Sabtu 22 Jul 2017 17:58 WIB

Tingkatkan Mutu SDM, IITCF Gelar Pelatihan Wisata Muslim

Pemandangan di kawasan Pantai Seger, Mandalika, Lombok.  (Republika/Wihdan Hidayat)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pemandangan di kawasan Pantai Seger, Mandalika, Lombok. (Republika/Wihdan Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) kembali menggelar pelatihan wisata Muslim. Kali ini, pelatihannya dikhususkan bagi pemilik travel, tour planner, maupun tour leader ke berbagai negara.

Chairman IITCF Priyadi Abadi mengatakan, tujuan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) wisata Muslim Indonesia agar bisa memiliki daya saing di tingkat dunia. Dan pelatihannya pun tidak hanya kali ini. Sejak 2016, IITCF  telah menggelar pelatihan (educational trip) ke Eropa Barat, Taiwan, Turki, dan Thailand.

“Bulan Agustus 2017 kami akan melaksanakan educational trip ke Korea. Setelah itu, pada November 2017, kami akan menggelar edu trip ke Eropa Timur, meliputi negara-negara Chech, Austria, Hungaria, Slovakia, dan Polandia,” kata Priyadi Abadi di sela acara Eastern Europe Presentation di Jakarta, Kamis (20/7).

Acara tersebut diadakan agen lokal (local agent) dari Eropa Timur, yakni Monarchia Tours, serta didukung Turkish Airlines dan kantor perwakilan (repsentative office) Indonesia, yakni Mata Travel.

Dalam acara tersebut, mereka mengundang IITCF dan Pasar Wisata Halal (PWH) sebagai tujuan pasar Muslim Indonesia bagi mereka. Tak kurang dari 30 anggota IITCF ikut bergabung dalam acara tersebut.

Priyadi mengemukakan, dalam rangka mendorong wisata halal, IITCF sangat selektif memilih partner land operator (mitra agen lokal di negara tujuan wisata Muslim). Yang paling utama adalah komitmen restoran halal dan kunjungan masjid sebagai basic dari wisata Muslim. Selain itu, hotel-hotel yang ramah Muslim (Muslim friendly), seperti menyediakan makan pagi halal/terpisah dari grup umum dan ruangan shalat.

“Bila hal tersebut tidak bisa dipenuhi oleh land operator, maka jangan harap bisa bekerja sama dengan IITCF. Ini hal yang prinsip bagi IITCF,” tegas Priyadi.

Terkait acara Eastern Europe Presentation, lanjut Priyadi, acara tersebut sangat bagus untuk para pelaku pariwisata Muslim Indonesia dengan tujuan Eropa Timur. “Kami belum menentukan akan bekerja sama dengan land operator mana pada educational trip East Europe. Namun dengan presentasi dari Monarchia Tours ini semakin membuka wawasan kami untuk memilih partner terutama untuk wisata Muslim,” tukas Priyadi Abadi

Destinasi wisata halal atau yang kini dikenal juga dengan sebutan family friendly tourism makin menjanjikan. Apalagi, destinasi wisata halal di Indonesia semakin mendapat tempat di kalangan negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ataupun non-OKI.

Merujuk MasterCard-CrescentRating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2017, destinasi wisata halal di Indonesia makin kondang. Posisi Indonesia sebagai penyedia destinasi wisata halal bahkan menanjak di antara 130 negara yang disurvei.

Modalnya pun sudah kuat. Di 2015, Wonderful Indonesia menyabet 3 penghargaan pada World Halal Tourism Award di Abu Dhabi. Dan di ajang serupa pada 2016, Indonesia menyabet 12 dari 16 penghargaan.

Lantaran modal kuat tadi, Menteri Pariwisata Arief Yahya tak ragu mematok kunjungan wisman hingga 3,7 juta atau naik 30 persen. Dan saat ini, perkembangan tertinggi family friendly tourism ada di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Angkanya tumbuh 50 persen dibanding 2015.

"Tumbuh 25 persen saja atau 3,1 juta hingga 3,2 juta pertumbuhan juga sudah baik. Yang paling terbaik dan hasilnya kelihatan adalah Lombok di NTB. Lombok itu growth dan okupansi hotel 80 persen," kata Menpar Arief Yahya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement