Sabtu 01 Jul 2017 14:05 WIB

Lion Air Kalahkan Maskapai Terbesar di Dunia

Pesawat maskapai Lion Air.
Foto: Antara/Lucky R
Pesawat maskapai Lion Air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lion Air makin menancapkan tajinya sebagai pemain utama industri penerbangan Tanah Air dan dunia. Maskapai milik Rusdi Kirana itu beberapa waktu lalu memesan 443 pesawat Boeing, mengalahkan pembelian maskapai terbesar dunia America Airlines yang hanya memesan 285 unit.

Langkah itu membuat Lion Air menjadi maskapai yang memesan pesawat terbanyak. Akhir Mei lalu, Boeing mengirim pesawat jenis 737 Max edisi perdana kepada Lion Air. Lion Air mengalahkan maskapai terbesar di dunia America Airlines yang hanya memesan 285 unit.
 
Hal tersebut menjadi pembahasan The Telegraph beberapa waktu lalu. Dalam ulasannya, Telegraph membeberkan maskapai lain yang memesan pesawat terbanyak. Di belakang Lion Air adalah United Airlines yang memesan 264 pesawat, Southwest Airlines (262), Delta Airlines (239), Emirates (223), dan Ryanair (192).
 
Selain itu, ada pula Turkish Airlines yang memesan 168 pesawat, China Southern (168), Lufthansa (158), dan American Airlines (145). Jumlah pemesanan itu menambah panjang daftar gebrakan yang dilakukan manajemen Lion Air.
 
Pada 2011 lalu, Lion Air memecahkan rekor pemesanan dengan Boeing senilai 22 miliar dolar Amerika Serikat. Nominal itu mengalahkan rekor yang sebelumnya dipegang Emirates.
 
Padahal, Lion Air sempat mengalami tragedi pada Juli 2007 silam. Bersama beberapa maskapai dalam negeri, Lion Air dilarang melintas di Eropa. Hal itu berkaitan dengan rendahnya regulasi dari otoritas penerbangan Tanah Air. Larangan itu baru dicabut pada Juni 2016 lalu.
 
“Yang paling menarik adalah di luar Indonesia hanya ada sedikit kesadaran tentang betapa besarnya Lion Air dan pertumbuhan impresif yang mereka bukukan dalam tujuh tahun terakhir,” ujar analis senior dari OAG John Grant.
 
Dalam tujuh tahun terakhir, Lion Air memang menunjukkan pertumbuhan yang istimewa. Lion Air melipatgandakan jumlah kursi penerbangan dari 25,1 juta menjadi 48,7 juta. Selain itu, rata-rata waktu terbang hanya 1,5 jam.
 
“Bagi Lion Air, pemesanan itu mencerminkan bahwa Indonesia adalah salah satu pasar yang bertumbuh paling cepat dalam perjalanan udara,” kata Grant.
 
Meski sudah berubah menjadi maskapai raksasa, Lion Air masih memiliki ambisi superbesar. Dalam wawancara dengan FT pada 2015 lalu, Rusdi Kirana mengaku sudah mengakuisisi lahan seluas 5.500 hektar di luar Jakarta.
Manajemen akan membangun bandara pribadi di atas lahan itu. Sebab, Bandara Soekarno-Hatta dianggap sudah tak memungkinkan.
 
“Pasar di Indonesia sangat besar, tetapi kami tak memiliki kapasitas bandara yang mencukupi. Kami akan menghadapi kendala di birokrasi, tetapi saya optimistis presiden akan turun tangan jika kami menemui kendala mendapatkan lisensi. Itulah mengapa saya membeli lahan tersebut,” kata Rusdi.
 
Agresivitas Lion Air mengembangkan bisnis juga berdampak langsung terhadap sektor lain. Salah satunya adalah pariwisata. Sebab, selain terus menambah rute dalam negeri, Lion Air juga berekspansi ke mancanegara.
 
Seperti diketahui, Lion Air sudah membuka rute penerbangan dari Manado ke beberapa kota di Cina. Di antaranya, Macau, Shenzen, Chongqing, Wuhan, Shanghai, dan Changsa. Hal itu dilakukan karena potensi wisatawan asal Cina memang sangat besar. Setiap tahun, ratusan juta warga Cina pelesiran ke luar negeri. Pada 2015 lalu, inbound Cina mencapai 120 juta.
 
Lion Group juga akan membuka rute dari Jakarta ke Cenai, India. Sama seperti Cina, India juga merupakan ceruk pasar nan besar di industri pariwisata.
 
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), kunjungan wisman India ke Indonesia melalui 19 pintu utama pada April 2017 naik 21,17 persen dibandingkan periode yang sama 2016 silam.
 
"Jumlah wisatawan India yang datang ke Indonesia tumbuh sangat pesat. Ini yang ingin kami jaring untuk menggunakan maskapai kami," kata Direktur Utama Lion Air Group Edward Sirait pada 19 Juni lalu.
 
Dia menambahkan, pembukaan rute itu merupakan bagian dari upaya mendukung program Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Edward mengatakan dengan adanya penerbangan ini diharapkan wisatawan India makin mudah datang ke Indonesia yang pada akhirnya bisa menyukseskan program pemerintah dalam menjaring wisatawan mancanegara sebanyak mungkin.
 
Saat ditemui di Kuala Lumpur belum lama, Rusdi Kirana menyebut, pihaknya akan mensupport air connectivity untuk pariwisata. Rusdi mengaku sudah beberapa kali bertemu Menteri Pariwisata Arief Yahya untuk membuka lebih banyak direct flight melalui hub Bandara Sam Ratulangi, Manado. 
 
"Kami juga akan support penerbangan domestik, untuk membuka connectivity ke destinasi wisata yang dipromosikan Pak Arief Yahya. Seperti Solo, Belitung, Silangit, Labuan Bajo, Wakatobi, Raja Ampat, dan lainnya," ujar Rusdi Kirana. 
 
Arief Yahya pun mengaku gembira dengan semangat Indonesia Incorporated itu. Sebab menurutnya 75 persen wisatawan mancanegara (wisman) masuk ke Indonesia melalui udara. "Lion Group cukup cerdas melihat arah pengembangan pariwisata ke depan," ujar Arief Yahya memuji keberanian Lion Group.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement