Jumat 25 Aug 2017 13:15 WIB

Jamrud & Cokelat 'Panaskan' Perbatasan Indonesia-Timor Leste

Konser Jamrud (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO
Konser Jamrud (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, ATAMBUA -- Setelah sukses ‘membakar’ animo masyarakat Atambua dan Timor Leste 2016 lalu, kini Jamrud dan Cokelat bakal kembali ke Atambua. Ya, Jamrud dan Cokelat bakal kembali diboyong Kementerian Pariwisata ke perbatasan area di Atambua.

Kesuksesan menyedot sekitar 25 ribu penonton di 2016 menjadi bahan bakar utamanya. Saat itu, Jamrud dan Cokelat yang manggung di dua waktu berbeda sukses mendatangkan banyak penonton. Tak hanya Atambua dan sekitarnya, wisatawan mancanegara (wisman) asal Dili, Timor Leste, juga ikutan menyeberang ke Atambua dalam jumlah yang tidak sedikit.

Pada 2017, dua band itu digabungkan dalam satu panggung. Dua-duanya manggung di waktu yang sama. Jamrud dan Cokelat bakal sama-sama tampil di festival bertajuk Wonderful Indonesia Crossborder di Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada 27 Agustus 2017 di Lapangan Simpang Lima, Atambua, Kabupaten Belu, NTT.

Kegiatan ini untuk mendukung Nawacita Presiden Jokowi dan juga menjaring lebih banyak wisatawan mancanegara (wisman) asal Timor Leste. "Ini sekaligus meningkatkan aktivitas industri pariwisata di kawasan perbatasan,” ujar Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Esthy Reko Astuti, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (25/8).

Esthy menambahkan, perhelatan ini merupakan rangkaian kegiatan Penyelenggaraan Festival Crossborder Atambua di tahun 2017 yang terus konsisten digelar oleh Kemenpar. ”Ini daerah paling dekat dengan perbatasan antara Indonesia dengan Timor Leste. Ada pintu perbatasan Mota’ain yang menghubungkan antara Indonesia dengan Timor Leste. Jadi sangat berpotensi mendatangkan wisatawan,” ujar Esthy yang diamini Gayatri.

Kemenpar memiliki alasan tersendiri mengapa 'repot-repot' menggandeng dua band papan atas tersebut ke wilayah perbatasan. “Karena basis penggemar mereka di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste sangat kuat dan solid, bahkan boleh dibilang fanatik,” ujar Esthy.

Dia tak asal bicara. Saat tampil terpisah tahun lalu, Atambua langsung heboh diserbu sekitar 25 ribu penonton. Detak ekonominya berdegup sangat kencang. Hotel, pedagang kecil, rental mobil, restoran, semuanya panen raya.

Bagi Menpar, Arief Yahya, membalut wisata perbatasan lewat musik memang sangat pas. Atambua yang tadinya sepi kini mulai dilirik wisman Timor Leste. Kota yang tadinya menjadi pusat penampungan pengungsi dari Timor Timur saat 1999 itu sudah naik kelas. Artis-artis tampil di sana tak lagi didominasi band-band lokal ataupun bintang kelas dua nasional. Semua sudah artis papan atas Indonesia.

"Musik itu universal. Dan kebetulan, Jamrud dan Cokelat punya basis fans yang besar di Atambua dan Timor Leste," kata ARief.

DIa menyebut, untuk menciptakan keramaian perlu bahasa universal. Musik adalah salah satu jawabannya. Saat peluncuran kegiatan daerah yang berskala nasional, Kemenpar selalu menyisipi musik berkelas dengan home band Purwacaraka. "Kekuatan musik sangat dahsyat," ujarnya.

Pria peraih penghargaan Marketeer of the Year 2013 tersebut memang sudah sering membuktikan keampuhan musik di wilayah perbatasan. Di Atambua, Kemenpar sukses mendatangkan ribuan wisman Timor Leste setelah memboyong juara Rising Star Indonesia, Andmesh Kamaleng, dan Mahadewi akhir bulan Juni yang lalu. Hasilnya, penonton dibuat terkesima. Masyarakat Atambua, Malaka, Timur Tengah Utara hingga wisman Timor Leste terlihat sangat senang. Semua menyisakan cerita indah di media sosial dan diviralkan kemana-mana.

"Tunggu apalagi. Tanggal 27 Agustus 2017 Jamrud dan Cokelat siap menghentak mulai jam 19.00 waktu setempat. Ayo berwisata ke ke Atambua," promosi Arief.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement