REPUBLIKA.CO.ID, oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya
Indonesia Incorporated selalu menjadi mantra yang ajaib ketika kita bicara pembangunan sektor pariwisata. Tanpa kolaborasi dan sinergi pentahelix antara akademisi, bisnis, pemerintah, komunitas dan media, pariwisata kita hanya akan berjalan di tempat. Dukungan penuh seluruh stakeholder tersebut akan memberikan akselerasi yang luar biasa pada pariwisata kita. Diperlukan dukungan dan komitmen penuh terutama para CEO atau leader dari berbagai pemangku kepentingan tersebut untuk memajukan pariwisata.
Ketika menghadiri forum World Travel and Tourism Council (WTTC) Global Summit di Bangkok April lalu, saya memaparkan bahwa kunci sukses kemajuan pariwisata Indonesia adalah CEO Commitment. Keberpihakan Presiden Joko Widodo untuk sektor pariwisata itu paling penting.
Presiden Joko Widodo telah menempatkan pariwisata sebagai sektor unggulan pembangunan. Pariwisata dijadikan sebagai sektor prioritas selain infrastruktur, maritim, pangan dan energi. Bahkan, pariwisata dijadikan core economy bagi Republik ini ke depan, karena komoditas yang paling sustainable, paling menyentuh ke level bawah masyarakat dengan share economy, dan performance setiap tahunnya menanjak, hanya pariwisata. Minyak dan gas bumi, batu bara, kelapa sawit terus merosot.
Dengan komitmen Presiden tersebut, maka seluruh Kementerian dan Lembaga mendukung pengembangan infrastruktur pariwisata, terutama di sepuluh destinasi prioritas yang biasa kita sebut dengan istilah sepuluh “Bali Baru”.
Di pusat, pariwisata sudah menjadi leader di beberapa program yang menyangkut infrastruktur, transportasi, BUMN, Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Apa saja yang diputuskan presiden langsung ditindaklanjuti di level kementerian secara incorporated. Inilah yang juga harus terjadi di daerah, terutama yang punya potensi wisata, dan sudah menempatkan diri sebagai destinasi wisata.
Panorama kawah Ijen di Banyuwangi, Jawa Timur (Republika/Budi Candra Setya)
Berkat komitmen penuh dari Presiden, untuk memudahkan wisatawan mancanegara masuk Indonesia, pemerintah telah menyediakan fasilitas bebas visa. Kita telah memfasilitasi 169 negara sebagai penerima bebas visa, dari semula hanya 15 negara. Dampak kebijakan ini sangat kita rasakan manfaatnya. Tahun pertama sejak pemberlakuan Bebas Visa Kunjungan itu, jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia naik dramatik, mencapai 20 persen.
Karena itu harus ada spirit Indonesia Incorporated. Negara ini hanya akan dapat memenangkan persaingan di tingkat regional dan global apabila seluruh Kementerian/Lembaga sampai ke CEO Commitment daerah yang ada bersatu-padu untuk fokus mendukung core business yang telah ditetapkan.
Komitmen Daerah
Untuk membangun sebuah destinasi wisata, harus diperhatikan 3A. Bagaimana dengan Atraksi Pariwisata yang akan dikembangkan? Bagaimana kesiapan Akses? Dan dukungan Amenitas-nya? Kalau itu sudah kuat semua, masih ada satu lagi yang 50 persen paling menentukan sukses tidaknya sebuah program, yakni track record CEO Commitment-nya.
Peran CEO atau Gubernur, Bupati, Walikota, itu menentukan 50 persen kesuksesan daerah dalam membangun sektor pariwisata. Di awali dengan komitmen orang nomor satu di daerah itu, maka semua program dengan mudah akan berjalan. Begitu pun sebaliknya. Karena tugas pemimpin itu menentukan arah dan mengalokasikan sumberdaya.
Keseriusan CEO akan terlihat dari bagaimana Pemda memprioritaskan sumber daya dan anggaran mereka di pariwisata. Contoh mudahnya adalah mengenai besaran anggaran untuk pariwisata, dan apakah pemilihan Kepala Dinas Pariwisata-nya sudah yang terbaik. Kalau mau berterus-terang, saya hanya akan bantu provinsi, kabupaten/kota yang gubernur atau bupati/walikota yang benar-benar committed dan konsisten membangun pariwisata.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey adalah dua CEO yang bisa dijadikan teladan dalam men-drive pariwisata sebagai core business bagi daerahnya. Kita bisa lihat hasilnya sungguh luar biasa. Banyuwangi yang semula terkenal sebagai “Kota Santet” kini lebih dikenal karena pariwisatanya. Begitu pula dengan Sulut, growth kedatangan wismannya sangat mengagumkan, terutama dari Cina.
Dengan komitmen yang kuat dari gubernurnya, Provinsi Bangka Belitung (Babel) menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) tercepat. Setelah diteken Presiden Joko Widodo Maret 2016 lalu, lima bulan kemudian, tepatnya Agustus sudah ada pembangunan hotel. Ini tidak akan terjadi jika gubernurnya tidak respek dengan sektor pariwisata.
Saya selalu bilang, ketika CEO-nya committed, everything goes easier, faster and better. Coba kalau gubernurnya lelet, tidak akan mungkin itu terjadi. Kalau menunggu CEO yang lelet, hanya akan membuang waktu dan capek. Lebih baik kita dukung CEO yang punya komitmen tinggi terhadap sektor pariwisata dan cepat kerjanya.