Ahad 23 Jul 2017 17:49 WIB

Indonesia dan Singapura Jalin Kerja Sama Wisata Pelayaran

Wisatawan mancanegara turun dari kapal kapal pesiar MS Volendam yang bersandar di Pelabuhan Benoa, Bali, Rabu (28/12).
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Wisatawan mancanegara turun dari kapal kapal pesiar MS Volendam yang bersandar di Pelabuhan Benoa, Bali, Rabu (28/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Kerja Sama bidang pariwisata bahari antara Indonesia dan Singapura terus dijajaki. Setelah beberapa bulan lalu sukses menggelar dialog The 1st Joint Working Group Meeting (JWGM) on Tourism di Jakarta, keseriusan Singapura tergambar dalam penyelenggaraan Cruise Dialogue & 2nd Tourism Working Group Meeting yang diselenggarakan pada Kamis (20/7) Juli di Resorts World Sentosa, Singapura.

Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisara, I Gde Pitana mengatakan, kegiatan JWGM on Tourism sebagai tindak lanjut dari hasil nota kesepahaman bersama (MoU) kedua negara saat leader retreat di Semarang pada November 2016. JWGM on Tourism juga untuk mendukung dan melaksanakan kerja sama pengembangan pariwisata yang telah disepakati. Hal itu terkait kerja sama pariwisata di bidang MICE, cruise, dan investasi.

"Itu baru MoU dan tidak mungkin langsung implementasi tanpa melalui pertemuan teknis terlebih dahulu. Maka dari itu, kita buat working group ini dalam bentuk join working group meeting," kata I Gde Pitana di Jakarta dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (23/7).

Pitana menjelaskan, pada pertemuan kedua tersebut ada tiga pertemuan B2B untuk menghasilkan kerja sama nyata antara Indonesia dengan Singapura. Hasil pertemuan kemudian disepakati dalam MoU on Tourism mengenai pelayaran, MICE (meeting, incentive, convention, exhibition), dan investasi di bidang pariwisata.

Hasilnya, kata Pitana, Genting Hong Kong perusahan yang membawahi Crystal Cruises, Star Cruises, dan lainnya tertarik masuk ke Pelabuhan Benoa, Tanjung Mas, dan Tanjung Perak. Juga ada Oceania Group yang tertarik untuk masuk ke pelabuhan di Jakarta, Surabaya, Benoa, Komodo, dan Semarang. "Lalu ada Royal Caribbean yang ingin masuk ke Benoa di Bali, Komodo, karena tertarik dengan wisata di Pulau Komodo dan Lombok karena Lombok sangat bagus namanya di industri cruise,” ujarnya. Pertemuan tersebut juga membahas dialog mengenai pelayaran yang mempertemukan Pemerintah Indonesia, Singapura, dan Cruise Community di Asia Tenggara yang bertujuan membahas rencana pembangunan pelabuhan.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengapresiasi hasil pertemuan JWGM on Tourism dengan hasil program kegiatan yang nyata untuk diimplementasikan kedua pihak serta berusaha menghilangkan kegiatan yang bersifat seremonial. Menurut dia, harus ada satu program yang bisa langsung diimplementasikan, apakah terkait dengan program kapal pesiar, promosi bersama bidang MICE ke Bintan, Batam atau Karimun, maupun penunjukan lokasi investasi di tiga destinasi yang diminati investor Singapura.

"Apakah Danau Toba, Mandalika atau Yogyakarta. Yang terpenting jangan banyak serimonialnya,” ujar Arief.

Indonesia, kata diam akan meminta operator pelayaran Singapura untuk dapat menaikkan dan menurunkan penumpangnya di lima pelabuhan besar yaitu Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Benoa, dan satu pelabuhan lain yang diusulkan, yaitu Tanjung Mas, Semarang, sekaligus disiapkan paket-paket wisatanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement