REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Bulan Ramadhan sering dimanfaatkan untuk mengambil peluang wisata religi. Salah satunya, ngabuburit yang makin merebak di mana-mana. Salah satu yang melegenda ada di Jalan Pahlawan Semarang.
Sejak puluhan tahun jalan utama dekat Simpanglima itu selalu ramai dengan perempuan penjaja takjil. Mereka adalah para mahasiswi dan siswi sekolah yang sedang 'iseng' menghabikan waktu puasa. Daripada nongkrong di pinggir jalan lebih asyik beratraksi dengan jualan takjil berbuka.
"Tujuan utama bukan jualan mas. Tetapi iseng aja menghabiskan waktu puasa. Sekalian belajar bisnis," kata Siska, mahasiswi Undip yang jualan kolak bersama teman-teman kosnya.
Tidak ketinggalan juga pacarnya yang ikut membantu sambil mengambil fotonya. Maklum, bagi gadis-gadis cantik anak orang berpunya ini action jualan kolak sesuatu yang langka. Sembari ngabuburit sembaru mejeng juga. "Nanti foto-foto ini saya unggah di medsos. Teman-teman pada heboh," kata dia.
Ada ratusan orang yang setiap sore memenuhi jalan Pahlawan itu. Mereka sebenarnya lebih tepat disebut mejeng daripada jualan. Dari dandananya umumnya mode orang kaya dari kalangan mahasiswa dan siswi sekolah. Keasyikan menghabiskan waktu itulah yang membuat tradisi ngabuburit Pahlawan ini melegenda hingga sekarang.
Bahkan setiap sore aksi-aksi bakul kolak itu nenjadi tontonan masyarakat. Sembari menghabiskan waktu mereka nongkrong sepanjang jalan sambil melihat para penjaja kolak yang seksi itu. Jalan protokol terlebar di Semarang itu tiap sore menjadi obyek wisata tersendiri. Mereka berjejer di pinggir jalan, menjajakan dengan meja atau ditenteng.
Pelintas Jalan Pahlawan bisa memilih sesuai selera. Ada makanan ringan, makanan berat serta aneka jenis minuman baik kolak atau hidangan es. Transaksi pun mudah. Cukup mendatangi penjual atau diantar diatas kendaraan yang berhenti.
"Sedari pukul 15.00 ,kami sudah di Jalan Pahlawan, nanti ramai mulai pukul 16.30 banyak pejalan yang mampir," kata Ricko (21), penjaja nasi ayam.
Dia menjajakan aneka jenis nasi ayam, garang asem, dan jenis kolak. Harganya mulai dari Rp 10 ribu-Rp 15 ribu, untuk kolak ia banderol Rp 5 ribu per cup.
Pedagang lainnya, Risa (35), sengaja menjual jajanan berupa aneka gorengan yang sudah dikemas dalam wadah. Dia juga menjual aneka jenis es buah. "Gorengan sama es buah menu paling banyak dicari pelintas Jalan Pahlawan. Agar mudah dibawa saya kemas dan harga terjangkau cuma Rp 5-7 ribu saja," katanya.
Dia yang sudah berdagang dua tahun Ramadahan ini mengaku, antusias masyarakat dalam ngabuburit selalu tinggi. Jalan Pahlawan dipilih menjadi tempat yang strategis lantaran dilintasi para pekerja kantor yang tak sempat mempersiapkan hidangan berbuka puasa.
"Sejak awal puasa saya mangkal ramai terus. Paling ramai akhir pekan dagangan mesti ludes, bukan hanya saya saja tapi semua pedagang pasti panen," kata .
Akibatnya, Jalan Pahlawan selalu macet. Kadang bukan untuk membeli takjil, tetapi sekedar ingin menyaksikan aksi anak-anak muda yang ngabuburit. Kawasan itu benar-benar menjadi tempat favorit ngabuburit selama bulan Ramadan.
Selain lebar, area pedestarian juga sangat nyaman untuk sekedar nongkrong atau berburu makanan berbuka puasa. Disini juga sudah tertata. Untuk lajur sebelah Timur ditempati untuk para pejual makanan dan jajan, mulai arah Simanglima masuk Jalan Pahlawan sampai ujung Jalan Pahlawan.
Sedangkan sisi Barat biasaya lebih dimanfaatkan untuk para komunitas berkumpul, nongkrong, atau kegiatanm sosial lainnya.