Ahad 14 May 2017 17:25 WIB

The Caruban Carnival Hentak Wisatawan di Cirebon

Peserta karnaval membawakan sosok topeng panji pada acara The Caruban Carnival.
Foto: Republika/Lilis Handayani
Peserta karnaval membawakan sosok topeng panji pada acara The Caruban Carnival.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – The Caruban Carnival 2017 siap mengentak Cirebon. Even yang diklaim sebagai karnaval terbesar di Jawa Barat itu diprediksi bakal sukses mengalahkan kehebohan parade karnaval di Rio de Janeiro Brazil.

 

"Kami merupakan daerah pertama di Jawa Barat yang mengadakan festival karnaval terbesar dan paling seru," klaim Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan, Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat, Sabtu (13/5).

 

Dan dia tak asal bicara. Dari rekam jejak penyelenggaraan The Caruban Carnival, Cirebon tak pernah sepi. Kirab budaya, pameran kepariwisataan hingga fashion carnaval seperti parade di Rio de Janeiro, semua sukses menggiring ribuan wisatawan ke Cirebon.

 

Aksi performance dengan pakaian yang super heboh dan warna-warni seperti Jember Fashion Carnaval yang sudah mendunia itu, bisa disaksikan di Cirebon. "Dii 2017 bakal lebih heboh lagi. Semua akan dikonsentrasikan di sepanjang Jalan Tuparev. Silakan datang ke Cirebon," ajak dia.

 

Nah, untuk 2017 ini, tema yang dipilih adalah Kereta Paksinagaliman. Ini merupakan simbol kejayaan Kerajaan Cirebon. Semua desainer yang ikut festival, akan menampilkan busana kreasi mereka sesuai dengan tema tersebut. “Total ada 58 peserta yang akan menjadi model. Mereka akan memperagakan karya para desainer,” ujarnya.

 

Arief Natadiningrat menjelaskan, ide dasar kreasi dari tema yang diambil adalah perpaduan dari tiga jenis hewan yang ada di dalam Kereta Paksinagaliman. “Makna yang terkandung dalam Paksinagaliman, yaitu kata paksi atau burung, yang mewakili simbol budaya Islam; naga mewakili budaya Cina; dan liman mewakili budaya India,” ujarnya.

 

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Cirebon Hartono mengungkapkan, Festival Caruban ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang ke Cirebon, yang biasanya hanya transit di Kota Udang ini.

 

“Saat ini Kabupaten Cirebon hanya identik dengan wisata religi. Cirebon hanya ramai saat momen-momen tertentu seperti ziarah atau libur mudik Lebaran, tetapi dengan festival ini kita harap wisatawan yang datang bisa bertambah banyak,” ujarnya.

 

Hartono juga mengatakan jika Impact acara ini, mampu menjangkau hingga level masyarakat yang terbawah. Para penjual makanan dan minuman, tukang parkir, tukang becak, penjahit, desainer hingga tukang anyam bambu mulai kewalahan mempersiapkan segala sesuatunya.

 

"Tahun lalu, sepanjang jalan ramai, banyak penjual makanan dan minuman dadakan, rumah makan dan restoran juga penuh, Ekonomi tumbuh,” kata Hartono. 

 

Batik Cirebon, para seniman hingga destinasi wisata unggulan ikut dipromosikan. Harapannya, upaya ini bisa mendongkrak angka kunjungan wisatawan ke Cirebon.

 

Dengan momentum ini, lanjut Hartono, Kabupaten Cirebon tidak ingin hanya menjadi tempat transit. Ia mengatakan, jika hanya mengandalkan wisata religi atau kuliner saja, Cirebon akan lama untuk berkembang. Karenanya sekarang Pemkab sudah bergerak cepat menggenjot beberapa program strategi untuk mendorong pariwisata.

 

“Kita sudah siapkan beberapa program kepariwisataan. Pembangunan infrastruktur seperti seperti Bandara Jawa Barat dan Tol Cipali membuat Cirebon bisa bergerak makin cepat. Kami akan manfaatkan momen ini,” katanya.

 

Menpar Arief Yahya menaruh hormat kepada Sultan yang sangat menjiwai semangat pariwisata. Gelar budaya yang digagas itu akan menjadi atraksi yang ditunggu-tunggu wisatawan. "Mudah-mudahan ini menginspirasi pusat-pusat kebudayaan yang lain. Pesona Indonesia ada dan hidup di mana-mana," kata Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement