REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Ekonomi Kreatif juga ikut berkolaborasi dalam "Indonesia Incorporated" pembangunan Homestay Desa Wisata. Melalui program IKKON (Inovatif dan Kreatif melalui Kolaborasi Nusantara), Bekraf akan memanfaatkan gurihnya pasar pariwisata untuk masyarakat di sekitar destinasi wisata.
"IKKON merupakan sebuah program live-in yang menempatkan seseorang atau sekelompok pelaku kreatif pada suatu wilayah di Indonesia yang bertujuan untuk mendorong dan membentuk pengembangan potensi ekonomi kreatif lokal," terang Direktur Edukasi Bekraf, Poppy Savitri, dalam Rakornas II Pariwisata: Homestay Desa Wisata, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (18/5).
Poppy mengatakan, dalam pelaksanaannya diharapkan para peserta program IKKON dan masyarakat lokal dapat saling berbagi berinteraksi, bereksplorasi dan berkolaborasi sehingga masing-masing pihak yang terlibat dapat saling memperoleh manfaat secara etis (Ethical Benefit Sharing) berkelanjutan.
Pada IKKON 2017 ini subsektor ekonomi kreatif yang terlibat yaitu desain produk, desain interior, desain komunikasi visual, desain fesyen, desain tekstil, dan arsitektur. Peserta IKKON nanti berkolaborasi dengan desainer lokal dalam mengembangkan potensi ekonomi lokal. Menariknya, kolaborasi ini menghasilkan beragam karya menarik di antaranya kain songket yang disulap menjadi sarung bantal, tempat tisu, aksesoris yang ditenun, tiker dan bangku yang ditenun.
"Ada juga, kaus yang diwarnai dari batu bara, patung dari batu bara dan Payung Kote Talawi yang terbuat dari serat pisang hingga lampu yang terbuat dari Payung Kote Talawi. Hasil ini tidak hanya menjadi produk komuditas, tapi juga produk budaya karena memiliki nilai tradisi yang telah dilakukan secara turun temurun. Nanti hasil tenunnya bisa dikasih ke homestay dan bisa memberikan ciri khas dan meningkatkan pariwisata," ujar Poppy.
Poppy menambahkan, dengan mengembangkan potensi ekonomi setempat dan dengan kolaborasi para desainer terpilih dengan pengalamannya, diharapkan bisa membuka pandangan baru terhadap pengembangan potensi lokal.
Sebelumnya, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) meluncurkan program Inovatif dan Kreatif melalui Kolaborasi Nusantara (IKKON) 2016 yang dilaksanakan di 5 daerah yaitu, Sawahlunto, Sumatera Barat dengan kain tenun, Lampung (tapis), Brebes (batik), Rembang (batik), dan Ngada, Flores dengan tenunnya. Untuk tahun 2017, IKKON akan diarahkan ke wilayah-wilayah yang memiliki potensi pariwisata seperti 10 Destinasi Prioritas.
Menpar Arief Yahya mengatakan, Bekraf ini adalah "Anak Angkatnya" Kemenpar. Bekraf yang memiliki 16 sub industri kreatif ini komit untuk mendukung Kemenpar dalam memajukan pariwisata Indonesia. "Belum lama ini Bekraf mendukung Sayembara Arsitektur Nusantara untuk homestay bersama Kemenpar," kata Menpar Arief Yahya.
Bagi Kemenpar, komitmen Bekraf sangat bermakna, karena industri kreatif itu berimpitan dengan industri pariwisata. Arief Yahya pernah menulis buku C2C, Creativity to Commerce, yang banyak bercerita tentang DiCo atau Digital Company.
"Creative Industries itu ada dua kategori, yang masih berupa creative value dan sudah punya modal commercial value. Nah, yang masih creative value itu wilayah Bekraf untuk menginkubasi, mendidik sampai siap terjun di pasar bebas. Setelah punya commercial value, sudah siap berkompetisi baru dipromosikan di Kemenpar," kata Arief Yahya.
Semacam start up company, perusahaan yang baru, harus dibina di Bekraf. Karena 95 persen start up company itu gagal, hanya lima persen saja yang sukses.
"Ini bukan pernyataan saya saja, ini juga kesimpulan Shikhar Gosh, Harvard Business School. Dari 20 start up, hanya satu yang sukses. Karena itu mereka harus punya strategi besar untuk memenangkan persaingan, yang sering saya sebut dengan 3C (Comparative Strategy, Competitive Strategy dan Collaborative Strategy)," kata Arief Yahya yang mantan Dirut PT Telkom itu.