REPUBLIKA.CO.ID, SENTUL -- Masalah pelik yang dihadapi warga Kota Jakarta adalah transportasi dan properti. Setiap hari jutaan warga kota penyangga, seperti Tangerang, Bekasi, Bogor, dan sekitarnya hilir mudik keluar masuk ibu kota Indonesia ini.
Hal itu membuat akses jalan yang terbatas kian sulit menampung kendaraan yang jumlahnya terus bertambah. Dari kawasan Cikampek saja sudah 34 persen kendaraan yang keluar masuk Ibu Kota setiap harinya. Jumlah itu belum termasuk wilayah lain yang memberikan kontribusi yang tidak kalah besar.
Melihat kondisi tersebut, dibutuhkan pembangunan kawasan yang berbasis sarana transportasi massal atau transit oriented development (TOD). TOD diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk lebih banyak menggunakan sarana transportasi massal untuk bepergian. Karena itu, sarana transportasi harus terintegrasi dengan hunian dan pusat bisnis.
Konsep pembangunan TOD dapat dijumpai pada proyek light rail transit (LRT) City yang dikembangkan PT Adhi Karya (persero) Tbk. Pembangunan LRT City yang menghabiskan dana Rp 12 triliun ini tersebar di Bekasi 16,5 hektare, Royal Sentul Park 14,5 hektare, Gateway Park Jaticempaka 5 hektare, The Boutique Bekasi Barat 0,4 hektare, Cikoko of LRT City 1,2 hektare, dan Ciracas of LRT City 11,5 hektare. "Nantinya ada 21 kawasan yang dikembangkan," kata Amrozi Hamidi, GM Transit Oriented Development dan Hotel PT AdhiKarya (Persero) Tbk, Kamis (18/5).
Menurutnya, konsep TOD ini diharapkan dapat mengubah perilaku masyarakat agar lebih banyak memanfaatkan sarana transportasi massal untuk bepergian. Selain itu, jarak tiap gedung hanya berkisar 50 meter satu dengan lainnya dan dibangun dengan konsep mix used. Selain hunian apartemen, juga dilengkapi dengan sarana bisnis, hiburan, pendidikan, kesehatan dan pusat perbelanjaan modern. Setiap bangunan juga saling terhubung dengan jalur sepeda dan pejalan kaki, selain kendaraan.
Total di LRT City di kawasan Sentul yang bernama Royal Sentul Park akan berdiri 12 gedung apartemen dan bisnis. Seluruhnya terhubung dengan stasiun LRT yang berada didepan gedung apartemen dan bisnis. "Nantinya tiap LRT yang beroperasi hanya berjarak lima menit satu dengan lainnya sehingga penumpang tidak menumpuk," kata Amrozi.
Saat ini untuk tahap pertama sedang dibangun 23 unit ruko tiga lantai seharga Rp 3,6 miliar tiap unitnya. Sedangkan, unit apartemen tipe studio sudah mulai dipasarkan seharga Rp 360 juta. Harga itu sudah naik tiga kali sejak dipasarkan pertama kali tahun lalu seharga Rp 299 juta.