REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lingkungan kerja modern dengan berbagai perangkat digitalnya dengan mudah memungkinkan banyak karyawan mencuri waktu perusahaan. Waktu tersita untuk melihat lapak belanja daring, memeriksa promo liburan, atau berselancar di media sosial.
Cyberloafing, kegiatan daring non-kerja di sela-sela waktu, adalah bentuk modern dari perilaku tempat kerja yang kontraproduktif. Cyberloafing bisa jadi jahat, tapi tidak selalu.
Salah satu penelitian menemukan cyberloafing dapat dikaitkan dengan tingkat kepribadian "gelap" seseorang dan kemampuannya untuk melepaskan diri dari suatu perkara. Dilansir dari BBC, Senin (21/8), survei itu dilakukan terhadap 273 karyawan secara daring dan anonim untuk mengukur perilaku cyberloafing dengan tingkat kepribadian.
Temuan ini menunjukkan bahwa individu yang psikopat (tidak berperasaan dan parasit), machiavellianism (manipulatif), dan narsis (superioritas arogan) dapat dikaitkan dengan cyberloafing melalui kemampuan mereka untuk menipu.
Semakin tinggi tingkat kepribadian "gelap" itu, semakin tinggi pula tingkat cyberloafing-nya. Hal ini lantaran mereka cenderung kurang menyesal dan tidak merasa bersalah, juga tidak terlalu peduli kalau ketahuan atasan.
Cyberloafing membawa beberapa dampak negatif. Perilaku ini dapat mengakibatkan fokus karyawan terdistraksi, hingga menguras sumber daya atau keamanan perusahaan. Misalnya, menyebabkan kinerja jaringan lebih lambat atau virus komputer.
Studi ini menunjukkan pentingnya menumbuhkan pertanggungjawaban karyawan jika seorang pengusaha ingin mengurangi perilaku ini. Karyawan dapat diberitahu bahwa semua aktivitas berbasis web akan dipantau. Tapi pengawasan ini juga berisiko mengganggu privasi karyawan dan menciptakan lingkungan kerja yang kurang menyenangkan.
Untungnya, cyberloafing bukanlah perilaku kerja yang negatif semata. Penjelajahan internet dapat memberi dampak positif pada emosi karyawan, sehingga memungkinkan tindakan pelepasan stres. Hal ini juga dapat meningkatkan produktivitas dalam beberapa situasi dengan memberikan waktu istirahat bagi para karyawan sehingga mereka dapat memulihkan konsentrasinya.