REPUBLIKA.CO.ID, PROBOLINGGO -- Mengeksplorasi Bromo Tengger Semeru (BTS) di Jawa Timur yang termasuk ke dalam 10 destinasi prioritas itu sangat menyenangkan. Pada 9 hingga 10 Juli mendatang BTS akan menggelar upacara ritual tahunan terbesar adat suku Tengger, Yadnya Kasada.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur H Jarianto, mengatakan ada banyak pengalaman baru yang bisa digali dari sana. "Sejak zaman Kerajaan Majapahit, acaranya selalu heboh. Yadnya Kasada Bromo dianggap sebagai tempat suci oleh suku Tengger," ujarnya.
Usai Yadnya Kasada, akan dilanjutkan dengan upacara Kasada Bromo pada 14-16 bulan Kasada atau saat bulan purnama tampak di langit. Upacara ini untuk mengenang dan memperingati sebuah pengorbanan seorang Raden Kusuma anak Jaka Seger dan Lara Anteng serta sebagai tata cara adat suku tengger untuk mencari keselematan, kemakmuran dan berkah.
"Upacara adat ini digelar di Pura Luhur Poten, tepat di kaki Gunung Bromo, pada tengah malam hingga dini hari. Bagi suku Tengger, tradisi melempar sesaji ke Kawah Bromo tersebut merupakan bentuk rasa syukur atas hasil ternak dan pertanian yang melimpah," kata Jarianto.
Di dalam kawah telah menunggu banyak penduduk Tengger yang tinggal di pedalaman. Uniknya, mereka jauh-jauh hari sudah tiba di sini bahkan sengaja mendirikan tempat tinggal sementara di sekitar Gunung Bromo.
Puluhan ribu wisatawan dari berbagai daerah di Jawa Timur dan luar Jawa Timur, serta wisatawan mancanegara menghadiri acara tahunan tersebut. Seperti tahun lalu, Bromo yang sedang bergejolak mengeluarkan asap panasnya. Namun hal ini tidak mengurangi minat ribuan wisatawan untuk datang ke Bromo menyaksikan ritual tahunan itu. Jarianto menambahkan, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BTS), Jawa Timur, adalah salah satu daerah tujuan wisata tersohor di dunia.
Gunung ini memiliki keunikan panorama indah sekaligus mistis, sehingga menyodorkan suasana berbeda dibandingkan gunung lainnya.“Di sini terbentang keindahan landscape pegununangan dengan asap yang membumbung dari kawahnya dan di bawahnya ada lautan pasir luas mengelilinginya,” ujarnya.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti menyebut, upacara adat ini sebagai budaya dan tradisi yang memiliki kearifan lokal di Bromo. Esthy mengingatkan agar atraksi alamnya diperhatikan dengan baik, terutama manajemen sampah, yang sering dikeluhkan banyak pihak di destinasi pegunungan.
“Ritual Yadnya Kasada sudah menjadi atraksi wisata. Pemerintah daerah harus mengemasnya menjadi pertunjukan wisata yang mampu menarik wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Service atau pelayanan yang baik, kebersihan, dan toilet yang terjaga, itu penting dalam jangka pendek," ujar Esthy didampingi Kepala Bidang Promosi Wisata Budaya Kemenpar Wawan Gunawan.
Kementerian Pariwisata memang tengah gencar berpromosi membangun 10 top destinasi atau 10 Bali Baru, dimana salah satunya adalah Bromo Tengger Semeru (BTS) di Jawa Timur. Kawasan yang menyebar di empat kabupaten, yakni Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang itu terus digenjot agar bisa bersaing di tingkat global.
"Tren-nya positif. Progres unsur 3A (penguatan Atraksi, Akses dan Amenitas) terus bergerak positif, dari waktu ke waktu. Berbagai event yang digelar levelnya global ," kata Esthy.
Menteri Pariwisata Arief Yahya pun membenarkan, keindahan Bromo Tengger Semeru (BTS) itu luar biasa. Bagi pecinta gunung dan penggemar fotografi, destinasi ini ibarat “surga”. Panorama alam dan budayanya berkelas dunia, ditonton puluhan ribu wisatawan, harganya pun murah meriah.
Tiga hal ini sulit tertandingi oleh destinasi manapun. “Silakan datang dan buktikan sendiri. Jangan lupa siapkan kamera yang bagus, untuk mengabadikan panorama alam yang keren. Satu lagi, sebarkan melalui ke dunia maya,” ujar Arief Yahya.