Senin 22 May 2017 13:57 WIB

Pariwisata Aceh “Pancing” Wisatawan di Pesta Kesenian Bali

Tari Saman (ilustrasi)
Foto: Yasin Habibi/Republika
Tari Saman (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Setelah sukses mempromosikan Pesona Aceh di Yogyakarta, April lalu, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam kini membidik Pulau Dewata, Bali. Atraksi yang ditampilkan dalam pameran membuat para wisatawan mancanegara (wisman) yang hadir terpukau.

Pesta Kesenian Bali (PKB) & Buleleng Expo 2017 yang digelar 17-21 Mei 2017 di Eks Pelabuhan Buleleng, Singaraja, Bali, menjadi ajang tebar pesona untuk menjaring banyak wisman ke Aceh. Tim kesenian dari Sanggar Cut Nyak Dhien Meuligo binaan Niazah A Hamid ikut diboyong ke destinasi wisata terbaik dunia 2017 versi TripAdvisor itu. Di Bali, mereka tampil dengan sejumlah tarian unggulan Aceh yang sudah mendunia.

Kepala Dinas Pariwisata Aceh Reza Pahlevi mengatakan tari prang sabil dan tari saman berhasil tampil elegan pada acara malam pembukaan. Hal ini menurutnya, membuat banyak wisatawan mancanegara yang juga hadir meramaikan malam pembukaan ikut terpukau.

Wisman memang pantas terpukau menyaksikan tari saman. Salah satu tarian terindah dan tersulit untuk dilakukan yang sudah diakui dunia itu sudah dipertontonkan band dunia sekaliber Coldplay di single 'Amazing Day' dalam Album A Head Full of Dreams. Tarian ini juga sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda milik dunia.

“Sebuah kebanggaan tarian Aceh dapat tampil maksimal dalam pesta kesenian Bali ini. Hal ini tentunya menjadi media strategis dalam memperkenalkan kekayaan dan keunikan seni budaya Aceh,” ujar Reza, melalui siaran pers Kementerian Pariwisata, Senin (22/5).

Tidak hanya tampil di panggung PKB, Aceh juga ambil bagian di Expo Buleleng. Sebagai bentuk keseriusan Pemerintah Aceh dalam mempromosikan industri pariwisatanya, Aceh juga ikut dalam Expo Buleleng dengan tampilan stand yang khusus didekor unik berlatarkan gapura Aceh.

Ada dua industri Pariwisata Aceh yang ikut dalam pameran tersebut. Dua-duanya punya nama besar. Di barisan pertama, ada Aceh Great Wall Tour. Satunya lagi Asoe Nanggroe Wisata. Keduanya menjual paket-paket wisata menarik serta ragam produk unggulan Aceh, seperti kopi, pakaian adat dan cinderamata khas Aceh.

Reza berharap, adanya kesempatan promosi luar daerah ini tentunya memperkuat posisi Aceh sebagai family friendly destination. Selama ini Aceh memang dipromosikan sebagai destinasi wisata halal atau yang lebih dikenal dengan sebutan family friendly.

“Semoga industri pariwisata Aceh semakin berkembang dan dapat berdampak positif bagi kemajuan Aceh masa akan datang dan memperkuat positioning Aceh sebagai family friendly destination kelas dunia,” ujarnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi promosi yang dilakukan Dinas Budaya dan Pariwisata Aceh. “Ibarat menjaring ikan, pilihlah kolam yang berjubel ikannya. Ini sudah tepat dilakukan, karena 40 persen wisatawan datang dari Bali. Jadi tidak salah jika bali menjadi tempat yang tepat untuk berpromosi,” kata Arief.

Arief terus semangat mendorong pariwisata Indonesia agar lebih maju ke semua pihak. Termasuk mendorong Aceh agar selalu mengobarkan semangat memajukan pariwisata Indonesia ke daerah mananpun. Arief mengatakan, langkah Aceh untuk menjadikan family friendly destination sebagai core economy daerah sudah tepat. 

Sejak tahun 2014 terjadi ledakan pasar wisata halal di dunia. Pasar wisata halal ini menurutnya sangat signifikan. Dari 6,8 miliar penduduk dunia, 1,6 miliar adalah muslim dan 60 persen di bawah usia 30 tahun. 

"Total pengeluaran wisatawan muslim dunia 142 miliar dolar AS, hampir sama dengan pengeluaran wisatawan Cina sebesar 160 miliar AS yang sekarang ini menjadi rebutan seluruh negara di dunia, terutama yang mengembangkan pariwisata, Aceh sudah tepat dan harus terus ditingkatkan dengan konsisten," ujarnya.

Dari sisi sustainability atau growth wisata halal juga memperlihatkan kenaikan yang signifikan, yakni sebesar 6,3 persen. Lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan dunia 4,4 persen, lebih besar dari rata-rata pertumbuhan Cina sebesar 2,2 persen dan ASEAN 5,5 persen. 

Data dari Comcec Report February 2016, Crescentrating, tahun 2014 ada 116 juta pergerakan wisata halal. Mereka memproyeksikan pada tahun 2020 akan menjadi 180 juta perjalanan atau naik 9,08 persen. Di Indonesia juga naik, dalam tiga tahun terakhir rata-rata 15,5 persen.

Selain itu penyebarannya dan keuntungannya juga besar. Rata-rata wisman dari Arab Saudi membelanjakan 1.750 dolar AS per kunjungan dan Uni Arab Emirate (UAE) 1.500 dolar AS per kepala. Angka itu jauh lebih besar dari-rata-rata wisman dari Asia yang berada di kisaran 1.200 dolar AS.

"Karena itu sudah memenuhi syarat tiga S, size, sustainable, dan spread. Ini menjadi alasan paling kuat, mengapa Aceh harus menetapkan pariwisata sebagai portofolio bisnisnya. Menjadikan halal tourism sebagai core economy-nya," ujar pria asli Banyuwangi itu.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement