REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Tahun ini Kementerian Pariwisata (Kemenpar) bekerjasama dengan keluarga besar Halal Travel Konsorsium (HTK) dan Asoasiasi Travel Halal Indonesia (ATHIN) kembali akan menggelar Temu Bisnis Wisata Halal Ke-2. Tahun lalu Temu Bisnis Wisata Halal dihadiri lebih dari 120 pelaku bisnis wisata halal atau family friendly nasional dan internasional.
Acara ini akan dilaksanakan pada tanggal 10 Juni di Hotel Balairung, Jakarta. Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti didampingi Kepala Bidang Penguatan Jejaring Asdep Bisnis dan Pemerintah Kemenpar Hidayat, mengatakan perhelatan ini juga akan melibatkan delegasi international di antaranya adalah delegasi Turki, Jepang, Indonesia dan masih banyak negara lainnya.
”Untuk pelaksanaan yang diprakarsai oleh HTK dan ATHIN yang kedua ini akan lebih banyak lagi melibatkan pebisnis wisata halal dunia,” ujar Esthy yang juga diamini Chairman HTK Cheriatna. Lebih lanjut Esthy menambahkan, acara ini menjadi bagian perjuangan Kemenpar dan industri pariwisata untuk terus memajukan wisata halal yang saat ini disebut family friendly di Indonesia dan dunia sehingga makin mendunia.
Kata Esthy, peserta yang hadir di acara yang kedua ini adalah vendor dan reseller wisata halal dari Indonesia dan Luar Negeri seperti Malaysia, Thailand, Jepang, China, Korea, Australia dan Eropa, yang direncanakan akan hadir 300 peserta. Acara ini juga sekaligus perayaan hari ulang tahun yang pertama untuk forum HTK dan ATHIN.
”Transaksi wisata family friendly Indonesia dan dunia yang terus mengalami peningkatan disertai kemajuan digital marketing menjadi tantangan yang harus dihadapai semua palaku wisata ini, semoga ajang temu bisnis ini jadi momentum kemajuan pariwisata family friendly di Indonesia,” kata Esthy didampingi Hidayat.
Cheriatna menambahkan, dalam rangka memperkenalkan dan lebih mensosialisasikan konsep Wisata Family Friendly dan Travel Konsorsium ini maka panitia dan Kemenpar mengadakan acara ini. Tujuannya menurut Cheriatna untuk mempererat jalinan silaturahim para vendor dan anggota, agar kerjasama antar sesama rekan-rekan vendor dan reseller HTK dan ATHIN dapat terbina seterusnya.
"Selain itu, kami juga ingin menjelaskan tentang konsep wisata halal secara lebih mendalam sehingga para vendor dan reseller lainnya semakin paham akan penerapan wisata halal,” kata Cheriatna.
Selain itu, imbuh Cheriatna, acara tersebut mampu menghasilkan terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan dan terjadinya peningkatan transaksi penjualan perusahaan peserta. Terutama dalam hal peserta mengetahui perkembangan dan kemajuan wisata halal dalam dunia digital marketing, menambah wawasan para peserta acara yang merupakan anggota forum halal, travel konsorsium karena wisata halal memiliki banyak manfaat dan membawa keberkahan yang melimpah untuk pariwisata Indonesia.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, Indonesia telah berhasil naik satu peringkat dalam Global Muslim Travel Index (GMTI) 2017, ke posisi tiga dari posisi empat. Ke depannya ia meyakini Indonesia bisa melampaui Malaysia dan Uni Emirat Arab (UEA) yang kini di peringkat dua teratas. Tapi, kata Arief, Indonesia masih punya pekerjaan rumah.
''Kekuatan yang jadi kelemahan kita adalah halal. Kita yakin halal tapi tidak mau sertifikasi, padahal itu daya tarik konsumen,'' kata pria asal Banyuwangi itu.
Menurut Arief, untuk benar-benar bisa meraih potongan besar pasar wisata halal, Indonesia harus benar-benar menyiapkan wisata halal. Panduan industri wisata halal dunia seperti GMTI bisa jadi acuan Indonesia untuk membenahi wisata halal. Semua pekerjaan rumah wisata halal Indonesia termasuk infrastruktur, kebersihan dan higienitas, harus bisa dikuantifikasi sehingga arah perbaikannya jelas.
(Baca juga: Ini Fatwa Pedoman Standardisasi Pariwisata Halal)
Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Family Friendly, Riyanto Sofyan menyebutkan, untuk menggaet pangsa pasar tersebut pihaknya telah menyiapkan empat pilar pengembangan wisata ini. Pilar pertama yakni terkait kebijakan dan regulasi. Berbicara kedua hal tersebut tentu sangat berkaitan dengan pemerintah pusat dan daerah.
Pilar kedua yaitu pemasaran. Menurut Riyanto, destinasi wisata harus melihat kebutuhan pasar. Adapun pilar ketiga dan keempat terkait dengan pengembangan aneka atraksi dan akses transportasi. “Hal itu bertujuan supaya wisatawan merasa nyaman dan sesuai dengan tujuan wisata family friendly,” kata Riyanto.
Ia menambahkan, peningkatan kapasitas untuk jaminan kontrol juga diperlukan supaya wistawan bisa kembali lagi. Pemilihan atraksi yang sesuai dengan wisata halal juga penting dilakukan.