Ahad 28 May 2017 16:27 WIB

Melihat Wisata Ziarah Kadilangu Sunan Kalijaga

Pemimpin prajurit Demak membawa bokor atau bunga yang akan dibawa ke Makam Sunan Kalijaga saat prosesi kirab Grebeg Besar Demak di Demak, Jateng (ilustrasi).
Foto: Andreas Fitri Atmoko/antara
Pemimpin prajurit Demak membawa bokor atau bunga yang akan dibawa ke Makam Sunan Kalijaga saat prosesi kirab Grebeg Besar Demak di Demak, Jateng (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, DEMAK --  Wisata Religi atau Wisata Ziarah di Pesona Ramadan ini semakin hidup di semua tempat-tempat bersejarah bagi umat Muslim. Tim Percepatan Wisata Halal, yang sekarang diubah menjadi Family Friendly itu, Riyanto Sofyan juga sudah menyiapkan berbagai paket yang menarik.

Ada tradisi unik, yang selalu hadir dan ramai menjadi atraksi wisata religi di banyak destinasi. Salah satunya, Demak, sekitar 20 kilometer dari Kota Semarang, Jawa Tengah. Bekas Negara Islam pertama kali di tanah Jawa yang dikenal dengan kisah 9 Wali itu.

Memasuki bulan Ramadhan, dua destinasi wisata religi yang juga menjadi landmark kota Demak, yakni Masjid Agung Demak dan makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, semarak. Berbagai kegiatan bulan suci Ramadan dilakukan di dua tempat bersejarah bagi umat Islam di Indonesia tersebut.

Di makam Sunan Kalijaga keramaian terjadi saat Ruwah dan Syawal. Dapat dipastikan pengunjung mencapai ratusan ribu per hari. Selama 24 jam, lokasi makam dan sekitarnya penuh lautan manusia.

Hj Sutarti, salah seorang pedagang souvenir di lokasi makam menuturkan bulan ruwah atau masuk puasa seperti sekarang ini, dapat dipastikan pengunjung membludak. Bus-bus dari luar kota berdatangan hingga memenuhi badan jalan.

Sementara itu, Raden Prayitno Prawiro Kusumo, juru kunci makam menuturkan, pengunjung makam tumpah ruah saat malam Jumat Kliwon hingga menjelang pagi, kemudian malam Sabtu Pahing atau Sabtu Pon. Dalam sehari bisa mencapai 30 ribu orang keluar masuk di Kadilangu.

Apalagi masuk puasa seperti sekarang ini. Kebanyakan rombongan datang dari Wonosobo, Cirebon, Banyumas, Cilacap, Kudus, Lampung, Banjarmasin, Jakarta, Surabaya. Dan tentunya dari daerah-daerah di seputar Demak seperti Semarang, Jepara, Kudus, Pati, Purwodadi, hingga Rembang.

“Bahkan sering kali ada pejabat dari Jakarta datang kesini untuk berziarah,” kata dia.

Untuk mengunjungi makam Kanjeng Sunan Kalijaga ini, pengunjung tidak ditarik biaya. Hanya saja mereka bisa menyumbang seiklasnya di kotak-kotak yang ada di sepanjang jalur menuju makam. Maupun kotak yang ada di ruang juru kunci.

Selama puasa makam tetap buka sepanjang hari. Hanya saja kebanyakan pengunjung makam bukan lagi peziarah umum. Melainkan para santri dari pondok-pondok pesantren di sekitar Demak yang melakukan khataman dan baca Alquran di area makam.

“Usai sholat Ashar diikuti dengan mengaji dan baru selesai setelah waktu buka puasa tiba,” jelasnya.

Yang menarik, saat menjelang bulan puasa, di komplek makam Kadilangu diadakan Tradisi Tebah. Tradisi Tebah sebuah tradisi turun temurun. Diamana para ahli waris maupun pengurus makam lainnya melakukan bersih-bersih di komplek makam. Diawali dengan suara kenthongan.

Bunyi alat tradisional itu menjadi penanda  akan dimulainya Tradisi Tebah. Tradisi ini diawali dengan pisowanan dalam di Cungkup Ageng makam Sunan Kalijaga yang dilakukan oleh orang-orang tertentu. Setelah itu, barulah dilanjutkan membersihkan area di luar Cungkup Ageng.

"Tidak semua orang bisa masuk dan membersihkan di dalam Cungkup Ageng,  hanya orang-orang yang sudah dipilih saja bisa masuk ke dalamnya," jelas juru kunci keturunan Sunan Kalijaga ke -14 itu.

Setelah sebulan penuh menjalankan puasa, para pengurus makam ini saat lebaran pertama atau tanggal 1 Syawal mengadakan Hajatan Caos Dahar. Caos Dahar (menyediakan makan.red) ini sendiri dilakukan setelah sholat Ied dan diadakan di dalam komplek makam bersama pengurus makam dan para karyawan.

“Hidangannya macam-macam, ada ingkung dan makanan khas Demak menyambut lebaran,” kata dia.

Ditambahkan lurah Kadilagu Marsono, peziarah paling banyak biasanya datang dari Bondowoso Jawa Timur yang pada tahun ini datang dengan 72 bus. Jumlah ini menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 120 bus. Menurutnya, wisata religi ini sangat mendongkrak ekonomi warga.

“Biasanya mereka datang pas rejeb atau ruah, bahkan dalam sehari ada 50 hingga 100 yang datang. Namun di luar bulan itu, dalam sehari hanya sekitar 25 hingga 50 bus saja,” ungkapnya.

Menjelang hari raya, warga akan melakukan takbiran keliling Kadilangu. Dan akan berakhir di rumah Panembahan untuk mendapatkan fitrah.  Setelah itu dilanjut dengan tadarus hingga pagi hari.

sumber : kemen
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement