Selasa 25 Jul 2017 14:06 WIB

Nostalgia Permainan Tradisional di Festival Banyuwangi

Hiburan tari-tarian saat peluncuran Banyuwangi Festival 2017 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kemenpar, Jakarta, Jumat (3/2).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Hiburan tari-tarian saat peluncuran Banyuwangi Festival 2017 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kemenpar, Jakarta, Jumat (3/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, seolah tidak pernah kehabisan ide dalam mengonsep pariwisata. Salah satunya melalui Banyuwangi Festival 2017 yang diselenggarakan di jalan protokol depan gedung Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Sabtu (22/7).

Kegiatan tersebut menghadirkan banyak keceriaan lewat ragam festival anak. Salah satunya Festival Memengan (Mainan) Tradisional. Di festival ini, ribuan siswa tingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) memainkan aneka permainan jadul (zaman dahulu) yang sudah jarang mereka mainkan sehari-hari.

Jalan protokol yang berada di tengah Kota Banyuwangi berubah menjadi arena bermain yang asyik bagi ribuan anak daerah dan wisatawan yang datang. Mereka berparade sambil bermain aneka mainan lawas seperti, egrang bambu, gasingan, bedil-bedilan, gobag sodor, engklek, dakon, bintang aliyan, medi-median, balap karung, klompen panjang, tarik tambang hingga dagongan.

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, mengatakan, sebagian anak-anak mungkin tidak mengenal permainan-permainan tradisional. Padahal, permainan tradisional memiliki banyak filosofi. Festival Memengan ini sekaligus sebagai upaya untuk memperkenalkan mainan tradisional pada anak-anak. Orang tua juga bisa bernostalgia dengan permainan-permainan yang pernah mereka mainkan semasa anak-anak.

"Orang tua bisa nostalgia pada permainan yang populer di masa mereka dulu. Upaya ini sekaligus memperkenalkan pada anak-anaknya dan kami harap bisa membiasakan pada anak-anak mereka," ujar Anas dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (25/7).

Anas mengatakan, permainan tradisional memiliki banyak unsur gotong royong sehingga menumbuhkan kebersamaan dan kepedulian pada anak-anak. Saat ini, kata dia, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain gawai sehingga lebih banyak asyik sendiri. "Ini juga sebagai bentuk pendidikan karakter bagi anak, yang mengajak mereka belajar kebiasaan baik yang sesuai perkembangan usia anak," kata Anas.

Tak hanya bermain permainan tradisional, anak-anak tersebut juga menampilkan bakat seni dan budaya. Misalnya saja tarian barong cilik dan jaranan buto. Sebagian anak juga bermain alat musik yang tidak biasa, mereka membentuk formasi drum band yang alat musiknya terbuat dari bahan-bahan yang ada di lingkungan rumah. Contohnya, terompet yang terbuat dari janur kelapa dan seruling dari pipa paralon dan ditambah iringan rebana sehingga menghasilkan irama musik yang unik. Suasana semakin meriah saat suara peluru kertas dari senapan bambu dan pelepah pisang berdesingan di udara. Terasa bagaikan ada di medan perang.

Tak mau kalah, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas juga ikut bermain tembak-tembakan bersama mereka. Anas juga ikut bermain hula hop, egrang, berjalan di atas batok kelapa, dan mobil-mobilan dari bambu. Lewat permainan tradisional, para peserta akan banyak belajar mengasah kreativitas dan dilakukan secara berkelompok. "Ini akan melatih mereka untuk menumbuhkan kebersamaan dalam kehidupannya, berbeda dengan permainan modern yang individualistis," kata Anas. Pihaknya juga ingin mengajak anak-anak menjajal permainan tradisional agar mereka cinta pada kesenian daerahnya.

Banyuwangi Festival menyuguhkan juga menyuguhkan konser Lalare Orkestra yang berlangsung malam harinya di Gesibu Taman Blambangan. Sebanyak 130 musikus cilik menampilkan perpaduan musik tradisional dan modern sembari menampilkan seni teater. Kelompok musik Lalare Orchestra pernah meraih penghargaan tingkat dunia dari Pasific Asia Travel Association (PATA) kategori Heritage and Culture pada 2016.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya bangga lantaran daerah kelahirannya dipimpin oleh orang yang sangat kreatif seperti Abdullah Azwar Anas. "Banyuwangi beruntung punya Bupati keren kaya Pak Anas. Pak Anas pemain kelas nasional Banyuwangi layak dinobatkan sebagai the best festival city dan di nomor dua adalah Solo yang tahun ini menggelar 57 event selama setahun," ujarnya.

Dia menyebut, dengan adanya Banyuwangi Festival, kabupaten tersebut mampu meningkatkan kunjungan wisatawan dengan perputaran uang mencapai Rp 1,5 triliun selama setahun. Arief menyebut, apabila kunjungan wisatawan asing yang mencapai 80 ribu dan menghabiskan uang rata-rata 500 dolar AS per hari dan wisatawan nusantara yang jumlahnya sekitar Rp 3,2 juta dan menghabiskan sekitar Rp 850 ribu sampai Rp 1 juta per hari, maka ada perputaran uang sekitar Rp 1,5 triliun di Banyuwangi.

Arief mengatakan, Indonesia masuk menjadi salah satu dari 20 negara yang mengalami pertumbuhan pariwisata pesat. Indonesia juga menjadi satu dari dua negara perwakilan ASEAN yang masuk ke dalam daftar tersebut. Dia mengatakan  prestasi ini tak lepas dari tiga kunci sukses dalam pengembangan pariwisata Indonesia dan dunia yakni atraksi, aksesibilitas, dan amenitas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement