REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kementrian Pariwisata menggelar bimbingan teknis untuk mendukung pencapaian target kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Bimtek ini melibatkan Pentahelix –Academician, Business, Community, Government, Media.
Deputi Bidang Pemasaran Mancanegara Kemenpar I Gde Pitana mengatakan Bimtek kali ini dimaksudkan untuk memberikan perspektif dan arah yang sama tentang program promosi Pariwisata di Asia Tenggara. Selain itu juga untuk memahami potensi destinasi-destinasi wisata di Jawa Tengah bagi pangsa pasar Asia Tenggara.
"Ini juga penting untuk memahami mekanisme promosi pariwisata Indonesia melalui sosial media, meningkatkan efektivitas partisipasi Dinas Pariwisata pada penyelenggaraan event di Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara dan memahami pengembangan destinasi dan atraksi yang layak jual di pasar Asia Tenggara," kata Pitana.
Menurut Pitana, strategi pemasaran pariwisata di mancanegara pada 2017 lebih banyak menitikberatkan pada kegiatan hard selling, terutama melalui pelaksanaan pameran dan misi penjualan. Untuk periode Januari hingga Desember 2017, Kemenpar mengadakan 54 kali kegiatan hard selling ke luar negeri.
Pitana memerinci, 54 hard selling itu terdiri dari 30 kegiatan pameran dan 24 misi penjualan. “Selain itu, untuk tetap mem-back up bobot hard selling, kami juga akan beraktivitas promosi dalam 30 festival dan menyelenggarakan 51 kali trip atau yang biasa kami sebut dengan fam trip,” katanya.
Asdep Pengembangan Pasar Asia Tenggara Rizki Handayani menambahkan, materi Bimtek yang diberikan antara lain sinkronisasi antar lembaga dalam promosi pariwisata Indonesia di wilayah Asia Tenggara, pemahaman destinasi dan atraksi yang layak jual di wilayah Asia Tenggara, dan optimalisasi program dan kebijakan Kemenpar melalui strategi PR-ing Biro Hukum dan Komunikasi Publik.
"Peserta mencapai 50 orang yang datang dari Instansi/Dinas pariwisata di Kabupaten Karanganyar dan Kota Surakarta pada Provinsi Jawa Tengah, Kementerian Pariwisata, asosiasi PHRI dan ASITA Provinsi Jawa Tengah dan industri pariwisata Jawa Tengah. Juga ada perwakilan dari beberapa komunitas," kata Rizki.
Rizki menjelaskan, potensi wisatawan dari Asia Tenggara untuk mengunjungi Jateng dinilai cukup tinggi. Selain Singapura dan Malaysia yang memiliki penerbangan langsung dari dan ke Jateng, wisatawan asal Thailand, Vietnam, dan Filipina sedang dibidik untuk berkunjung ke provinsi ini.
Rizki mengakui saat ini baru Malaysia dan Singapura yang memiliki direct flight ke Jateng. Yaitu melalui bandara Semarang dan Solo. Namun pihaknya mencoba membidik wisatawan asal Thailand, Vietnam, dan Filipina dengan menawarkan sejumlah destinasi di Jateng. Dia mencontohkan, wisatawan asal Thailand sedang dicoba ditarik mengunjungi Candi Borobudur, candi Buddha terbesar di dunia.
”Kami sedang mendorong dibukanya penerbangan Bangkok-Solo. Jateng juga punya beberapa destinasi gunung berapi yang tidak ada di Thailand,” kata Rizki.