REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata Arief Yahya berterima kasih atas dukungan dan komitmen 'Indonesia Incorporated' Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Terutama untuk menjaring 1,5 juta wisatawan Mancanegara 2017, atau 10 persen dari target Inbound Kemenpar RI yang dipatok di angka 15 juta wisman.
Kementerian LHK memang punya banyak taman nasional yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. Taman-taman itu sesungguhnya adalah atraksi wisata alam yang penuh pesona. "Kalau bisa dikembangkan sebagai destinasi khusus wisata alam, itu pasti keren?" kata Arief Yahya.
Dia berharap, agar kekayaan alam itu lebih diberdayakan untuk pariwisata. Tentu tidak akan merusak hutan, justru membuat hutan semakin lestari. "Karena semakin dilestarikan semakin mensejahterakan! Dan saat ini Indonesia dan UNWTO sedang mengembangkan sustainable tourism observatory," kata Arief Yahya.
Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hidup dan Konservasi KLHK Ismugiono, di sela-sela Munas ke-III Asosiasi Pariwisata Alam Indonesia (APAI), di Jakarta, Rabu (24/5) mengatakan pariwisata alam merupakan salah satu sektor pariwisata unggulan nasional yang didorong KLHK. Secara ekonomi, Indonesia memiliki potensi ekowisata kelas dunia seperti Taman Wisata Alam Bromo Tengger, Taman Nasional Komodo, Taman Wisata Alam Kawah Ijen Banyuwangi dan Taman Nasional Tanjung Puting.
“Dari 10 destinasi wisata priroritas yang telah ditetapkan oleh pemerintah, KLHK fokus mengembangkan empat destinasi wisata yakni Bromo-Tengger, Wakatobi, Komodo dan Kepulauan Seribu,” kata Ismugiono.
Ketua Tim Percepatan Pengembangan Ekowisata Kementerian Pariwisata, David Mekes mengatakan, ekowisata berkontribusi sebanyak 35 persen terhadap pariwisata Indonesia.
Saat ini, KLHK dan Kemenpar tengah membangun kluster Jatim-Bali yang meliputi Taman Wisata Alam Bromo Tengger, Taman Wisata Alam Kawah Ijen, dan Taman Nasional Bali Barat. Tujuan akhirnya adalah, menjadikan ekowisata Indonesia menjadi “pemenang” di Asia Pasifik.