Kamis 17 Aug 2017 13:39 WIB

Kemenpar Dukung Festival Kebudayaan Pasa Harau

Tari Indang: Tari indang ini menjadi salah satu rangkaian pertunjukan peristiwa budaya Minangkabau, yang dihadirkan dalam Pasa Harau Art and Culture Festival 2016. Tahun ini, Pasa Harau kembali digelar di Lembah Harau, Limapuluh Kota. Jarak tempuh dari Kota Padang, Ibukota Provinsi, berkisar 120 KM.
Foto: Dokumentas Dewan Pasa Harau
Tari Indang: Tari indang ini menjadi salah satu rangkaian pertunjukan peristiwa budaya Minangkabau, yang dihadirkan dalam Pasa Harau Art and Culture Festival 2016. Tahun ini, Pasa Harau kembali digelar di Lembah Harau, Limapuluh Kota. Jarak tempuh dari Kota Padang, Ibukota Provinsi, berkisar 120 KM.

REPUBLIKA.CO.ID, LEMBAH HARAU -- Nagari Harau di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat akan kembali berpesta. Pada 25 hingga 27 Agustus akan kembali digelarnya Pasa Harau Art & Culture Festival.

Selama tiga hari penyelenggaraan, festival yang didukung Kementerian Pariwisata ini bakal menyuguhkan ragam kebudayaan masyarakat sekitar Lembah Harau, permainan tradisional hingga pertunjukan musik akustik dengan menghadirkan musisi senior Fariz RM.

Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara (BP3N) Kementerian Pariwista Esthy Reko Astuti mendukung terselenggaranya kembali festival yang diinisiasi komunitas masyarakat Nagari Harau. Pasa Harau Art & Culture Festival menurut Esthy berbeda dengan kegiatan serupa di Indonesia.
 
Pengunjung atau wisatawan yang jadi peserta akan diajak terlibat langsung menjadi bagian kegiatan kebudayaan di masyarakat sekitar Lembah Harau.
 
“Wisatawan akan tinggal di rumah-rumah penduduk, merasakan dan berinteraksi langsung sebagai ‘penghuni’ Lembah Harau. Serta saling terlibat dalam ragam workshop seni pertunjukan yang akan digelar di tengah festival berlangsung,” ujar Esthy.
 
Dengan kolaborasi yang baik antara komunitas masyarakat Nagari Harau dengan pemangku kepentingan terkait, maka diharapkan festival ini dapat menjadi ‘pasar’ seni dan budaya.
 
“Di mana berbagai potensi yang dimiliki oleh masyarakat Lembah Harau dan Limapuluh Kota secara umum dapat ditampilkan secara massif,” kata Esthy.
 
Kepala Bidang Promosi Wisata Budaya Wawan Gunawan memaparkan, potensi tersebut tidak saja terdiri atas penampilan pertunjukkan seni, namun juga berbagai permainan rakyat, olahraga tradisional, serta kuliner khas setempat. Pasa Harau Art & Cultre Festival mengambil kata ‘Pasa’ yang di Minangkabau berarti ‘pasar’ sebagai konsep dasar. Yang juga dapat berarti keramaian.
 
“Juga benda-benda kerajinan serta gelaran beberapa upacara tradisional,” ujar Wawan.
 
Dede Pramayoza selaku Direktur Festival mengatakan Pasa Harau Art & Culture Festival adalah satu kegiatan pengembangan wisata berbasis komunitas di Lembah Harau, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat.
 
Menurut Dede, Festival ini terselenggara berkat dukungan masyarakat lembah Harau dan pemerintah Nagari Harau. Masyarat Nagari Harau bergotong-royong menyiapkan pertunjukan, rumah untuk menginap, dan ragam seni instalasi.
 
"Pemerintah Nagari bahkan mengalokasikan anggaran untuk mendukung acara ini,” kata Dede.
 
Dibandingkan dengan tahun lalu, acara yang dihadirkan dalam festival kali ini akan lebih beragam. Selain seni pertunjukan tradisi, wisatawan juga akan disuguhkan berbagai permainan khas tradisional. Beberapa diantaranya adalah pertunjukan pacu jawi, pacu itik, silek lancah, minum 1001 kopi kawa, dan workshop randai bagi traveler/wisatawan.
 
Dan pada tanggal 26 Agustus malam pukul 20.00 WIB, Haraucustik yang merupakan pertunjukan musik akustik akan menghadirkan musisi senior Fariz RM yang akan membawakan rentetan lagu-lagunya yang sudah dikenal masyarakat luas.
 
“Selama tiga hari penyelenggaraan kami menargetkan 5.000 pengunjung, termasuk di dalamnya wisatawan mancanegara seperti tahun lalu,” kata Dede.
 
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi kembali digelarnya Pasa Harau Art & Culture Festival. Di mana masyarakat sebagai komponen penting dalam pariwisata mengambil perannya dalam menjaga dan mengangkat kebudayaan setempat dan mengemasnya menjadi satu sajian menarik yang dapat menarik wisatawan.
 
“Saya yakin culture value di Sumatra Barat khususnya Nagari Harau di Kabupaten Limapuluh Kota sangat tinggi. Namun harus didukung oleh commercial value sehingga kebudayaan budaya dapat menghasilkan economi value yang kuat. Budaya itu semakin dilestarikan semakin mensejahterakan,” kata Arief.
 
Arief mencontohkan ikan-ikan yang ada di bawah laut Indonesia, jika dilihat wisatawan saat diving atau snorkeling tentu nilai ekonominya akan lebih besar daripada ikan yang ditangkap. Ikan yang sekali ditangkap maka akan selesai.
 
“Namun ikan yang beserta keadaan alamnya dipelihara dan dijaga akan dilihat wisatawan sehingga mendatangkan devisa,” kata Menpar Arief Yahya.
 
Terlebih ketertarikan wisman terhadap budaya adalah yang tertinggi, mencapai 60 persen dibanding ketertarikan terhadap alam (nature) 35 persen dan kerajinan tangan (manmade) lima persen.
 
“Sukses untuk penyelenggaraan Pasa Harau Art & Culture Festival dan semakin melambungkan Pesona Indonesia,” kata Arief Yahya.
 
 

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement