REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebutuhan akan produk dan layanan serta fasilitas halal semakin menjadi gaya hidup yang digemari. Beragam produk halal yang dulu sukar didapatkan kini mulai mudah didapatkan. Umat islam di Indonesia kian sadar akan pentingnya kehalalan produk dan fasilitas yang mereka gunakan dan manfaatkan.
Di dunia bisnis pun, produk dan fasilitas halal kini tumbuh menjadi komoditas yang menggiurkan dan memikat. Tidak heran jika pasar halal menjadi incaran dunia internasional. Selaras dengan ghirah untuk semakin memasyarakatkan gaya hidup halal, Halal Lifestyle Trend 2017 menggandeng Smesco dan Kementerian Pariwisata berkolaborasi. Acara yang juga didukung belasan komunitas muslim Indonesia ini akan digelar di Smesco Exhibition Hall di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Pancoran, Jakarta Selatan pada 13-15 Juni 2017.
Tidak saja menampilkan beragam produk Usaha Kecil Menengah (UKM) dan kuliner lokal, ajang ini akan menjadi sharing session dengan beragam komunitas Muslim dan talskhow dengan tokoh Muslim muda yang menginspirasi. "Kami berharap event ini akan jadi awal edukasi bagi kesadaran untuk menjalankan gaya hidup halal. Bahwa halal itu sehat, halal itu baik. Sehingga umat Islam bisa menjadikan acara ini sebagai arahan perkembangan tren untuk gaya hidup halal," kata Ketua Panitia Penyelenggara, Leonardi Anil, melalui siaran persnya.
Melihat perkembangan
gaya hidup halal di Indonesia khususnya menjadi penting, karena halal bukan lagi sekadar hukum wajib bagi umat Islam. Industri halal yang menyokong gaya hidup halal sudah jadi fenomena global yang tak akan mungkin dinafikan oleh Indonesia.
"Gaya hidup halal itu adalah segala hal yang kita jalani dalam hidup yang bukan sekadar memenuhi ketentuan agama tapi juga mengandung kebaikan, keselamatan, keadilan, kesehatan dan tak lupa gaya atau style," kata Pencetus konsep Halal Lifestyle Indonesia dan Ketua Halal Lifestyle Center, Sapta Nirwandar.
Mengutip data Global Islamic Economy (2015-2016) Sapta yang juga pencetus hadirnya media Halal Lifestyle, menyebutkan ada 10 sektor yang secara ekonomi dan bisnis berkontribusi besar dalam industri halal. Di antaranya sektor industri makanan, wisata dan perjalanan, pakaian dan fashion, kosmetik, finansial, farmasi, media dan rekreasional, kebugaran, pendidikan dan seni budaya.
Sekretaris Tim Percepatan Pengembangan Wisata Halal Indonesia, Tazbir Abdullah, menyatakan hal senada. "Secara universal saat ini halal telah menjadi bisnis yang meraksasa, yang melayani lebih dari 1,8 miliar penduduk Muslim dunia," kata Tazbir.
Produk-produk halal mulai dari manufaktur, restoran, fasilitas akomodasi dan transportasi serta destinasi wisata halal gencar dikembangkan oleh negara negara yang "sadar halal"-nya tinggi. Untungnya kini pelaku industri pariwisata khususnya di Indonesia, manufaktur maupun industri jasa sudah mulai menyadari bahwa pasar produk halal semakin tumbuh.
"Oleh karenanya selayaknyalah kalau kita semua lebih serius lagi mengupayakan agar industri halal di Indonesia dikembangkan dengan lebih profesional," ujar Tazbir yang bakal jadi salah satu pembicara di Smesco Halal Lifestyle 2017.
Smesco Halal Lifestyle 2017 menghadirkan banyak hal mulai dari tren wisata halal 2017-2018, mengupas produk Muslim friendly, sharing session dengan Halallocal, berbagai komunitas hijaber, bazar produk Muslim friendly hingga fashion show. Ada satu lagi yang layak dinantikan, penampilan kejutan dari vlogger dan selebgram Gita Safitri Devi, yang khusus datang dari Jerman.
"Kami menargetkan acara ini adalah bagi semua orang, siapapun yang ingin mengikuti atau mengetahui perkembangan gaya hidup halal di Indonesia. Catatan saja saat ini total sudah 89 tenant yang bergabung," kata Anil.
Halallifestyle sengaja menggandeng Smesco dan Kementerian Pariwisata dengan alasan yang sangat jelas. Menurutnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang bernaung di bawah Smesco adalah bisnis riil yang harus didukung untuk lebih mengikuti tren saat ini yaitu produk yang lebih Muslim friendly sehingga bisa melebarkan pasar hingga mancanegara melalui wisata Halal.
Tak sekadar memberikan ajang bagi UMKM untuk unjuk gigi produknya, melalui ajang ini tiap peserta juga akan diberi kesempatan luas untuk lebih mempublikasikan produknya. Pimpinan Redaksi Halal Lifestyle Utami Widowati mengatakan sebagai media yang memang secara segmented mengulik industri halal akan memberikan ruang yang luas bagi produsen untuk mengkomunikasikan kualitas produk dan gaya hidup halalnya. "Sementara bagi masyarakat ajang ini dan media kami bisa jadi cermin dan acuan jika sudah menjadikan halal tak sekadar sebagai kewajiban tapi juga kebutuhan," ujarnya.
sumber : kemenpar