REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 20 rekomendasi dihasilkan oleh Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia (Munsi) II yang berlangsung di Hotel Mercure Ancol Jakarta, 18-20 Juli 2017. Di antaranya, Badan Bahasa perlu menggelar Kongres Sastra Indonesia lima tahun sekali. Sedangkan Munsi akan digelar tiga tahun sekali.
Rekomendasi yang disusun oleh Tim Perumus yang diketuai oleh Ahmadun Yosi Herfanda dan dibacakan oleh Maman S Mahayana juga menyebutkan bahwa Badan Bahasa perlu memberikan penghargaan sastra setingkat Asia-Pasifik. “Apresiasi lain yg direkomendasikan untuk dilaksanakan oleh Badan Bahasa adalah pemberian penghargaan sastra secara berjenjang sejak tingkat provinsi hingga tingkat nasional,” kata Ahmadun Yosi Herfanda kepada Republika.co.id, Jumat (21/7).
Munsi II dibuka oleh Kepala Badan Bahasa Dadang Sunendar, dan ditutup oleh Kepala Pusat Pembinaan Gufron Ali Ibrahim. Acara pembukaan juga diisi pembacaa puisi oleh Sutardji Calzoum Bachri.
Pada hari pertama, Mendikbud Muhadjir Effendy hadir untuk meluncurkan buku-buku yg diterbitkan oleh Panitia Munsi II dan berdialog dengan para sastrawan peserta Munsi. “Mendikbud mencatat semua masukan dari sastrawan dan berjanji untuk menindaklanjutinya,” tutur Ahmadun.
Munsi II bertema "Sastra Nerawat Kebhinekaan Indonesia" ini diisi diskusi panel, diskusi kelompok, dan pentas sastra. Tampil sebagai pembicara, Abdul Hadi WM, Ignas Kleden, Suminto A Sayuti, Radhar Panca Dahana, Rusli Marzuki Saria, Riris K Toha Sarumpaet, Janet de Neefe, Seno Gumira Adjidarma, dan Ahmad Sahal. Sedangkan panggung sastra diisi oleh Sosiawan Leak, Dhenok Kristianti, Soni Farid Maulana, dan sejumlah sastrawan lainnya.