Ahad 23 Jul 2017 17:49 WIB

Festival Pulau Penyengat, Refleksi Kejayaan Masa Lalu

Peserta menunggu giliran tampil dalam lomba peragaan busana khas Melayu di rangkaian acara Festival Pulau Penyengat, Selasa (23/2). (Antara/Yudhi Mahatma)
Peserta menunggu giliran tampil dalam lomba peragaan busana khas Melayu di rangkaian acara Festival Pulau Penyengat, Selasa (23/2). (Antara/Yudhi Mahatma)

REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNG PINANG -- Salah satu destinasi wisata di kota Tanjung Pinang, Pulau Penyengat, pada Sabtu (22/7) siang dipadati ratusan wisatawan dan masyarakat. Tidak hanya wisatawan nusantara, tetapi juga wisatawan dari beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Mereka meramaikan perhelatan tahunan Festival Pulau Penyengat (FFP) 2017 yang menghadirkan acara lebih beragam. Acara dibuka secara resmi oleh Wali Kota Tanjung Pinang Lis Darmansyah. Turut hadir Wakil Wali Kota Tanjung Pinang Syahrul, serta Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Personal Kementerian Pariwisata, Raseno Arya.

Ini merupakan kali kedua Kementerian Pariwata mendukung pelaksanaan Festival Penyengat. Lis mengatakan, Pulau Penyengat memiliki arti penting bagi masyarakat Tanjung Pinang. Tidak hanya sebagai salah satu destinasi wisata terbaik Kota Tanjung Pinang, namun sebagai basis dari kekuatan masyarakat lokal dalam mempertahankan adat istiadat, terutama kebudayaan Melayu.

Pulau di muara Sungai Riau ini memiliki sejarah kuat dalam kebudaan Melayu, di mana merupakan pusat dari pemerintahan Kerajaan Riau yang berkedudukan Yang Dipertuan Muda Kerajaan Riau-Lingga pada 1900 silam. "Festival ini juga sebagai refleksi kejayaan masa lalu kerajaan yang harus dikenang dan implementasikan nilai adat istiadat sehingga menjadi kebanggaan bagi generasi penerus," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (23/7).

Festival Pulau Penyengat 2017 akan berlangsung hingga Senin (24/7). Terdapat tiga kegiatan unggulan di dalamnya yakni kompetisi Malay Fashion Carnaval, Parade Melayu dan Muslim Fashion, serta Bazar Melayu Fashion. Kegiatan ini mengangkat konten lokal Melayu dalam karya kreatif pakaian karnaval. "Diharapkan dapat menjadi daya tarik kunjungan turis dan menjadi aktifitas pariwisata Pulau Penyengat secara berkelanjutan," kata dia.

Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Personal Kementerian Pariwisata, Raseno Arya, mengatakan kekuatan budaya yang ada menjadikan Pulau Penyengat berpotensi besar dalam menarik wisatawan. Tidak hanya wisatawan nusantara, tapi juga wisatawan mancanegara karena letaknya yang dekat dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

Terlebih kebudayaan Melayu juga tersebar luas hingga ke Thailand. "Wisatawan mancanegara sendiri untuk Kepulauan Riau ditargetkan sebesar 2,2 juta wisman di tahun ini. Kalau bisa dalam satu tahun bisa beberapa kali event yang kita bisa buat," ujar Raseno.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya mengatakan Festival Pulau Penyengat diharapkan dapat mengangkat pariwisata Kepulauan Riau, khususnya potensi destinasi wisata alam dan budaya setempat. Selain itu juga memperkenalkan Pulau Penyengat sebagai pusat sejarah dan budaya Melayu.

Letaknya yang strategis, berbatasan dengan Malaysia dan Singapura menjadi keuntungan tersendiri. "Eventnya, atraksinya, aksesnya, semua harus digarap secara serius. Kalau Tanjung Pinang serius, komitmen, pariwisata pasti cepat tumbuh," kata Arief.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement