REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus gencar mengembangkan 10 Destinasi Prioritas atau 10 Bali Baru yang telah ditetapkan Presiden Joko Widodo. Kementerian yang dipimpin oleh Arief Yahya itu menggelar Forum Group Discussion (FGD) Pengembangan Strategi Pemasaran 10 Destinasi Prioritas di Hotel Santika Premier, Jakarta.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti mengatakan saat ini 10 Destinasi Prioritas terus dikembangkan 3A (akses, atraksi dan amenitas). Menurutnya, ketiga unsur itu harus berjalan seiringan dengan promosi.
“Acara ini sangat penting dilaksanakan sebagai bagian dari rangkaian kegiatan penyusunan target pemasaran di 10 destinasi prioritas yang telah ditetapkan Presiden dan Kemenpar atau yang biasa disebut dengan 10 Bali Baru,” ujar Esthy, Selasa (18/7).
Esthy menambahkan, rekomendasi praktis mengenai strategi pemasaran 10 Destinasi Prioritas dan untuk mencapai target strategi pemasaran, promosi pariwisata terus digencarkan.
Untuk strategi pemasaran menggunakan pendekatan DOT (Destination, Original, dan Time), promotion strategy dengan BAS (Branding, Advertising, dan Selling), dan media strategy dengan pendekatan POSE terutama pada pasar utama. Untuk itu butuh formula yang tepat untuk merumuskan strategi pemasaran di 10 Bali Baru dengan menggandeng unsur pentahelix ABCGM.
“Untuk menjaring masukan, ide, dan gagasan hingga menjadi rumusan yang nantinya dipakai untuk memasarkan 10 Bali Baru, seluruh steakholder pariwisata kita gandeng. Terutama unsur pentahelix yang terlibat instansi/lembaga, pelaku industri/bisnis, asosiasi, akademisi, komunitas, serta media yang terlibat dalam bidang pemasaran pariwisata,” papar Esthy.
Wisatawan Mancanegara (Wisman) melintasi kawasan Malioboro menggunakan becak di Jl. Malioboro, Daerah Istimewa Yogyakarta. Selama tahun 2017, Indonesia memasang target kunjungan wisman sebesar 15 juta.(Andreas Fitri Atmoko/Antara)
Plt Asisten Deputi Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara Hariyanto memaparkan,untuk mematangkan semuanya, seluruh stakeholder pariwisata yang berjumlah kurang lebih 60 orang yang mewakili 10 Destinasi Prioritas ikut diundang ke acara tersebut.
Unsur Pentahelixnya lengkap. Goverment-nya diwakili dari Dinas Pariwisata 10 destinasi prioritas Sumatera Utara, Kep.Bangka Belitung, Banten, D.K.I Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara semua ikut dilibatkan. Sementara unsur bisnisnya diwakili pelaku industri pariwisata seperti maskapai penerbangan (Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Lion Group).
"Asosiasinya juga ada GIPI, PHRI, ASITA, Akademisi (Universitas Pancasila), dan Komunitas Historia Indonesia, satunya lagi media nasional,” tambahnya.
Unsur Pentahelix ini, lanjut Hariyanto, ikut digandeng untuk menjaring masukan, ide, dan gagasan seputar pengembangan pariwisata di 10 Destinasi Prioritas Pariwisata. “Harapannya, menghasilkan rekomendasi atau pedoman strategi pemasaran pariwisata nusantara yang komprehensif dan aplikatif,” ujarnya.
Menanggapi FGD itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan, upaya melejitkan 10 Destinasi Prioritas memang harus melalui pemantauan dan evaluasi. Dan hal itu, harus ada sinergi dari semua pihak.
“Pertimbangan segala aspek itu hal yang sangat penting, untuk membangun sebuah kawasan pariwisata. Karena itu sejak mendesain awal, kami melihat sisi kekuatannya,” kata Menpar Arief Yahya.
Arief melihat data wisman yang masuk ke Indonesia angkanya masuk akal untuk menjadikan budaya sebagai faktor sukses. Dia mengatakan, sektor kepariwisataan penyumbang devisa yang cukup signifikan di Indonesia. Pada tahun 2017, Kementerian Pariwisata menargetkan total kunjungan wisatawan sebanyak 280 juta wisatawan, yakni 265 juta wisatawan nusantara dan 15 juta wisatawan mancanegara.
“Untuk mencapai target tersebut, pemerintah melahirkan 10 Bali Baru. Untuk menunjang 10 Bali Baru, kita harus melakukan sebuah penilaian terhadap kesiapan daya saing dari 10 destinasi prioritas pariwisata di Indonesia tersebut secara kuantitatif, ini harus kita lakukan untuk bisa menggolkan target-target kita. Maju serentak dalam konsep Indonesia Incorporated. Pemantauan dan evaluasi harus dilaksanakan untuk memenangi persaingan,” kata Arief Yahya.