Kamis 13 Jul 2017 17:11 WIB

Sumba, Primadona Wisata Baru di Indonesia

Salah satu kamar di Nihi Sumba atau Resor Nihiwatu.
Foto: dok Nihiwatu
Salah satu kamar di Nihi Sumba atau Resor Nihiwatu.

REPUBLIKA.CO.ID, SUMBA BARAT DAYA -- Salah satu hotel di Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali membuktikan kualitasnya. Sebuah laman pariwisata, Travel+Leisure menempatkan akomodasi tersebut untuk kategori World’s Best Awards 2017. 

Sumba memang kini menjelma menjadi primadona destinasi wisata baru. Pariwisata Sumba perlahan namun pasti kian menorehkan kesan mendalam di tempat orang-orang yang pernah menyinggahinya.
 
Presiden Joko Widodo, misalnya. Jokowi hadir dalam kegiatan pariwisata di Sumba pada Rabu (12/7). Persisnya di Lapangan Galatama, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT. Presiden kala itu menghadiri Parade Kuda Sandelwood dan Festival Tenun Ikat Sumba 2017.
 
NTT sedang mempersiapkan Tour de Flores 2017 yang akan diselenggarakan pada 14 hingga 19 Juli dari Larantuka sampai ke Labuan Bajo. NTT benar-benar dijadikan Wilayah Pariwisata Baru oleh Kementerian Pariwisata. Rangkaian Festival Tenun Ikat yang dihadiri Jokowi itu juga termasuk Festival Sandelwood dan Parade 1001 Kuda di beberapa kabupaten di Pulau Sumba.
 
"Terima kasih Pak Presiden Jokowi, pariwisata NTT makin juara," kata Arief dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (13/7).
 
Jokowi sendiri mengatakan, keunikan budaya merupakan ciri khas sebuah bangsa. Apabila dikelola dengan baik, maka akan menjadi keunggulan yang dimiliki Indonesia dibanding bangsa-bangsa lain, terutama di bidang pariwisata. Adanya 714 etnis yang tersebar di 17 ribu pulau di Indonesia menunjukkan keanekaragaman yang dimiliki Indonesia. "Inilah kebinekaan kita, Bineka Tunggal Ika yang harus kita jaga, karena sangat beragam," kata Jokowi

Dia mengimbau seluruh pihak agar mengelola keunikan tersebut dengan baik. Kegiatan promosi dapat dilakukan secara masif dan efektif agar para wisatawan berbondong-bondong datang. 

Keunikan yang dimiliki oleh Pulau Sumba misalnya, adalah kuda Sandelwood yang setiap tahun dipakai untuk parade. Tak jarang juga digunakan untuk mas kawin. "Ini simbol ksatria," ujar Jokowi. 
 
Keunikan lainnya yaitu budaya cium hidung. Saat tiba di bandara, Presiden dibisiki Bupati Sumba Barat Daya tentang cium hidung. "Itu adalah simbol napas kehidupan," kata dia.
 
Menurut Jokowi, setiap suku dan daerah memiliki keunikan dan kelebihannya masing-masing yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Seperti acara Festival Sandelwood dan Kain Tenun Ikat Sumba. Keduanya adalah contoh nyata, bagaimana alam memberikan sebuah budaya lokal yang menjadi keunggulan dalam pariwisata.
 
Presiden juga berharap agar Parade Kuda Sandelwood dan Festival Tenun Ikat Sumba tidak seperti kembang api, menyala terang satu kali tapi langsung redup. Namun harus dibuat secara berkelanjutan. Untuk itu harus dipikirkan apa yang dapat dilakukan untuk mempertahankan budaya tersebut agar tingkat kedatangan wisatawan tetap berlangsung meski tidak ada festival.
 
Menurut dia, pariwisata Sumba harus dikelola secara modern. Banyak media sosial yang bisa dimanfaatkan untuk promosi. "Undang para blogger ke Sumba untuk membantu promosi yang ada. Kalau perlu cari sutradara film, baik nasional maupun internasional yang mau produksi filmnya dengan latar belakang keindahan Sumba, supaya NTT makin terkenal di manca negara," ujarnya.
 
Sebelum meninggalkan Lapangan Galatama, Presiden menyaksikan atraksi budaya, Parade 1001 Kuda Sandelwood, proses tenun ikat, serta menyapa dan berswafoto dengan masyarakat. Turut mendampingi Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo antara lain, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya dan Bupati Sumba Barat Daya Markus Dairo Talu.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement