Rabu 05 Jul 2017 09:19 WIB

Yadnya Kasada Bakal Bikin Bromo Makin Dikenal di Dunia

Dua pemuda suku Tengger berfoto bersama usai berdoa di kawah Gunung Bromo pada Upacara Yadnya Kasada, Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (21/7).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Dua pemuda suku Tengger berfoto bersama usai berdoa di kawah Gunung Bromo pada Upacara Yadnya Kasada, Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (21/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesona Gunung Bromo begitu memikat. Tak hanya di dalam negeri, tapi juga tersohor hingga ke negeri mancanegara. Belakangan, pesonanya makin terlihat kinclong lantaran pada 9-10 Juli 2017, ada Festival Yadnya Kasada yang siap digelar di sana.

Hajatan tahunan yang sakral bagi penduduk setempat ini bakal didatangi banyak wisatawan mancanegara (wisman) dan disorot berbagai media asing. Kementerian Pariwisata (Kemenpar) langsung memperkuat koordinasi untuk

promosi destinasi prioritas ini. Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara

Esthy Reko mengatakan Kemenpar pun langsung siap mendukung penuh ritual sakral tersebut dengan event-event pendukung.

"Dalam kegiatan tersebut akan ditampilkan aneka seni tradisional masyarakat Tengger di antaranya Sendratari Kidung Tengger, Puisi Kidung tengger, Jaranan Wahyu Tunas Budaya dan lain-lain. Media-media asing ini akan memberitakan semua kegiatannya dan diketahui masyarakat dunia," ujar Esthy.

Perkiraan estimasi kunjungan wisatawan juga tak sedikit. Khusus untuk 2017, dia memprediksi akan ada 10.000 kunjungan wisnus dan 1.000 kunjungan wisman ke Bromo. Sementara transaksi yang ditargetkan dalam kegiatan tersebut mencapai Rp 5 miliar.

"Orang-orang Tengger itu melaksanakan ritual Yadnya Kasada yang berlangsung selama satu bulan. Dan pada 9-10 Juli akan menjadi pusat kegiatannya. Kami meyakini event ini akan melampau target wisatawannya dan transaksinya," kata Esthy.

Wisatawan menaiki kuda menuju kawah Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)

Asdep Segmen Pasar Personal Kemenpar Wawan Gunawan mengatakan, event yang merupakan kerja sama sejumlah stakeholder negeri dan swasta ini bakal melibatkan ratusan seniman tari dari berbagai daerah. Tidak hanya itu, akan hadir pula artis Ayushita Widyartoeti Nugraha dan Sha Ine Febriyanti. Dua

artis ibukota ini bakal tampil membawakan Puisi dengan tema tersendiri yakni Puisi Kidung Tengger.

"Selain Puisi Kidung Tengger, yang akan menampilkan dua multi talenta ibu kota, bertempat di lautan Pasir Kasiah, juga diisi Sendratari Kidung Tengger, Tari Topeng Gunungsari, Perkusi UI Daul Madura yang merupakan perkusi berlatar etnik Madura. Ada pula Jegog Suar Agung Bali, yang merupakan perkusi bambu berlatar etnik dari pulau dewata Bali.  Singo Ulung tarian khas Bondowoso, Jaranan Wahyu Tunas Budaya, Jaran Slining Lumajang, Tari Mahameru, serta Reog Ponorogo," kata Wawan.

Di lokasi berbeda namun masih di kawasan Bromo, tepatnya di Agrowisata Desa Jetak, dua malam berturut-turut akan ditampilkan Pawai obor, Tari Topeng Gunungsari, Konser Musik Wadya Bala STKW, Tari Pepe ‘pepe’ Bainea  Ri Gowa, serta Jaranan Campursari. Tak kalah menariknya, panitia juga mengadakan lomba Fotografi Eksotika

Bromo dengan mengambil spot pada dua hari acara itu.

Wawan Gunawan menuturkan, sejak zaman Kerajaan Majapahit, acaranya selalu heboh. Yadnya Kasada Bromo dianggap sebagai tempat suci oleh suku Tengger. Warga akan mempersembahkan makanan dengan cara dilempar

ke dalam kaldera gunung berapi yang masih terus aktif. Selain hasil bumi,hewan ternak seperti kambing, ayam, dan sapi, juga dijadikan persembahan.

Sampai hari ini, sebagian besar penginapan sudah full booked hingga bulan Agustus. Ketua Badan Pengurus Cabang Persatuan Hotel dan Restoran (BPC PHRI) Bromo, Jawa Timur Digdayo Djamaluddin mengatakan, pihaknya bersama

para pengusaha hotel, tentu juga panitia, mempersiapkan segala sesuatunya termasuk antisipasi lonjakan wisatawan yang datang ke Bromo.

"Saat ini banyak penginapan jenis hotel dan cottage sudah full booked. Kami juga sedang mengoptimalkan koordinasi dengan pemilik-pemilik homestay di sekitar," ungkap Digdayo.

Untuk informasi, ketinggian 2.300 meter menjadi titik yang paling favorit gunung ini. Sebab, pada ketinggian itu, mata pelancong akan dimanjakan oleh pemandangan indah. Selain itu, juga menjadi lokasi paling strategis untuk menyaksikan kemegahan matahari terbit.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut ini sebagai budaya dan tradisi yang memiliki kearifan lokal di Bromo. Yang pasti, dia mengingatkan agar atraksi alamnya diperhatikan dengan baik, terutama manajemen sampah, yang sering dikeluhkan banyak pihak di destinasi pegunungan.

“Service atau pelayanan yang baik, kebersihan, dan toilet yang terjaga, itu penting dalam jangka pendek. Jangka panjangnya adalah 3A, atraksi, amenitas dan akses, yang tidak bisa ditawar-tawar lagi,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement