Senin 24 Jul 2017 14:54 WIB

Menyusuri Eksotisme Gua Jomblang

Peserta Biodiverity Warrior melakukan kegiatan di Gua Jomblang, Gunung Kidul, DIY, Sabtu (6/12).  Sepuluh pejuang keanekaragaman hayati atau Biodiversity Warriors terpilih melakukan petualangan ke Gua Jomblang, Desa Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakar
Foto: Republika/Wihdan
Peserta Biodiverity Warrior melakukan kegiatan di Gua Jomblang, Gunung Kidul, DIY, Sabtu (6/12). Sepuluh pejuang keanekaragaman hayati atau Biodiversity Warriors terpilih melakukan petualangan ke Gua Jomblang, Desa Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakar

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Pesona Gua Jomblang menjadi magnet bagi wisatawan mancanegara (wisman). Setiap hari, banyak wisman antre ingin menikmati eksotisme yang ada di dalam gua vertikal di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini.

"Bagus. Temukan terus sensasi wisata alam, dipadu dengan kekuatan budaya, itu akan semakin sustainable," ujar Menteri Pariwisata Republik Indonesia, Arief Yahya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (24/7).

Mantan Direktur Utama PT Telkom itu memang ahli membuat portofolio bisnis. Dalam urusan pariwisata, misalnya, dia memecahnya dalam tiga kategori, yakni budaya, alam, dan buatan manusia. "Kalau bisa menggabungkan tiga unsur kekuatan itu, maka destinasi itu pasti luar biasa," ujarnya.

Wisman dari berbagai negara Eropa, Amerika, Asia seperti Cina, Singapura dan Malaysia tampak berderet siap memasuki gua yang terletak di kawasan pegunungan karts di Gunungkidul ini, Sabtu (22/7). Di mulut gua, mereka melengkapi diri dengan helm dan tali. Berurutan, mereka dipandu kru Gua Jomblang menuruni pintu gua.

Mereka memasuki gua dengan metode single rope technique (SRT). SRT merupakan teknik yang baku digunakan untuk menuruni gua vertikal dengan memakai satu tali sebagai lintasan yang dipakai untuk jalan menaiki dan menuruni tempat yang vertikal.

Para pengunjung turun per dua orang. Hari itu, Budi dan Rahmat yang bertugas menurunkan para pengunjung. Rahmat dengan riang bercakap Mandarin satu dua patah kata yang dia pelajari untuk tamu yang bisa berbahasa Mandarin.

Saat turun, fotografer Gua Jomblang mengabadikan ekspresi para pengunjung. Hasil cetakan bisa dibeli saat usai aktivitas. Foto-foto dijejer di pendopo tempat regristasi tamu. Di tempat ini pula makan siang disediakan.

Begitu sampai di bawah mereka akan menemui keindahan Goa Jomblang. Saat berada di dasar gua, dapat dilihat beberapa tumbuhan yang tumbuh subur merimbun. Pada dinding kapurnya ditumbuhi tanaman perdu.

Setelah sampai dasar, penjelajah dapat beristirahat pada sebuah bilik bentukan alam. Selanjutnya, penjelajah dapat meneruskan perjalanan menyusuri lorong yang menghubungkan Gua Jomblang dengan gua vertikal lainnya yang bernama Gua Grubug.

Lorong penghubung dua gua tersebut cukup lebar dengan panjang sekitar 500 meter. Lorong tersebut dapat dengan mudah dilalui karena terdapat jalan setapak yang terbentuk dari bebatuan yang disusun memanjang. Kendati begitu, perlu kehati-hatian karena jalur tersebut cukup licin. 

Pesona perut bumi pegunungan karst makin terlihat setelah sampai pada ujung lorong yang merupakan dasar Gua Grubug. Penjelajah bisa melihat keindahan yang luar biasa. Terdapat dua stalagmit yang cukup besar berwarna hijau kecoklatan berdiri tegak di tengah dasar Gua Grubug.

Apabila penjelajah dapat mencapai dasar Gua Grubug tepat pukul 13.00 WIB, maka akan dapat melihat pemandangan yang eksotik dari sinar matahari yang menerobos masuk ke dalam kegelapan ke dasar Gua Grubug.

Sinar matahari  menyentuh sejumlah stalagtit dan stalagmit yang terbentuk dari tetesan air selama ribuan tahun. Sinar matahari yang masuk membentuk citraan yang tegas bagaikan tangga bidadari yang menjulang keluar gua.

Jack, salah satu wisatawan asal Singapura mengaku terkesan  dengan cara memasuki gua vertikal. "Naik dan turunnya goa sangat menantang. Amazing," kata Jack yang datang bersama enam kawannya.

Gua berdiameter 50 meter ini dijelajah pertama kali pada tahun 1984 oleh kelompok penjelajah gua dari Yogyakarta, Acintyacunyata Speleological Club (ASC).

Terdapat aliran sungai yang berasal dari Kalisuci. Aliran ini terletak pada sisi sebelah utara dari stalagmit besar tersebut.

Gua Jomblang masuk dalam wilayah Desa Jetis Wetan, Semanu, Gunungkidul, atau sekitar 10 kilometer dari Kota Wonosari, 40 kilometer dari Kota Yogya. Jalan aspal mulus hingga menjelang 1 kilometer ke lokasi parkir.

Selebihnya jalan bebatuan yang membuat penumpang bergoyang-goyang di atas kendaraan seperti jalur offroad. Begitu komentar beberapa wisatawan mancanegara. Tapi semua ini tak menyurutkan minat mereka untuk datang ke Gua Jomblang.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement