Kamis 06 Jul 2017 13:10 WIB

Kemenpar Dukung Konferensi TELF dan Telfin di Yogyakarta

Sendratari Ramayana
Foto: Antara
Sendratari Ramayana

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Indonesia akan menjadi tuan rumah Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Inggris TEFL Asia ke-15 dan Teflin ke-64. Konferensi internasional ini akan digelar di Yogyakarta, 13-15 Juli 2017 mendatang. Konferensi internasional yang akan bertempat di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini merupakan wadah bagi dosen, peneliti dan praktisi untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.

 

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementrian Pariwisata Esthy Reko Astuti mengatakan, pertemuan ini rencananya mendatangkan 1.500 peserta, yang sebagian besar adalah peserta mancanegara dari 13 negara. Mereka berasal dari Cina, India, Israel, Jepang, Malaysia, Mongolia, Filipina, Rusia, Singapura, Korea Selatan, Srilanka dan Vietnam.

Esthy menyatakan banyak pengetahuan dan jaringan baru didapat dari konferensi ini. Selain itu, pertemuan ini juga makin memantapkan posisi Indonesia yang layak sebagai destinasi wisata MICE (meetings, incentives, conferences, and exhibitions). “Ini  kegiatan yang bagus untuk mencari dan memperluas networking. Kita memang fokus  pada wisata MICE. Kota-kota yang memiliki objek wisata, juga memiliki fasilitas convention hall, lengkap amenitasnya, dan mempromosikan MICE-nya," kata Esthy.

Kepala Bidang Promosi Wisata Pertemuan dan Konvensi Asdep Bisnis dan Pemerintah Kemenpar Eddy Susilo mengatakan asosiasi bisnis, perguruan tinggi/civitas akademika, lembaga profesi, komunitas sosial, perusahaan, perkumpulan keluarga/marga, semua berpeluang menjadi costumers. MICE cenderung memilih lokasi tak jauh dari objek wisata.

"Ilustrasinya seperti ini, bapak-nya conference, anak istrinya jalan-jalan keliling kota. Setelah mereka rapat dan menggelar pertemuan besar, mereka akan berwisata dan belanja. Saya sangat setuju strategi mengembangkan wisata MICE, ini sangat berpotensi," kata Eddy.

Pertemuan ini mengambil berbagai macam topik seperti Alternative Approaches and Methodologies, Education/Language Policy, Language Acquisition, Curriculum Design, Flipped Classroom Teaching, Digital Literacy, Intercultural Awareness in the Classroom, Micro Teaching and MOOCs, Motivation in Language Education, Materials Development and Design, Teacher Education and Development.

Tampil sebagai keynote speaker adalah Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir. Selain itu sebagai pembicara sebanyak 11 peneliti, dosen yang berasal dari perguruan tinggi terkemuka di dunia, seperti Anita Lie adalah Direktur dan seorang profesor di Universitas lulusan sekolah Widya Mandala Katolik, Surabaya. Lalu Anthony J. Liddicoat seorang profesor di pusat untuk diterapkan linguistik di Universitas Warwick.

Ada pula Diane Tedick seorang profesor kedua bahasa dan budaya pendidikan di University of Minnesota, Dr Hu ahli bahasa yang diterapkan oleh pelatihan dan Profesor dalam bahasa Inggris dan literatur akademis Group, Herbert Puchta, pemegang gelar Ph.D dalam ELT pedagogi, Profesor bahasa Inggris di Universitas pelatihan guru di Graz, Austria dan merupakan pembicara pleno terkenal di berbagai konferensi internasional, Paul Bangsa Profesor Emeritus di linguistik yang diterapkan di sekolah linguistik dan diterapkan studi bahasa di Victoria University of Wellington, Selandia Baru, dan banyak lagi.

 

Rencananya para peserta juga akan diajak melakoni kunjungan wisata yang ditawarkan dengan konsep terdiri dari dua paket. Paket pertama dinamakan Morning Package dengan tujuan Kraton Yogyakarta, Merapi Volcano, Lava Tour dan Candi Borobudur, Sedangkan untuk paket kedua (Afternoon Package), para peniliti, dosen dan praktisi ini akan  diajak untuk mengexplore Candi Prambanan, menikmati Sunset di Candi Ratu Boko dan menyaksikan Sendratari Ramayana.

 

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan Yogyakarta yang identik dengan kota budaya dan kota pariwisata ini mulai soal kuliner, peninggalan purbakala, heritage keraton, arsitektural gedung-gedung peninggalan Belanda, sampai seni tradisi pun hidup dan berkembang di sana, sayang bila terlewati.

"Yogyakarta itu seperti “Bali”-nya Pulau Jawa. Sangat indah untuk dinikmati,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement