Ahad 30 Jul 2017 06:57 WIB

Beras Berkutu atau Menguning Masih Layak Dimakan

Rep: Christiyaningsih/ Red: Indira Rezkisari
Pekerja memilah beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Kamis (13/4).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pekerja memilah beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Kamis (13/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nasi merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Pada umumnya orang lebih suka membeli beras yang tampilannya putih bersih dan bulirnya utuh daripada yang sudah menguning. Padahal beras yang warnanya mulai kuning, apek, atau berkutu sebenarnya masih layak dikonsumsi.

Menurut pakar pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Nuri Andarwulan perbandingan gizi antara beras yang penampilannya masih bagus dengan yang menguning atau berkutu hampir sama. "Beras menguning, berkutu, atau apek masih layak dimakan tapi mungkin selama ini orang merasa jorok ketika melihat beras tersebut sudah menjadi nasi," ungkap Nuri saat dihubungi Republika.co.id.

Nuri yang juga menjabat sebagai Direktur SEAFAST (South East Asian Food and Agricultural Science and Technology) Center IPB mengatakan perubahan warna atau bau pada beras sebagai akibat dari lamanya penyimpanan. Beras tidak hanya mengandung karbohidrat tapi juga lemak. Beras menjadi apek karena kandungan lemaknya teroksidasi selama disimpan.

"Makan beras apek tidak akan berpengaruh apapun ke tubuh hanya aromanya saja tidak wangi," imbuh Nuri.

Makin lama beras yang disimpan juga bisa pecah atau biasa disebut beras menir. Menir ini pun menurut Nuri juga masih layak disantap.

Beras yang dilarang untuk dikonsumsi adalah ketika beras tersebut sudah ditumbuhi jamur. Ada kemungkinan jamur itu menghasilkan toksin atau racun. "Bukan berarti orang akan langsung keracunan tapi sifatnya akumulatif," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement