Rabu 23 Aug 2017 15:54 WIB

Semarang Siapkan 1.000 Homestay untuk Wisatawan

Sejumlah wisatawan berkunjung di Obyek Wisata Lawang Sewu, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (9/3).
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Sejumlah wisatawan berkunjung di Obyek Wisata Lawang Sewu, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (9/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemerintah Kota Semarang menyambut hangat target 100 ribu rumah tinggal bagi wisatawan (homestay) yang ditetapkan oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya, untuk 2020. Kota Lumpia ini akan ambil bagian dengan mentargetkan 1.000 homestay.

Target tersebut bukan patokan kosong mengingat jumlah wisatawan lebih besar dibanding homestay yang ada.

"Kita optimis dengan target Kemenpar 100 ribu homestay tahun 2020. Semarang siap 1.000 homestay," kata  Kepala Disparbud Kota Semarang, Masdiana Safitri, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (23/8).

Menurut dia, saat ini kondisinya sangat menggembirakan karena wisatawan mulai melirik hunian jenis homestay yang dikelola warga. Homestay dipilih, selain karena lebih dekat dengan objek wisata, wisatawan juga secara langsung dapat menikmati aktivitas warga di daerah tersebut. Apalagi di Semarang sudah ada tiga desa wisata yang eksis yang menjadi andalan pemerintah, diantaranya Kelurahan Kandri, Kelurahan Nongkosawit, dan Kelurahan Wonolopo. "Di Semarang, homestay mulai tumbuh pesat. Saat ini terdapat belasan homestay yang terdaftar di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Semarang. Jumlah ini diperkirakan terus bertambah," ujar Masdiana.

Pemkot Semarang, kata dia, membuka kesempatan kepada siapa saja membangun hotel atau homestay untuk mendongkrak wisata. Tidak heran apabila pertumbuhan hotel dan homestay di sana cukup pesat. "Banyak rumah-warga di objek wisata yang kini menjadi homestay," imbuhnya.

Usaha homestay diyakini mendatangkan dampak positif bagi warga dalam meningkatkan kesejahteraan. "Pemkot akan bekerja sama dengan perbankan melalui kredit lunak untuk homestay, dengan uang muka ringan‎ dan bunga di bawah tujuh persen. Targetnya bisa ada seribu homestay di Kota Semarang," kata Masdiana.

Pemkot Semarang juga mendorong homestay merujuk pada pasar digital. "Agar mempermudah wisatawan dan memperluas jaringan pasar, kita juga mendorong nantinya homestay ini dapat diakses melalui online," ujarnya.

Saat ini pihaknya akan kembali melakukan pendataan jumlah homestay yang ada supaya lebih akurat. Diperkirakan ada puluhan homestay yang dikembangkan oleh masyarakat. Jumlah ini terhitung sedikit, tidak sebanding dengan jumlah kunjungan wisatawan yang mencapai 518.547 pengunjung dalam setahun (Badan Pusat Statistik 2016).

"Pengembangan homestay perlu dilakukan segera," ujarnya.

Pemilik homestay di Kelurahan Kandri Kecamatan Gunungpati, Gatot Mujiyanto, mengatakan, di Desa Wisata Kandri ada sekitar 11 unit homestay. Jumlah tersebut akan terus ditambah seiring berkembangnya objek wisata Waduk Jatibarang dan Desa Wisata Kandri.

Sebagai pengelola, dia memilih untuk menambahkan beragam fasilitas agar wisatawan betah di Kandri dan menginap di sana. Misalnya dengan membuat oleh-oleh yang unik seperti membuat ketek gethuk, tape singkong, tape dodol, belajar tari lokal, main di sawah atau di kali hingga off road.

“Pengembangan homestay dan paket wisata berbasis potensi lokal dan budaya. Harga paket wisata juga harus terjangkau,” ujarnya.

Selain dekat obyek wisata Gua Kreo, Kandri juga dekat dengan obyek wisata baru Waduk Jatibarang sehingga para pengunjung bisa menginap di homestay yang disiapkan warga. Selain ada oleh-oleh menarik, warga juga nenyuguhkan potensi budaya lokal seperti atraksi tari dan kuda lumping.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement