REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan objek wisata terbukti menurunkan angka kemiskinan di Gunungkidul. Melalui peran aktif masyarakat lewat kelompok sadar wisata (pokdarwis) perekonomian warga pun terdongkrak.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan angka kemiskinan tidak lepas dari peran pokdarwis. Di pokdarwis ada usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka kepariwisataan, yang itu semua memiliki dampak ekonomi secara langsung terhadap anggotanya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Gunungkidul Sumarwiyanto menegaskan penurunan angka kemiskinan di Gunungkidul itu disebabkan pesatnya perkembangan pariwisata selama beberapa tahun terakhir.
"Semakin banyaknya objek wisata yang dikelola langsung oleh masyarakat, menimbulkan multiefek yang baik bagi perekonomian. Pasalnya masyarakat menerima pendapatan langsung dari sektor pariwisata," ujar Sumarwiyanto.
Sekretaris Dinas Pariwisata Gunungkidul Harry Sukmono mengatakan pengelolaan pariwisata dengan melibatkan masyarakat secara langsung memang didorong untuk dapat menurunkan angka kemiskinan. Saat ini terdapat sekitar 30 pokdarwis yang aktif mengelola wisata dan memperoleh pendapatan langsung dari sektor pariwisata.
“Dispar mendorong masyarakat ikut dalam aktivitas usaha kepariwisataan, termasuk salah satunya adalah melalui pokdarwis,” ujarnya.
Hal itu sesuai dengan rencana pembangunan pariwisata dan juga sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Menurutnya Pokdarwis yang termasuk dalam kelembagaan pariwisata merupakan salah satu ujung tombak agar masyarakat turut serta dalam pembangunan wisata.
BPS menyatakan angka kemiskinan di Gunungkidul pada 2016 mencapai 19,34 persen. Angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan 2015 yang mencapai 21,73 persen.
BPS setiap tahun melakukan survei melalui Susenas. Tahun lalu, dari hasil Susenas ternyata menyebutkan penurunan kemiskinan yang signifikan. “Penurunan ke miskinan di Gunungkidul paling tinggi di Yogyakarta, karena mencapai 2,3 persen,” kata Sumarwiyanto.
Menurutnya, saat Susenas 2015 lalu, angka kemiskinan di Gununungkidul sebesar 21,73 persen. Angka tersebut menjadi yang tertinggi di Yogyakarta atau di bawah Kabupaten Kulonprogo. Namun demikian, hal mengejutkan terjadi pada Susenas 2016.
Untuk Yogyakarta semua kabupaten atau kota mengalami penurunan. Hanya saja Gunungkidul benar-benar mencatatkan prestasi atas penurunan yang cukup tajam. Menurut Sumarwiyanto, penurunan itu terjadi melihat karena sektor pariwisata.
Ini lantaran jumlah kunjungan wisata dan semangat warga untuk terlibat dalam usaha pariwisata yang cukup besar. “Kami sebenarnya hanya capture lapangan, namun dugaan kami perkembangan sektor wisata yang memengaruhi cukup besar,” kata dia.
Seperti diketahui, Gunungkidul memiliki berbagai objek wisata menarik yang dikelola warga. Mulai wisata geopark, seperti Gua Pindul, Kalisuci, Gua Jomblang dan sebagainya. Lalu ada Air Terjun Sri Gethuk, Gunung Api Purba Nglanggeran dan puluhan pantai yang indah.
Menteri Pariwisata Arief Yahya membenarkan bahwa pariwisata itu sektor yang paling mudah dan murah menghasilkan devisa. Mudah, karena investasi yang dikeluarkan akan menghasilkan multiple effect 170 persen. "Murah, karena biaya promosinya hanya 2 persen dari target proyeksinya," kata Arief Yahya.