Senin 05 Jun 2017 14:49 WIB

KLHK Dukung Program Homestay Kemenpar

Kampung Flory, Homestay Desa Wisata Tanaman Hias dengan Kolam Terapi Ikan.
Foto: dok.Istimewa/Kemenpar
Kampung Flory, Homestay Desa Wisata Tanaman Hias dengan Kolam Terapi Ikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) II/2017 Pariwisata dengan tema besar Homestay Desa Wisata yang digelar Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di Hotel Bidakara, 18-19 Mei lalu terus mendapat respons positif. Kali ini kabar baik datang dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dipimpin Siti Nurbaya Bakar.

KLHK mengaku mempersiapkan homestay di tujuh Taman Nasional untuk mengoptimalkan aset dan keindahan bawah laut sebagai atraksi destinasi wisata bahari yang memikat dunia. Niatan itu juga didukung United Nations Development Programme (UNDP).

Dari paparan Menteri Siti Nurbaya, UNDP siap bekerjasama dan mendukung konservasi laut, salah satunya dengan pembangunan homestay di wilayah Taman Nasional Wakatobi. Nantinya menurut Siti homestay dapat dikelola masyarakat setempat, sehingga pertumbuhan ekonomi masyarakat bisa terbantu.

"Dan mereka akan menjadi penjaga kelestarian seluruh taman nasional, karena itulah harta yang paling berharga, adalah Taman Nasional itu sendiri, taman yang dilihat wisatawan,” ujar Siti Nurbaya Bakar saat peluncuran buku The Mangnificent Seven: Indonesia Marine National Park di Restoran Tugu Kunstkring Paleis, Jakarta, Jumat (2/6) lalu.

Selain bisa menikmati keindahan bawah laut di Taman Nasional, lanjut Siti Nurbaya, Wakatobi sudah mempunyai atraksi kelas dunia. Itu artinya, program homestay yang menjadi program Kemenpar sangat tepat.

Dan itu juga bisa diarahkan untuk mengurangi pencemaran limbah di sana. “Kami dukung pengembangan homestay. Itu sekaligus mendukung konservasi di laut. Tapi jumlahnya tetap harus dibatasi sehingga tidak overload dan menggangu ekosistem dan pencemaran limbah di sana,” katanya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyambut gembira dukungan KLHK untuk pengembangan homestay di seluruh Taman Nasional di bawah penguasaan KLHK. Contohnya Wakatobi, ini untuk menjaring 500 ribu wisatawan mancanegara pada 2019 agar berkunjung ke Kabupaten pemilik taman nasional yang luar biasa itu.

“Jadi kita akan membangun homestay, pemiliknya siapa? Masyarakat setempat jawabannya. kita harapkan taman-taman nasional kita, baik di darat maupun di laut bisa mensejahterakan masyarakat melalui pariwisata, tidak dengan merusak dan merambah hutan,” ujar Arief.

Arief Yahya mengatakan Wakatobi adalah satu dari 10 destinasi utama pariwisata Indonesia yang menarik perhatian wisatawan mancanegara maupun domestik. Pembangunan homestay di Wakatobi mempunyai nilai strategis. Terutama untuk memperkuat unsur amenitas dalam teori 3A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas).

"Homestay itu dikelola secara korporasi, bukan cara koperasi. Homestay ini dijalankan dengan mesin baru, model bisnis baru, berbasis pada digital yang saya sebut digital sharing economy," kata dia.

Bahkan, lanjut dia, KLHK tidak hanya memberikan izin bagi masyarakat yang diatur untuk membangun homestay desa wisata. Tetapi juga menyiapkan skema khusus pinjaman kepada masyarakat yang selama ini juga sudah berjalan.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement