Rabu 24 May 2017 16:17 WIB

Labuan Bajo Didorong Kembangkan Pariwisata Unik

Warga di sekitar Pelabuhan Komodo, Labuan Bajo, NTT.
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Warga di sekitar Pelabuhan Komodo, Labuan Bajo, NTT.

REPUBLIKA.CO.ID, MANGGARAI BARAT -- Workshop Indeks Daya Saing 10 Destinasi Prioritas Labuan Bajo telah digelar di Hotel Prima, Labuan Bajo, pada 22 hingga 24 Mei 2017. Acara berlangsung meriah dengan menghadirkan para pembicara yang kompeten di bidangnya.

Salah satu pembicara dari Markplus, yang merupakan perusahaan konsultan marketing skala global. Para peserta langsung diajak mempraktikan bagaimana merumuskan hal kreatif yang tak kalah dengan konsep pariwisata di Korea dan Bali.

Kepala Dinas Pariwisa Ngada, Todis Reo mengapresiasi positif acara tersebut. Terlebih melihat para peserta diminta mempraktikan langsung apa yang diberikan oleh pemateri.

“Ini baru top. Langsung dibenturkan ke masalah yang rumit-rumit. Semua diajak melihat benchmark top kelas dunia. Semuanya langsung diajak berdiskusi mencari solusi dan jalan keluar,” kata Todis Selasa (23/5).

Pada workshop yang digelar Divisi Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara itu, seluruh peserta yang terdiri dari pelaku industri pariwisata daerah, dinas pariwisata dan akademisi, dibagi menjadi tiga kelompok. 

Kelompok pertama mengurusi isu seputar akses. Ada yang menggalang kekuatan di asosiasi dan satu grup lainnya, mengawal amenitas. Problem dan tantangannya beda-beda juga, tapi muaranya satu. Semua diminta menciptakan cara kreatif yang bisa menggiring wisatawan yang datang bisa lebih lama dan mau berkunjung hingga berulang-ulang ke Labuan Bajo.

Executive Director MarkPlus Center Setya Riyanto mengatakan kalau perlu para pelaku industri wisata ini berkolaborasi dengan tim lain. Sebab menurutnya yang terpenting bisa membuat hal baru yang memberikan persepsi positif. 

"Hal baru yang mencerminkan keunggulan kompetitif. Bikin yang unik juga kreatif,” ujar Setya.

Awalnya, banyak peserta yang tergagap-gagap mengimplementasikan perubahan dengan gaya Markplus ini. Banyak peserta yang tampak kurang siap, tidak sedikit juga yang kebingungan. Namun, ada benchmark mengena yang bisa dijadikan cantolan berinovasi dan semuanya, ikut dipaparkan di workshop.

“Bila susah membayangkan coba lihat penginapan di Karangasem Bali. Di sana ada suatu desa yang televisi saja nggak ada, pantai nggak ada, yang ada hanya hamparan sawah. Kamar mandinya juga beratapkan langit. Tapi harga sewa per malamnya bisa lima juta rupiah. Yang mereka jual di sana experience menginap di tengah hamparan sawah,” ujar Setya.

Bangli Bali lebih unik lagi, kata Setya. Di sana penginapannya hanya tenda, tak ada pendingin ruangan dan kamar mandinya terpisah. Tapi, sewa penginapan di sana bisa dua juta rupiah per malam. Dan yang menginap, mayoritas turis Rusia. 

Diving di Pantai Amet Bali juga sama. Infrastruktur di sana sangat jauh tertinggal dari Kuta dan Denpasar. Wilayahnya sepi. Tapi setelah ada ide kreatif membuat wisata underwater post office, berwisata sambil mengeposkan surat dari bawah laut, sekarang wilayahnya sangat ramai.

Wisatawan Eropa dan Jepang banyak yang rela antre meski harus membayar tarif selangit. Mereka hanya ingin merekam sensasi mengeposkan surat dari bawah laut, merekamnya dan membagikan ke dunia maya.

“Semua bisa begitu lantaran wisatawan diajak merasakan experience. Menyaksikan langsung kearifan lokal. Hasilnya, ya, seperti itu,” katanya.

Korea juga sama. Pariwisatanya bisa hebat lantaran ada konsep menularkan pengalaman kepada tamu. Wisatawan yang suka musik diajak menyaksikan Korean Pop (K-Pop) lewat virtual. Mereka yang hobi kuliner diajak menyicipi Korean Food. Ada juga glamping tour di tenda, makan barbeque di dalam stadion hingga wakeboarding di kota. Dampaknya, lenght of stay wisatawan jadi makin panjang. Pengeluaran mereka pun makin besar.

Terobosan berani lainnya diimplementasikan lewat paket 10 dolar Amerika Serikat dramatic tour. Sangat tak masuk akal. Tapi, Korea bisa melakukan itu. Lewat video interaktif yang sudah viral di YouTube, paket ini akhirnya laku keras. Imaji liburan keliling Korea sambil naik bus, jajan, makan siang, selfie di tempat eksotis, main game, sampai makan malam, bisa dilakukan dengan hanya 10 dolar AS.

“Labuan Bajo tak kalah hebat dari Bali dan Korea. Destinasinya pernah dikunjung aktris peraih Oscar Gwyneth Paltrow dan juara dunia MotoGP tujuh kali Valentino Rossi. Magnetnya besar. Yang kurang, tinggal memunculkan keunggulan kompetitif serta sesuatu yang unik. Kita harus bikin Labuan Bajo lebih hebat dari Korea,” ujar Setya.

Semua peserta akhirnya didorong untuk jualan konten. Mengembangkan business model, seperti jurus Digital Distruption Rhenald Kasali. Yakni seperti menciptakan marketing mix.

Paket berkemah Mandalawangi di Cibodas itu harganya beda-beda. Ada yang Rp 200 ribu, Rp 250 ribu, Rp 300 ribu bahkan Rp 750 ribu. Ini kan aneh, tempat sama, tenda sama, harga bisa beda,” tandasnya.

Gili Trawangan di Lombok NTB juga punya cara kreatif. Di suatu spot di Gili Trawangan diletakkan ayunan di tengah laut. Semua wisatawan yang ke sana, dipastikan akan selfie dan memviralkannya di akun media sosial masing-masing. Akibatnya banyak wisman yang khusus datang ke Gili Trawangan hanya untuk foto dan memviralkannya ke dunia maya. Hal seperti itu menurutnya bisa diadopsi juga oleh Labuan Bajo., tapi jangan mengekor. Labuan Bajo bisa menciptakan hal baru yang unik dan tidak biasa.

Motivasi cara unik dan tak biasa itu langsung direspon Tenaga Ahli Bidang Kebijakan Publik, Riant Nugroho. Menurutnya, trik seperti ini sangat efektif. Sebab jurus ini langsung mengena ke sasaran. “Ini namanya teknologi. Membumikan bahasa langit dengan user friendly. Siapapun yang ikut berdiskusi langsung bisa menyalurkan ide kreatifnya dalam membangun pariwisata Labuan Bajo,” kata Riant.

Menteri Pariwisata Arief Yahya juga ikut bersuara. Menurutnya untuk mendapatkan hasil yang luar biasa, hanya bisa dicapai dengan cara yang tidak biasa. Caranya bisa bermacam-macam, seperti membuat paket yang mengajak tamu untuk berinteraksi membuat makanan tradisional. Membuat situs informatif dan menarik seperti great barrier reef, atau hal lain yang mengedepankan local wisdom

“Ini sudah tepat sekali. Ciptakan cross cultural experience, genuine dalam food and family, memorable experience, maka Labuan Bajo akan makin dicintai wisman-wisman dari berbagai belahan dunia,” ujar Arief.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement