Ahad 28 May 2017 15:19 WIB

Ramadhan, Saatnya Genjot Wisata Religi

Foto kompleks Makam Sunan Muria, salah satu Walisongo yang merupakan penyebar agama Islam di Pulau Jawa, terlihat dari lereng Gunung Muria Kudus, Jawa Tengah, Jumat (12/8).
Foto: Antara/Yusuf Nugroho
Foto kompleks Makam Sunan Muria, salah satu Walisongo yang merupakan penyebar agama Islam di Pulau Jawa, terlihat dari lereng Gunung Muria Kudus, Jawa Tengah, Jumat (12/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Ramadhan telah datang. Pada bulan ini, umumnya kondisi pariwisata domestik sepi. Orang memilih berada di rumah, hemat energi, menahan lapar dan dahaga. Wisman asal Singapura dan Malaysia juga memilih stay, tidak banyak bergerak.  Wisman Timur Tengah juga turun. Namun, begitu Lebaran tiba, jutaan orang bergerak dalam waktu yang bersamaan. Peak season di wisnus, apalagi bersamaan dengan liburan pertengahan tahun.

“Itulah panen kedua orang-orang pariwisata, jika panen pertamanya liburan akhir tahun,” sebut Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Namun, Arief memiliki trik agar di bulan Ramadhan kunjungan wisatawan tidak anjlok. Kuncinya, yakni wisata religi. “Untuk Wisnus, kami yakin ada Wisata Religi seperti Ziarah Wali Songo di Pantura, dari Cirebon, Demak, Kudus, Tuban, sampai Surabaya, sudah pasti ramai. Di Jawa Timur juga banyak tokoh-tokoh yang menjadi destinasi wisata religi,” kata Arief Yahya.

Arief menyebut pariwisata atau tourism mirip seperti telekomunikasi (Telecommunication) dan transportasi (Transportation) alias 3T. Ketiganya sama-sama memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain. Di Tourism, yang dipindahkan adalah travellers, tourist, wisatawan, dengan segala keribetannya.

Di Transportation, yang dipindahkan adalah penumpang orang dan barang atau cargo. Sedangkan di Telco, yang dipindahkan adalah suara (voice), gambar dan gambar bergerak (video), dan data. “Ketiganya sama-sama memiliki peak season, high season dan low season. Ketiganya berhadapan dengan masalah jarak, waktu, kecepatan,” kata Arief Yahya.

Kecuali destinasi Bali, yang tidak terlalu banyak terpengaruh di wisman. Karena target originasi mereka juga banyak wisman. “Dan di situlah yang terus kami genjot untuk mengejar target kunjungan,” kata dia.

Juga aktivitas wisata crossborder, di daerah perbatasan, yang bisa menambah jumlah wisman. Crossborder  sedang menjadi perhatian Menpar Arief Yahya, terutama di wilayah timur, seperti Atambua yang berbatasan dengan Timor Leste. Juga di Merauke, Skaw, dan Papua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement