Selasa 13 Jun 2017 10:43 WIB

Mengapa Wonder Woman Sukses?

Rep: CHRYSTIANINGSIH ./ Red: Esthi Maharani
Wonder Woman
Foto: dok Warner Bros
Wonder Woman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Wonder Woman yang dirilis pada 2 Juni lalu masih merajai box office Hollywood. Ini adalah penampilan kedua sang superhero wanita setelah kemunculan pertamanya di layar perak 76 tahun silam. Tahun lalu sebelum dirilis, film ini dihujani kritikan dari para sineas Hollywood. Rata-rata mereka meragukan apakah super hero wanita bisa 'bertahan hidup' di Hollywood pascarentetan kegagalan yang dialami Catwoman dan Elektra.

Ketika jaringan bioskop Alamo Drafthouse mengumumkan bahwa pihaknya akan menjadwalkan tayangan Wonder Woman di seluruh studionya, aktivis hak-hak pria menyerang perusahaan dengan isu diskriminasi seks. Akan tetapi kenyataan berkata lain. Premier film yang dibintangi Gal Gadot itu tercatat sebagai premier tersukses dalam sepekan. Kisah kepahlawanan wanita yang juga disutradarai oleh wanita itu meraup pendapatan tak kurang dari 100 juta dolar AS.

Dilansir dari laman Time, Selasa (13/6), jurnalis budaya Eliana Dockterman mengungkap sejumlah analisisnya mengapa Wonder Woman berhasil mendulang sukses. Ia berpendapat keberhasilan film kolaborasi DC dan Warner Bros Pictures itu bukan hal yang mengejutkan. Wonder Woman bukan film pertama yang sukses mengangkat wanita sebagai pahlawan. Sebelumnya sudah ada The Hunger Games dan Rogue One yang juga mengusung kaum hawa sebagai seorang pahlawan.

Baik penonton pria maupun wanita sama-sama ingin melihat wanita kuat yang sanggup melawan kekuatan jahat dengan akting yang memukau. Usai kemunculan Wonder Woman, Hollywood meramalkan sederet tokoh wanita tangguh pada film superhero di masa yang akan datang. Antara lain Captain Marvel di 2019 sebagaimana karakter Harley Quinn dalam Suicide Squad serta versi spin-off SpiderMan yang berfokus pada karakter wanita.

Tingginya biaya produksi Wonder Woman terbayar dengan keberhasilannya memuncaki tangga Box Office. Film arahan Patty Jenkins ini menelan biaya hingga 149 juta dolar AS atau sekitar Rp 2 triliun.  Keberhasilan itu sekaligus memperlihatkan kecemerlangan Patty Jenkins sebagai sutradara wanita yang menangani film bertema heroisme. Sutradara 45 tahun ini menyuguhkan pahlawan wanita dengan bumbu humor dan romantisme tanpa seks.

“Film yang mengambil latar belakang Perang Dunia I berhasil membangun semacam terowongan dengan Batman vs Superman,” jelas Dockterman.

Wonder Woman sukses digarap sebagai film berbiaya mahal. Namun beberapa kritikan juga dilayangkan pada film ini. Menurut Dockterman, gender pahlawan terlihat kurang relevan bagi penonton setelah 20 menit pertama. Hal lain yang lebih penting, menurutnya cerita dalam film ini terkesan agak dipaksakan untuk kategori film berbudget mahal.

sumber : Center
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement