REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dipandang sebagai wilayah yang potensial untuk pengembangan wisata halal. Produk wisata alam mulai gunung hingga pantai, budaya, serta posisi DIY sebagai sebagai pusat kerajaan Mataram dengan situs-situs budaya yang Islami, seperti kawasan Kotagede dan Kauman yang melahirkan organisasi Muhammadiyah merupakan beberapa potensi yang dianggap layak untuk dikembangkan.
"Kami ingin menggagas DIY sebagai salah satu destinasi wisata halal,"ujar Sekretaris Tim Percepatan Pengembangan Wisata Halal Kementerian Pariwisata RI, M Tazbir, dalam diskusi bertajuk Peluang dan Potensi Wisata Halal di DIY di Yogyakarta, Sabtu (20/5). Menurut dia, DIY sebagai destinasi wisata yang menjaga lestarinya budaya adiluhung tepat untuk melahirkan paket-paket wisata Islami.
Dalam diskusi yang digelar Ar-Rahmah Djogjakarta (Ardjo) tersebut, Tazbir menerangkan saat ini Indonesia harus bersaing dengan negara-negara lain yang juga sudah menerapkan wisata halal seperti Korea Selatan, Malaysia, dan Thailand. DIY sebagai salah satu destinasi wisata terkemuka di Indonesia, memang belum masuk lima besar pasar Muslim nusantara. Meskipun demikian, kata Tazbir, DIY memiliki potensi yang sangat besar.
Tazbir mengingatkan, jangan sampai nantinya para stakeholder di DIY masih mencurigai kata halal, wilayah-wilayah lain sudah mulai berani mempromosikan wisata halal. Akibatnya, wisata halal di DIY menjadi tertinggal.
"Saya kira saat ini sudah tidak zamannya lagi orang meributkan istilah halal. Kita di sini tak lagi berbicara halal sebagai alkohol dan non-alkohol. Halal saat ini adalah bisnis," tutur Tazbir.
Bahkan saat ini Eropa, kata dia, sudah banyak yang menerapkan wisata halal. Sebagai contoh, saat ini sudah banyak dijumpai negara-negara di Eropa restoran-restoran halal. "Karena mereka telah meyakini bahwa halal itu higienis, aman, dan ramah. Saya kira jika nilai-nilai itu yang kita jual maka wisata Halal ini pun akan bisa diterima oleh orang-orang non-Muslim sekalipun," katanya.