Sabtu 15 Jul 2017 13:29 WIB

Penjelasan Pendiri Telegram Soal Aplikasinya Kerap Diblokir

Pavel Durov
Foto: goaleurope.com
Pavel Durov

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusaha asal Rusia Pavel Durov memahami aplikasi layanan pesan Telegram kerap diblokir di sejumlah negara. Durov mengatakan pemblokiran itu karena upaya secara konsisten membela privasi pengguna dan tidak pernah melakukan kesepakatan dengan pemerintah.  

Durov menulis melalui laman telegra.ph pada19 April 2017. Pada tulisannya, dia menyatakan, Telegram secara historis memiliki masalah dengan regulator di beberapa bagian dunia.

"Karena, tidak seperti layanan lainnya, kami secara konsisten membela privasi pengguna dan tidak pernah melakukan kesepakatan dengan pemerintah," tulis Durov, dilansir pada Sabtu (15/7).

Sejak diluncurkan ada Agustus 2013, pengusaha berusia 33 tahun itu menyatakan, tidak pernah mengungkapkan data kepada pihak ketiga. "Layanan seperti WhatsApp tidak diblokir di Cina, Arab Saudi, Iran, atau negara lain yang memiliki sejarah penyensoran," kata Durov.

Hal ini, pengusaha asal Rusia ini menuturkan, terjadi karena WhatsApp dan perusahaan induknya, yaitu Facebook, sangat ingin memperdagangkan kepercayaan pengguna untuk meningkatkan pangsa pasar. Dia juga menyatakan klaim bahwa 'WhatsApp dan pihak ketiga tidak dapat membaca atau mendengarkan pesan dan panggilan WhatsApp Anda' sebagai sesuatu yang salah. 

Durov menerangkan WhatsApp dapat membaca dan mendengarkan panggilan dan pesan para pengguna. "Sebab, mereka 99,99% dapat mengubah kunci enkripsi pengguna mereka," kata dia. 

Selain itu, Durov menerangkan, pihak ketiga seperti Google atau Apple memiliki akses langsung ke sebagian besar riwayat obrolan pengguna WhatsApp. Ia melanjutkan ini terjadi karena WhatsApp menipu mayoritas pengguna agar tidak mengizinkan backup terenkripsi pihak ketiga tanpa end-to-end

Bahkan, menurut Durov, penyebaran obrolan tidak berhenti hanya dengan pihak ketiga. Pada gilirannya, Apple dan Google harus berurusan dengan permintaan data dari semua negara tempat mereka berbisnis. Karena itu, data pun mengalir ke negara tempat mereka berbisnis. 

"Tidak heran pemerintah dan regulator tidak senang dengan Telegram. Biarkan mereka memblokir kami sebanyak yang mereka mau. Kami tidak akan mengubah prinsip kami atau mengkhianati pengguna kami," ujar Durov. 

Kepada para pengguna aplikasinya, Durov mengatakan memang tidak menyenangkan kalau Telegram, atau bagian dari lauanannya, dibatasi di suatu negara. Tapi, dia mengimbau, terkadang lebih baik berhenti menggunakan layanan komunikasi sama sekali daripada menggunakan aplikasi yang tidak dapat dipercaya. 

sumber : telegra.ph
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement