REPUBLIKA.CO.ID, DARWIN - Puluhan kapal pesiar bakal menjelajahi eksotisme pulau-pulau Indonesia dalam Sail Indonesia 2017 yang dimulai 28 Juli 2017. Total ada 85 Yacht yang akan bergabung terbagi dua start atau flag off dari Tual, Maluku sebanyak 56 kapal berangkat 28 Juli dan 29 kapal asal berbagai negara berangkat dari Darwin, Australia berangkat 29 Juli 2017, mendatang.
Di Darwin, kapal yacht akan dilepas oleh Penasehat Menteri Pariwisata Bidang Marine Tourism, Marsetio. Sementara yang dari Tual, pelepasan kapal yacht akan dilakukan oleh Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari Kemenpar, Indroyono Soesilo.
Marsetio menjelaskan, nantinya rombongan dari Darwin dan Tual akan bertemu di Sail Sabang 2017, Aceh, pada 28 November 2017. Sementara puncaknya, akan digelar pada 2 Desember 2017 yang akan dihadiri Presiden Joko Widodo.
“Diperkirakan ribuan wisatawan asing dan domestik akan hadir pada Sail Indonesia di Sabang dan kita harus benar-benar siap menyambut lonjakan kunjungan wisatawan kapan saja,” ujar Marsetio, Rabu (26/7).
Marsetio yang pernah menjabat KSAL periode 2012-2015 ini menerangkan, Sail Indonesia 2017 akan singgah di sejumlah spot-spot wisata yang eksotis. Adapun lokasi pertama yang disinggahi setelah berangkat dari Darwin adalah Kupang pada 5-9 Agustus 2017, menuju Timor Tengah Utara (Winni) pada 11-14 Agustus 2017. Berikutnya, rombongan pun akan tiba di persinggahan ketiga yakni di Alor pada 16-20 Agustus 2017.
"Setelah tiga hari menjelajahi Alor, peserta Sail Indonesia 2017 akan tiba di Komodo pada 23-26 Agustus 2017, kemudian menuju Sumbawa Besar-Badas pada 28-31 Agustus 2017, dan menyeberang ke Medana Bay-Lombok Utara pada 2 September-6 September 2017," kata Marsetio.
Pulau Dewata Bali juga tak luput dari sasaran singgah peserta Sail Indonesia 2017, pada 9-15 September 2017, peserta akan menyambangi Lovina Buleleng Bali, sementara untuk pulau Jawa, Karimunjawa yang menjadi pilihannya kapal datang pada 17-23 September 2017, kemudian berlanjut ke Kumai Pangkalanbun pada 25-30 September 2017.
"Kemudian Sail Indonesia 2017 akan tiba di Belitung Timur Manggar pada 2-05 Oktober 2017, Belitung pada 6-10 Oktober 2017, Bangka Tengah-P Ketawai pada 11-14 Oktober 2017, dan Bintan-Tanjung Pinang pada 16-23 Oktober 2017," kata Marsetio.
Selanjutnya, pada 23 Oktober 2017-30 November 2017, peserta Sail Indonesia 2017 akan berlayar menuju Sabang dengan melintasi Selat Malaka dan kemudian bergabung dengan Sail Malaysia. Kapal-kapal Sail Indonesia 2017 akan bersandar di Sabang pada 1-7 Desember 2017.
Diketahui, Sail Indonesia 2017 merupakan pagelaran internasional yang telah diadakan sejak tahun 2000. Kegiatan pelayaran atau sail ini awalnya dicetuskan pada Desember 2000. Saat itu juga didukung oleh Kementerian Pariwisata, untuk membuat kelompok yang mengoordinasikan rally pelayaran kapal layar (yacht) dunia yang dimulai dari Darwin, Australia, untuk masuk ke wilayah perairan Indonesia dan singgah di Bali, NTT, Kepulauan Seribu, Batam, sebelum meneruskan pelayaran mereka ke Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Namun, acara tahunan tersebut sejak 2009 disesuaikan dengan nama daerah yang menjadi pusat tujuan utama atau puncak acaranya, seperti Sail Bunaken (2009), Sail Banda (2010), Sail Wakatobi-Belitong (2011), Sail Morotai (2012), Sail Komodo (2013), Sail Rajampat (2014), Sail Tomini (2015), Sail Selat Karimata (2016), dan Sail Sabang (2017).
Tepian pantai Bunaken, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Kawasan tersebut saat ini masih merupakan tempat wisata bahari salah satu terbaik di dunia khususnya untuk pemadangan dasar lautnya.
Deputi Pemasaran Mancanegara Kemenpar I Gde Pitana mengatakan, promosi tersebut dapat menjaring peserta acara Wonderful Indonesia Sail pada Juli dan Sail Sabang yang akan dilaksanakan pada Desember 2017 mendatang.
”Ini juga momentum memperkenalkan pariwisata Indonesia melalui penampilan tim Wonderful Indonesia dengan aktivitas promosi destinasi-destinasi wisata bahari yang terletak di seluruh Tanah Air kita,” ujar Pitana.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan, komunitas wisata minat khusus bahari itu banyak. Menpar menyebut ada komunitas surfing, diving, sailing, yachting, cruising dan sebagainya. Arief mengatakan, wisata yachting merupakan wisata bahari yang berpotensi meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
"Kedekatan jarak antara Australia dengan wilayah timur Indonesia menjadi salah satu alasan banyaknya kapal yacht Australia yang berkunjung ke Indonesia. Luas dan kayanya wilayah laut Indonesia menjadikan bangsa kita berpotensi besar untuk menjadi destinasi pariwisata bahari terkemuka di kawasan Asia Pasifik,” kata Arief Yahya.
Untuk mendukung acara ini, Kemenpar pun mengeluarkan kebijakan bebas visa. Kebijakan Bebas Visa Kunjungan hanya memperbolehkan izin tinggal selama 30 hari di Indonesia. Jika menggunakan Visa on Arrival, batas waktunya 60 hari. Untuk para yachter, Indonesia sudah menyediakan social culture visa. Masa berlakunya 60 hari dan bisa diperpanjang 4 x 30 hari. Jadi para yachter bisa berpetualang selama enam bulan.
Untuk mengantisipasi kunjungan dan lama tinggal, Pemerintah Pusat dan Daerah juga mulai memikirkan adanya kebutuhan pelabuhan pariwisata atau setidaknya dermaga wisata karena peningkatan pelayanan memang menjadi nyawa dari wisata yacht.