayah sedang liburan musim panas di Balmoral Castle, Skotlandia.

"(Ayah kami) ada di sana untuk kami, dia ada di sisi kami, dan dia mencoba melakukan yang terbaik dan untuk memastikan bahwa kami dilindungi dan dirawat. Tapi dia juga mengalami proses berduka yang sama," kata Harry dikutip dari People.

Pria berusia 32 tahun itu pun mencoba mengingat kembali reaksi pertama kali ketika mendengar kabar duka tentang kepergian ibunya untuk selamanya. Dia mengaku jika ketika itu hanya ada proses penolakan, tidak percaya, dan belum terjadi gelombang kesedihan.

Ternyata, hal sama pun dirasakan oleh William ketika mendengar kabar ibunya yang meninggal karena kecelakaan. Hanya ada rasa bingung dan tidak bisa merasakan apa-apa.

"Saya ingat merasa benar-benar mati rasa, bingung, pusing dan Anda merasa sangat sangat bingung. Dan Anda terus bertanya pada diri sendiri, 'Mengapa saya?' Sepanjang waktu. Mengapa? Apa yang telah kulakukan, mengapa ini terjadi pada kita?" ujar William menegaskan pernyataan adiknya.

Untuk menjaga kesedihan keluarga tersebut, Ratu Elizabeth pun sebisa mungkin menjauhkan cucu dan anaknya dari koran atau media yang memberitakan kabar kecelakaan Diana. Semua benda tersebut disingkirkan dari sekeliling mereka.

 

"Pada saat itu, Nenek ingin melindungi dua cucu dan ayah saya juga. Nenek kami dengan sengaja melepaskan koran dan benda-benda seperti itu sehingga tidak ada lagi yang bisa dibaca di rumah," kata William.

William juga menyatakan jika saat itu belum ada teknologi saat ini, seperti smartphone sehingga mereka bisa memiliki privasi untuk berkabung. Dengan keadaan itu mereka pun memiliki ruang yang tidak bisa diganggu orang lain dan tidak mengetahui reaksi orang lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement