Sabtu 20 May 2017 16:27 WIB

Kemendes Dukung Perkembangan Pariwisata di Indonesia

Warga memadati objek wisata Umbul Ponggok, di Desa Wisata Ponggok, Klaten
Foto: Kemenpar
Warga memadati objek wisata Umbul Ponggok, di Desa Wisata Ponggok, Klaten

REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN – Komitmen Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo terhadap pengembangan pariwisata Indonesia patut diacungi jempol. Melalui Sekretaris Jendralnya Anwar Sanusi, Eko berkomitmen untuk turut mengembangkan potensi 1.902 desa wisata yang berada di wilayah kewenangannya. 

Anwar mengatakan, jika diasumsikan satu desa punya lima homestay maka sudah akan ada 5000 homestay yang bisa dikembangkan tahun 2017 ini. Pada tahun-tahun selanjutnya menurut Anwar bisa diprogram dua kali lebih banyak lagi.

Untuk itu target 20 ribu homestay di 2017 dan 100 ribu homestay di 2019, menurutnya, bukan angka ambisius. Apalagi jika dibandingkan dengan alokasi dana yang disalurkan ke desa-desa. Tahun 2017 ini, menurutnya, dana yang didistribusikan sebesar Rp 60 triliun dengan rata-rata Rp 800 juta per desa. 

"Yang pas dengan potensi wisata, bisa diarahkan untuk homestay desa wisata," ," ujar Anwar saat Rapat Koordinasi Nasional II/2017 di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (18/5). 

Tahun 2018, budget itu akan bertambah lagi dananya menjadi Rp 120 triliun, sehingga per desa akan mendapatkan sekitar Rp 1,5 triliun. Anwar mengatakan pariwisata sudah menjadi leading sector dan core economy bangsa. Multiplaying effect industri pariwisata terhadap masyarakat juga sangat tinggi. Itulah yang membuat potensi 1.902 desa wisata akan sangat maju jika mendapat banyak dukungan.

Dari 1.902 desa potensi desa wisata 787 di antaranya merupakan desa bahari, 576 desa berbasis sungai, 165  desa wisata irigasi, dan 374 merupakan desa wisata danau. "Harus dilakukan dengan cara-cara korporasi yang profesional," ujar Anwar.

Hal ini disambut baik Menteri Pariwisata Arief Yahya. Ia menyampaikan salam hormat kepada Mendes PDTT, Eko Putro Sandjojo yang diwakili Anwar Sanusi tersebut. "Terima kasih atas semua support yang luar biasa," kata Arief.

 

Desa wisata yang kian berkembang 

Anwar juga bersemangat menampilkan foto dan tayangan Desa Wisata Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah. Desa wisata ini sudah menjadi destinasi wisata air, sampai pernah memfasilitasi pernikahan di dalam air.

"Pendapatan usaha tirta BumDes terus growth, tahun 2016 sudah Rp 10,3 miliar," kata Anwar yang disambut tepuk tangan sekitar 1000 hadirin. 

Desa Wisata Ponggok, Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten, akhir pekan lalu mendapat penghargaan dari Kementerian Desa PDTT di Bukit Tinggi. Dari 10 kategori, Desa Wisata Ponggok merebut satu kategori, yakni pemberdayaan masyarakat. 

Penghargaan itu pantas diraih Desa Ponggok. Lantaran desa wisata yang berdiri sejak 2009  ini mampu memberdayakan potensi masyarakatnya. Yakni dalam investasi pengelolaan wahana wisata yang ada di desa tersebut. Separuh lebih masyarakat Desa Ponggok terlibat investasi yang pengelolaanya diserahkan pada BUMDes Tirta Mandiri itu. 

Menurut Direktur BUMDes Tirta Mandiri, Joko Winarno penghargaan itu merupakan buah dari komitmen mengelola potensi yang ada, dengan merekrut karyawan BUMDes berasal dari warga sendiri. ‘’Ini juga berdampak pada peningkatan pendapatan serta mengurangi pengangguran di desa kami,” ujarnya. 

Selama ini, lanjut Joko, bentuk pemberdayaan yang dilakukan  dengan mendorong warganya berinvestasi pada pengelolaan Umbul Ponggok. Saat ini dari sekitar 700 kepala keluarga (KK) sudah ada 430 KK yang ikut serta berinvestasi di Umbul Ponggok. Rata-rata setiap KK menginvestasikan ke Umbul Ponggok sebesar lima juta rupiah. 

Menariknya, yang ikut serta berinvestasi tak hanya berasal dari warga setempat tapi dalam bentuk lembaga. Setiap RW di Desa Ponggok menginvestasikan dana sebesar Rp 50 juta dan kelompok PKK sebesar Rp 100 juta. Termasuk PAUD atau TK yang berdiri di desa tersebut juga ikut serta dalam berinvestasi sebesar Rp 25 juta. 

Dari investasi tersebut, kata Joko,  warga mendapatkan bagi hasil mulai delapan persen hingga 15 persen dari nilai investasi yang ditanam setiap bulannya. Rata-rata mereka mendapatkan penghasilan minimal Rp 500 ribu tiap bulannya tanpa harus bekerja. Sedangkan untuk PAUD atau TK bisa mencapai Rp 2,5 juta. ‘

“Tapi bukannya kami mengajari warga malas bekerja. Melainkan ini bentuk pemberdayaan. Karena mereka juga merasa memiliki dan ikut serta dalam mempromosikan potensi desanya,” kata Joko. Sebagai informasi pendapatan Umbul Ponggok bersumber dari tiket masuk serta penyewaan alat mencapai Rp 500 juta per bulan. 

Kepala Desa Ponggok, Junaedi Mulyono menambahkan, sejak adanya BUMDes dengan mengelola sejumlah unit usaha menjadikan tingkat kesejahteraan terus mengalami peningkatan. Penyerahan penghargaan dilakukan pada Sabtu (13/5) saat digelar Expo BUMDes di Bukittinggi, Sumatera Barat. 

Sejumlah unit wahana wisata yang dikelola BUMDes diantaranya Umbulsari, Sigedang, Ponggok Ciblon, rest area, serta hutan wisata. Pada saat ini pihak BumDes sedang mempersiapkan waterpark dengan luas lahan sekitar tujuh hektar. 

"Lahan yang dipakai itu milik warga desa. Tanah mereka dihitung sebagai saham. Demikian pula untuk membangun waterpark itu juga permodalannya dari saham masyarakat desa,’’ jelasnya. 

Menurut Junaedi, kedepannya desa wisata akan menambah jumlah homestay yang kini masih berjumlah 50 rumah. Homestay tersebut merupakan bagian dari rumah milik warga. Biasanya kata Junaedi tamu-tamu yang dari luar kota menggunakan homestay itu kalau mereka kemalaman. Dari data Desa Ponggok kunjungan wisatawan ke daerah mereka mencapai angka 30 ribu hingga 40 ribu wisatawan setiap bulannya.

 

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement