REPUBLIKA.CO.ID, KUALALUMPUR -- Berbagai strategi yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk menggenjot sektor pariwisata berbuah sukses ganda. Selain berhasil meningkatkan kunjungan wisatawan, juga sukses menggerus ceruk pasar negara pesaing.
Salah satunya adalah Malaysia yang keteteran menghadapi gencarnya promosi pariwisata Indonesia. Wakil Presiden Inbound and Domestic Malaysian Association of Tours and Travel Agents (Matta) Datuk KL Tan mengakui hal itu.
Datuk KL mengatakan, jumlah wisatawan dari Cina dan India yang berkunjung ke Malaysia mengalami penurunan drastis. Sebaliknya, di Indonesia, dua negara itu semakin eksis dan bertumbuh signifikan. Dia mengakui, penurunan tersebut disebabkan promosi agresif yang dilakukan Indonesia, Thailand, dan Singapura.
"Negara-negara itu telah meningkatkan promosi mereka dan menargetkan wisatawan Tiongkok dan India,” ujar Tan pada New Strait Times, 7 Juni lalu.
Tan juga menyoroti strategi cerdas pemerintah Indonesia yang memperpanjang kebijakan bebas visa. Tan mengatakan turis India turun secara signifikan karena banyak negara seperti Indonesia telah memperpanjang free visa dan visa on arrival pada warga India yang datang.
Tak hanya itu, Malaysia makin keteteran karena pemerintah Indonesia memiliki hubungan yang solid dengan perusahaan swasta. Salah satunya dengan AirAsia. "Maskapai penerbangan mereka sudah mulai terbang langsung. AirAsia X Indonesia memulai penerbangan langsung dari Bali ke Mumbai dan Bali ke Kochi. Ini mengurangi peluang penumpang lewat Kuala Lumpur, " kata Tan.
Berbagai langkah cerdas yang ditempuh Kementerian Pariwisata yang dinahkodai Arief Yahya itu akhirnya benar-benar membuat Malaysia tak berdaya. Turis India menurutnya anjlok 35,1 persen pada kuartal pertama 2017, dibandingkan 11,6 persen sepanjang tahun lalu,” ujar pria berkacamata itu.
Sebagaimana diketahui, AirAsia X Indonesia memang melakukan penerbangan langsung perdana dengan pesawat XT852 dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali menuju Mumbai via Kuala Lumpur. Pesawat tersebut mendarat dengan sukses di Bandara Internasional Chhatrapati Shivaji, Mumbai, India pada 19 Mei lalu.
Saat itu, CEO Grup AirAsia di Indonesia Dendy Kurniawan mengatakan, rute tersebut dibuka karena tingginya animo travelista asal India berlibur ke Bali. Penerbangan dengan frekuensi tujuh kali seminggu itu dioperasikan dengan Airbus A330-300 berkapasitas 377 kursi. Sebanyak 12 kursi di antaranya merupakan premium flatbed yang akan transit selama 65 menit di Kuala Lumpur (KLIA2).
"Tiap tahun kunjungan wisatawan asal India ke Bali makin meningkat. Permintaan dari India untuk membuka penerbangan ke Bali terus diajukan. Kami tak bisa membendung permintaan itu," kata Dendy.
Sementara itu, Lion Air juga membuka penerbangan langsung dari Manado, Sulawesi Utara (Sulut) ke delapan kota besar di Cina. Di antaranya, Shanghai, Guangzhou, dan Wuhan. Pembukaan rute itu juga tak lepas dari tingginya minat wisatawan asal Cina ke Indonesia.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), kunjungan wisman ke Indonesia sejak Januari 2017 memang menunjukkan peningkatan. Sebanyak 4,20 juta wisman mengunjungi Indonesia sepanjang Januari-April 2017.
Artinya, ada peningkatan sebesar 19,34 persen dibandingkan periode yang sama 2016 lalu. Saat itu, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mencapai 3,52 juta.
Khusus kunjungan wisman pada April 2017 juga mengalami lonjakan signifikan. Jumlah wisman yang ke Indonesia pada April 2017 lalu mencapai 1,14 juta. Angka itu melesat 26,75 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ketika itu, sebanyak 901,09 ribu wisman berlibur ke Indonesia.
Saat dikonfirmasi, Menteri Pariwisata Arief Yahya hanya tersenyum kecil. "Lawan professional kami bukan Malaysia, tapi Thailand. Mereka sukses dengan angka capaian di atas 30 juta, kita masih tertinggal jauh. Kita harus tetap bekerja cepat untuk mengejar ketertinggalan, dengan perbaikan services tentunya," kata Arief Yahya.