REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Bagi generasi yang tumbuh di era 2000-an, Linkin Park adalah salah satu band rock paling digandrungi pada saat itu. Album Hybrid Theory yang menjadi debut Linkin Park berhasil membius jutaan pendengar di seluruh dunia.
Album itu terjual puluhan juta kopi dan tercatat sebagai penjualan album terlaris di awal milenium. Kunci kesuksesan band rock ini terletak pada perpaduan elemen metal, rock, rap, dan hiphop yang melahirkan genre nu-metal. Percampuran ini bisa dinikmati lewat lagu Crawling, In The End, dan Numb.
Meski masih menjadi perdebatan, kehadiran suara Chester Bennington disebut-sebut sebagai salah satu kunci keberhasilan Linkin Park. Pria yang meninggal di usia 41 tahun ini memiliki suara yang bertenaga dan sesuai dengan karakter musik Linkin Park. Vokal Chester Bennington digambarkan sebagai suara marah dan kasar. Namun di sisi lain ia juga punya kehangatan, artikulasi yang baik, dan lucu.
Pada rentang 2013 dan 2015, Chester juga pernah menjadi vokalis bagi band The Stone Temple Pilots. Ia juga pernah manggung bersama Dead by Sunrise dan Kings of Chaos.
Album terakhir Linkin Park, One More Light, menunjukkan nuansa yang berbeda dengan album-album sebelumnya. Di album terbaru ini Linkin Park bekerja sama dengan penulis lagu pop Julia Michaels dan Justin Tranter serta musisi asal Inggris, Stormzy.
Sayangnya perjalanan Chester dan band yang sudah membesarkan namanya itu harus berakhir Kamis (20/7). Ia memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.
Chester Bennington sudah bertahun-tahun melawan ketergantungan terhadap alkohol dan narkotika. Beberapa tahun silam ia mengatakan pernah mempertimbangkan untuk bunuh diri. Pemikiran itu terlintas lantaran ia pernah mengalami kekerasan seksual di masa kanak-kanak.