Selasa 06 Jun 2017 14:45 WIB

Kampung Warna-warni Bejalen Bangkitkan Ekonomi Warga

Desa Wisata Bejalen Semarang
Foto: Kemenpar
Desa Wisata Bejalen Semarang

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Heboh Kampung Warna-warni, Kaliwerno Bejalen, Ambarawa, Semarang, ibarat "durian runtuh" bagi sedikitnya 10 homestay yang ada di wilayah itu. Sejak April, desa wisata tersebut membuat banyak spot warna-warni di sepanjang Sungai Bejalen itu "panen" tamu. 

Menteri Pariwisata Arief Yahya gembira dengan perkembangan homestay desa wisata yang terus menggeliat. Homestay memang menjadi prioritas utama, Kementerian Pariwisata (Kemenpar), setelah Go Digital dan Air Connectivity. "Target kami terbangun 100 ribu homestay di 2019," ujar Arief.
 
Tahun 2017 Kemenpar menargetkan 20 ribu homestay, yang akan bekerja sama dengan Kementerian Desa dan Kementerian PUPR. Arief akan terus mengawasi perkembangan pembangunan homestay. Hal itu sudah ditegaskan di Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata II/2017, di Hotel Bidakara 18-19 Mei 2017 lalu. 
 
"Tahun depan lebih banyak lagi, 30 ribu homestay dan tahun 2019 diproyeksikan 50 ribu homestay," kata Arief Yahya. 
 
Meski belum sebanyak di Yogyakarta dan Borobudur, Magelang, setidaknya di Semarang mulai berdatangan para tamu dari luar kota. Salah satu pemilik homestay Rini berterimakasih dengan mulai dikenalnya kampung warna warni Bejalen. "Akhirnya mulai banyak tamu yang datang," kata Rini yang mengelola rumah inap ini bersama suaminya, Agus Susilo.
 
Sejak Kaliwerno RW 3 dipoles dengan warna -warni berikut rumah-rumah kampung di sebelahnya, Rini bersama suaminya membangun separo rumahnya menjadi homestay. Melihat makin banyaknya tamu yang datang, mereka menangkap peluang. Dengan modal keluarga mereka merenovasi rumahnya itu menjadi Homestay Bu Rini.
 
Wanita 46 tahun itu menceritakan, setelah ada beberapa tamu yang menginap otomatis penghasilan suaminya sebagai peternak ayam bertambah. Meski belum bisa rutin, dengan adanya tamu yang datang bisa membawa tambahan pemasukan sekitar atu juta rupiah.
 
"(Penghasilan) bersihnya paling separo karena masih dipotong biaya listrik, cuci, masak, mandi sampai setrika," ujar Rini.
 
Begitupun yang dirasakan Hartati, pemilik rumah singgah pinggir sungai Kaliwerno Bejalen Timur ini ikut merasakan dampaknya. Meski ia tidak menyewakan kamar, belakangan selalu saja ada tamu yang menginap. Mereka umumnya rombongan anak sekolah dan mahasiswa. 
 
"Kami tidak bisa disebut homestay karena tidak menyewakan kamar. Yang menginap di rumah kami gratis, hanya membayar makan sekali Rp 30 ribu per orang," ujarnya.
 
Pengurus Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Bejalen, Rivian Aprianto mewakili ketuanya Anjareka menjelaskan, dari 10 homestay yang ada sebenarnya ada yang sudah berdiri sejak lama. Sebab sebelum wilayah sekitar Sungai Kaliwerno Bejalen dicat warna-warni sudah ada beberapa homestay. Sebelumnya Desa Bejalen memang sudah dipilih menjadi desa wisata.

"Sekarang saya bersama 30 anak desa ikut menjaga parkir. Lumayan kalau Minggu bisa 1000 kunjungan. Hari biasa 200-300 pengunjung," katanya.

Dari pendapatan parkir saja, Rivian mengaku bisa mendapat pemasukan tambahan sekitar satu hingga dua juta rupiah per hari. Dana itu sebagian digunakan untuk pemgembangan Kampung Bejalen.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement